part 16

238 28 0
                                    

Setelah mandi, pricia hendak keluar untuk memakai pakaian sembari sedikit bernyanyi pelan.

"Seger banget habis mandi". Ucapnya sembari hendak duduk di depan cerminnya. Dia memang seperti putri yang sangat anggun. Ritual sebelum tidur, ia harus memakai skincarenya. Ia pun hendak memulai memilih skincare apa yang akan ia gunakan.

"Riri,dimana kamu?". Tanya ibunya membuat pricia berhenti kemudian menatap sinis.

"Kamu kenapa ri? Apa yang terjadi sama kamu? Kenapa bisa hasil nilai kamu minggu ini anjlok?". Tanya ibunya sembari memberikan selembar kertas seluruh nilai pricia.

"Ya gimana gak anjlok mami aja ngasih jadwal ke riri padet banget, gimana riri bisa belajar?". Jawab pricia membuat ibunya menggeleng kepala.

"Ya kamu usahain dong ri gimana bisa kamu bagi waktu kamu biar gak kayak gini, bahkan nilai ini udah sampai di telinga papi sama oma opa kamu". Ucap ibunya membuat pricia menghela napas kasarnya. Ia sudah muak dengan aturan itu.

"I don't care". Jawab pricia singkat membuat ibunya geram.

"What? Apa yang kamu katakan? Semudah itu kamu bilang gak peduli? Dengan nilai seperti ini kamu masih bisa santai? Bisa bisa papi kamu ngirim kamu ke luar negeri kalo begini". Kesal ibunya membuat pricia menoleh padanya.

"Yaudah gapapa, kirim aja riri kesana mi, biar riri bisa bebas, tenang tanpa aturan dari mami, kurang apa coba selama ini riri udah turutin semua apa mau mami, riri juga juga capek butuh istirahat, butuh healing. Mami cuma mikirin nama baik keluarga doang, mikirin perasaan riri emang pernah?". Balas pricia membuat ibunya memegangi dadanya.

"Gak pernah ya kakak kamu begini sama mami, dia bahkan tanpa disuruh ngelakuin apa yang mami mau, dia selalu memberikan yang terbaik bagi keluarga". Ucap ibunya.

"Kak freya udah meninggal mi, gausah mami bandingin aku sama dia. Aku ya aku, kak freya ya kak freya, bisa gak sih mami liat riri sebagai riri aja, jangan liat riri karena mencari kak freya di diri riri, riri capek mi". Balas pricia.

"Coba aja mami cuma fokusin riri di sekolah aja, gak akan seperti ini mi". Lanjut pricia lagi. Ibunya hanya menggeleng kepala.

"Pokoknya mami gak mau tau, kamu harus perbaiki nilai ini minggu depan". Pinta ibunya kemudian keluar dari kamar pricia. Pricia hanya bisa menghela napas sembari menggeleng kepala. Ia sudah pusing dengan aturan ibunya. Namun, pricia mendapat telpon dari seseorang disana.

"Apa? Cyara kemana tante? Kok bisa pergi dari rumah?". Tanya pricia kaget mendapat kabar jika cyara pergi dari rumahnya.

"Ya seperti biasa masalah tante sama om yang bikin dia kabur, hpnya gak aktif, tante udah suruh fero cariin tapi gak ketemu. Siapa tau kamu ketemu, kabarin tante ya". Ucap ibu cyara dari seberang sana.

"Gimana ya caranya aku bisa cariin cyara malam-malam begini?". Batin pricia hendak mencari cyara. Ia pun segera mengganti pakaiannya hendak keluar mencari cyara.

"Riri kamu mau kemana?". Tanya ibunya yang melihat pricia memakai pakaian rapi hendak pergi.

"Hm, riri mau pergi kerumah azel bentar mi". Jawab pricia.

"Kerumah azel malam-malam begini? Buat apa kesana?". Tanya ibunya lagi.

"Bentar doang mi, ada perlu bentar sama azel". Jawab pricia.

"Udah biarin pergi dulu lah monic, dia juga masih muda butuh teman". Ucap nenek pricia yang ternyata berada disana.

"Yaudah, kali ini aja mami ijinin karena mami juga liat azel anaknya baik, tapi jangan lama ya kesana". Kata ibunya. Baru kali ini pricia ada izin karena neneknya sedang berada di rumahnya bermalam. Ibunya tak ingin menolak perkataan neneknya, tak ingin memperlihatkan pertengkaran di depan neneknya. Ibunya juga sudah mengenal azellia dengan baik.

"Iya mi, riri gak lama, cuma sama azel doang kok". Pamit pricia lagi. Entah mengapa setelah berdebat tadi ibunya bisa mengizinkannya keluar malam.

Sesampainya dirumah azellia.

