Tok tok tok
"Ruby, buka pintunya!"."RUBYYY".Teriak seorang lelaki yang bertubuh tinggi dan besar dengan otot yang lumayan kekar. Ruby yang masih di dalam selimutnya pun segera membuka matanya.
"Berisik banget sih!, males banget gue kalo begini pagi-pagi, emang gak bisa liat orang tenang". Kesal ruby sembari berdiri dari tempat tidurnya. Ia pun membuka pintu dengan kekesalannya.
"Kenapa?". Tanyanya dengan sedikit jengkel.
"Eh kamu itu anak perempuan harusnya bangun buatin sarapan, bukannya malas-malasan". Ucap lelaki itu.
"Gue? Buatin lo sarapan? Gue bukan pembantu lo ya, lo bukan majikan gue".
"Saya ini ayah kamu, bisa-bisanya kamu bicara begitu dengan saya". Amarah lelaki itu yang diketahui ayah dari ruby.
"Ayah? Lo lupa apa gimana, lo udah ngatain gue anak haram ya, lo bilang gue bukan anak lo, lo udah permaluin bunda gue kalo lo nikah sama dia karena bunda gue hamil anak orang lain, dan sekarang lo bilang ayah gue?, sakit lo". Balas ruby dengan rasa kesal yang sudah memuncak.
Plak!
Satu kali layangan tangan besar pada pipi mungil pemilik wajah kecil itu. Itu sudah biasa di dapat oleh ruby.
"Beraninya ya kamu ngomong begitu, saya cuma minta kamu bikinin saya sarapan". Tegas ayah ruby
"Kalo lo minta dengan baik juga gue bakal mau dengan senang hati, tapi lo gak ada adab ngetuk pintu kamar gue, berisik tau!". Kesal ruby. Ayahnya pun pergi meninggalkan ruby dengan kekesalan. Ruby pun juga masuk kedalam kamarnya setelah lelaki itu tidak terlihat lagi.
Ruby masuk dengan letih sembari mengusap pipinya yang masih panas. Ia memandangi sebuah bingkai foto seorang wanita yang berada tak jauh dari tempat tidurnya.
" Kalo ada bunda, dia gak akan bisa nyakitin gue, kenapa bunda gak ada disini? Kenapa bunda tinggalin gue". Ucapnya dengan kesedihan namun air matanya sudah tidak bisa keluar lagi.
Ruby pun melihat jam yang menempel di dinding kamarnya, ternyata sudah terlalu pagi untuknya. Ia harus segera berangkat ke sekolah, ruby masih duduk di bangku sekolah menengah tingkah ketiga. Tidak terasa ia akan lulus dari tempat yang menurutnya menambah beban pikirannya. Tapi mau tidak mau, ia harus bisa menyelesaikan pendidikannya.
***
Di sebuah rumah yang sangat mewah bak istana, semua penghuninya sudah bekerja sedari tadi, bahkan pemilik rumah pun akan melakukan aktivitas mereka di luar ruangan.
"Riri, gimana tugas kamu, udah selesai belum?" Tanya seorang wanita.
"Udah mi". Jawab wanita yang diketahui bernama pricia. Ia sedang menyiapkan peralatan sekolahnya. Hari itu ia akan pergi ke sekolah.
"Apa lagi ya, yang belum masuk tas?". Ia mencari cari apa saja yang akan di bawa kesekolahnya. " Yah, parfum, ini wajib sih dibawa kesekolah". Ucapnya mengambil sebuah botol berisi parfum.
"Riri!". Pricia kaget ketika sang ibu tiba-tiba saja memanggilnya dengan keras.
"Apa apaan kamu, nilai kamu kenapa cuma 98? Kamu belajar apa main saja sih?". Tanyanya ketika melihat grup sekolahnya yang mengumumkan nilai para siswa/siswi.
"Cuma beda 2 kok mi bisa sampai 100, itu juga cuma pengerjaannya yang salah, jawabannya masih bener kok".
"Cuma kamu bilang? Ini itu bisa berakibat sama nama baik keluarga kita riri, kamu liat kakak kamu dapet s3, dia gak pernah dapet nilai 90 an waktu sekolah". Ucap ibunya membuat pricia menghela napas dengan tatapan lurus kedepan. Ia sudah muak dengan semuanya.
"Mi, please deh, aku sama kak freya itu beda. Jangan samain aku mulu sama dia, aku ya aku, kak freya ya kak freya kita beda, dan mami harus ingat, kak freya udah gak ada mi. Cuma karena apa? Cuma karena terlalu pintar kak freya pergi, mami mau riri juga nyusul kak freya". Jelas pricia dengan kesal. Ibunya selalu saja membandingkannya dengan mendiang kakaknya yang selalu baik dalam segala hal, orangtuanya ingin pricia menjadi seperti kakaknya.
"Stop riri! Mami gak nyuruh kamu buat seperti takdir freya, dia pergi karena sudah takdirnya. Mami cuma mau kamu bisa mengikuti jejak dia yang sukses dan baik dalam segalanya". Balas ibunya.
" Capek tau mi hidup jadi bayang-bayang kak freya". Kesal pricia sembari berlalu meninggalkan ibunya yang mematung. Ia pun segera menuju ke mobil, karena sopirnya sudah menunggu sedari tadi.
***
"Azel, kamu belum selesai nak?" Tanya seorang ibu memanggil sang anak yang masih sibuk di dalam kamarnya. Namun tak ada respon apa-apa dari si pemilik kamar.
Sementara azellia masih saja sibuk menutupi bekas luka yang ada di beberapa titik di lengannya.
"Ini gimana sih cara nutupnya". Kesalnya karena sudah setengah jam ia di depan cerminnya."Azel!?". Panggilan itu membuat azellia kaget hingga segera memakai seragam sekolahnya.
"Buna bikin kaget azel aja deh"
"Kenapa kaget sih, karena kamu cuma pake tanktop, masa sama Buna malu". Ucap ibunya.
"Eh nggak gitu bun, azel kira siapa tadi, kirain bukan Buna yang masuk". Jawab azel dengan menutupi semuanya.
"Siapa lagi kalo bukan Buna yang berani masuk kamar anak cantik Buna ini, gak akan Buna biarkan. Ayah aja gak berani masuk sebelum bilang sama Buna". Ucap ibunya sembari memegang pipi mungil anaknya yang sangat putih berseri itu. Anaknya sudah dewasa, jika ingin masuk ke kamarnya, harus minta izin dulu walaupun itu ayahnya.
"Yasudah, cepetan, itu ayah udah nungguin kamu dari tadi". Pinta ibunya agar azel segera bersiap-siap untuk sekolah.
"Untung Buna gak liat bekas luka azel". Azellia sepertinya merasa lega karena ibunya tak melihat bekas luka di lengannya. Ia kembali bercermin.
"Apa karena aku azel, makanya banyak yang gak suka? Apa salah jika aku hidup? Sampai kapan aku begini". Ia meratapi nasibnya yang tidak di hargai di sekolahnya meskipun ia termasuk siswi yang pandai. Kepandaian, kecantikannya dan kerendahan hatinya tak mampu membuat semua orang menyanjungnya. Kalau saja ia meminta, ia ingin hidupnya tanpa usikan orang lain, ia ingin tenang dalam hidupnya.
" Azel, ini bekal buat kamu, jangan lupa makan ya sayang". Panggil ibunya ketika azellia hendak ke mobil. Azellia mencium tangan ibunya. Ia terus menatap ibunya, ia tak ingin meninggalkan rumah yang penuh kehangatan itu demi sekolah yang tak bisa menghargainya.
***
Hai😁
Sorry kalo kurang menarik, udah 2 tahun lebih aku gak nulis, maaf🤭
Kali ini aku kembali dengan cast yang berbeda.Buat yang baca jangan lupa vote ya, jangan lupa follow akun aku juga😘
Share ke semua temen kalian biar nanti malam aku up lagi🤗Salam dari ruby, pricia dan azellia🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
Teen Fiction[Luka yang berbeda] "kalo ada bunda, lo gak akan bisa nyakitin gue" -Ruby Aletta "aku hanya manusia biasa, aku juga butuh kebebasan, aku ingin menjadi diri sendiri. bisakah aku beristirahat sebentar saja?" -Pricia Olivia "memiliki prestasi yang ting...