"Zel, kamu bisa bantuin aku gak?". Tanya pricia ketika bertemu azellia.

"Apa ri?". Tanya azellia penasaran.

"Gini, cyara adik kelas anak temen mami aku kabur dari rumahnya dan aku diminta nyariin dia, trus tadi alasan aku keluar mau ketemu kamu dan aku butuh bantuan kamu buat temenin aku nyariin". Jawab pricia.

"Iya, dengan senang hati ri, bentar aku izin sama buna dulu". Ucap azellia sembari masuk untuk meminta izin pada ibunya.

***
"Cya kamu kemana sih? Papa sama mama juga kenapa bisa berantem mulu sih depan cya". Kesal fero yang sedang mencari keberadaan adiknya. Ia juga mencari di tempat taekwondo cyara. Biasanya ia akan kesana meluapkan emosinya namun kali ini fero tak menemukannya. Ponselnya berdering membuat fero segera mengangkatnya.

"Siapa?". Tanya fero penasaran.

"Kak fero ini riri, cya udah ketemu belum?". Jawab pricia membuat fero melihat lagi nomor pricia.

"Eh riri, gue kirain siapa, gue juga lagi nyariin nih ri". Ucap fero.

"Riri juga lagi nyariin kak tapi belum ketemu". Kata pricia

"Kemana lagi tuh anak, gue udah khawatir banget ini". Ucap fero sembari menggeleng kepalanya.

"Yaudah gue mau nyariin dulu, kalo lu ketemu nanti kabarin gue secepatnya". Lanjut fero kemudian melanjutkan pencarian.

Pricia menghembuskan napas kasarnya. Azellia juga ikutan panik melihat pricia. Ia mengerti apa yang dirasakan pricia. Pricia kembali menelpon ponsel milik cyara siapa tau sudah aktif. Kali ini aktif, dan diangkat.

"Halo cy, kamu dimana sekarang? Jangan bikin khawatir deh". Kata pricia, namun bukan cyara yang mengangkatnya.

"Ini bukan cyara, cyara lagi...". Ucapannya terputus membuat pricia makin panik.

"Lagi apa woi? Kok dimatiin sih". Kesal pricia karena telponnya dimatikan sepihak. Di telpon ulang tapi sudah tidak aktif.

"Cya kamu kenapa bikin khawatir sih". Ucap pricia kesal sembari terus mencari.

"Sabar ri, kamu lagi nyetir, nanti malah bahayin kita. Mami kamu juga dari tadi ngechat aku". Kata azellia menyadarkan pricia.

"Sorry ya zel, gara-gara aku kamu jadi ikutan bohong sama mami aku". Ucap pricia tidak enak dengan azellia.

"Gapapa ri, aku malah seneng bantuin kamu, kamu juga udah banyak bantuin aku". Jawab azellia. Mereka pun kembali fokus mencari cyara.

***
"Woi cya, kata gue lu berhenti deh ya, lu udah nyakitin diri lu". Pinta ruby pada cyara yang sedang meluapkan emosinya dengan meninju samsak beribu kali, bahkan tangannya sudah lecet walaupun memakai pengaman. Ruby segera menghentikan cyara yang sudah dibanjiri keringat.

"Gue capek, gue capek hidup". Teriak cyara dengan napas tak beraturan.

"Trus dengan lu ninju beribu kali begitu masalah lu bakal selesai? Malah nambah masalah tau gak". Ucap ruby sembari menahan tubuh cyara yang sudah lemah. Cyara bahkan ingin berdiri lagi namun sekuat tenaga ruby menahannya.

"Udah cya, sini gua anter pulang, lu pasti dicariin dan gue yang bakal dimarahin". Ajak ruby hendak mengantar cyara pulang.

"Gue gak mau pulang, gue gak punya rumah, rumah gue udah hancur". Ucap cyara membuat ruby kaget hingga melepas tangan cyara yang sedari tadi ia genggam. Jantungnya seakan akan berhenti berdetak saat itu juga. Ternyata bukan ruby saja yang tidak punya rumah sesungguhnya untuk pulang, tidak ada orang yang bisa jadi alasannya untuk pulang. Ia bertahan hanya karena mempertahankan rumah ibunya. Ruby terdiam tak bisa berbuat apa-apa sedangkan cyara mulai memukul samsak di tengah ring tinju lagi. Tanpa sadar, cyara terkapar lemah tak berdaya. Ruby baru sadar ketika cyara terjatuh.

Brukk

"Cyaaaa!?.... ".

***
Hai telat up satu hari gapapa ya😁 lagi fokus melihat gebrakan baemon di konser 2ne1 yang mendadak banget😬 gak sempat nulis maaf ya✌

Jangan lupa vote💕

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang