Part 8

9K 610 104
                                    

Happy reading💗

Sena dan Nevan kini duduk bersebelahan, didepannya ada sang kepala keluarga James, dan untuk Rosa ia duduk di kursi samping.

James menghela nafas pelan terlebih dahulu sebelum ia memulai pembicaraan ini.

"Jadi apa yang mau Papa katakan?" tanya Nevan tak sabar, menuntut James agar cepat bersuara.

"Nevan apa kamu tau kesalahan kamu?" tanya James, yang membuat Nevan mengernyitkan alis bingung. Jelas ia tak tau kesalahannya, dan ia juga merasa tidak melakukan kesalahan apapun.

"Aku merasa tidak mempunyai kesalahan apapun pa, bukannya selama ini tender perusahaan yang aku kerjakan selalu menang, dan juga perusahan setiap tahunnya selalu berkembang." kata Nevan, membuat James menganggukkan kepalanya.

"Benar, untuk masalah perusahaan papa sangat bangga padamu, karena bisa membuat perusahaan kita semakin berkembang pesat dan setiap tahunnya selalu memiliki cabang."

"Kamu sangat pintar dan pantas papa banggakan jika sebagai pemimpin perusahaan. Namun kamu menjadi bodoh dan sangat bejat untuk menjadi pemimpin keluargamu sendiri!" kata James menatap tajam anaknya.

Nevan terdiam mendengar hal itu, begitupun Senandung. Namun tak ada yang tau jika wanita itu diam-diam tersenyum miring.

Menyenangkan sekali hari ini- batin Sena senang.

"A-apa maksud Papa?"

"Cih, apa menurutmu papa tidak tau jika selama ini kamu selalu menyiksa istrimu sendiri jika kamu sedang marah hah!"

"Kau sebenarnya pria atau bukan Nevan?" sentak James marah.

"Ne-Nevan terpaksa me---,"

"Semua ini bukan salah Hazra pah, itu karena Sena sendiri yang memancing amarah Hazra sehingga dia tidak bisa mengontrol emosinya dan melukai Sena." kata Sena memotong ucapan Nevan.

"Hazra?" gumam Nevan tertegun.

"Apakah aku salah, bukankah nama depanmu Hazra. Aku memang lebih nyaman memanggil namamu seperti itu!" sahut Sena yang mendengar gumaman Nevan.

Nevan berdehem pelan mendengar itu, ia memalingkan wajahnya, "Ck, terserah mu!" balasnya ketus. Sedangkan Rosa dan James yang melihat interaksi mereka berdua diam-diam tersenyum tipis. Namun sedikit kemudian wajah James kembali datar.

"Jawab Papa Nevan!" sentak James, membuat suasananya tegang kembali. Begitupun Nevan yang kini menatap James kembali.

"Maaf!" hanya satu kata itu yang bisa Nevan ucapkan, lantaran ia tak bisa mengelak karena apa yang dikatakan Papanya itu benar. Selama ini dia selalu menyiksa istrinya sendiri sebagai pelampiasan saat dirinya marah.

"Nevan!" panggil Rosa membuat pria itu sontak menatap Mamanya.

"Jika kamu sudah sadar atas kesalahanmu bukankan seharusnya kamu meminta maaf pada orang yang bersangkutan?" kata Rosa tegas.

"Tidak perlu Ma, karena Sena sudah memaafkan Hazra terlebih dahulu!" sahut Sena, ia menolah pada Nevan yang berada di sampingnya itu sembari tersenyum manis.

Hal itu semakin membuat Nevan tertegun kembali setiap melihat wanita itu, bahkan badan Nevan seperti tersengat aliran listrik saat melihat wajah cantik itu tersenyum manis.

"Lihat bukan kalau istrimu itu sangat baik, seharusnya kamu bersyukur memiliki Sena di hidupmu, bukannya malah menyiksa dia. Apa kamu tidak ingat jika kedua orang tua Sena meninggal karena ulahmu!" kata James penuh penekanan, membaut kesadaran Nevan kembali.

"Jika bukan karena dia yang berbaik hati padamu juga mungkin sekarang ini kamu papa pastikan sudah berada di penjara."

"Jika kamu kembali melukai mantu papa, jangan harap kamu dapat satu persen pun dari hak waris keluarga kita!" lanjut James, membuat Nevan langsung berdiri dan menatap tajam papanya.

"Maksud Papa apa hah! Itu tidak akan terjadi karena selama ini aku yang sudah membuat perusahaan itu berkembang menjadi lebih besar, dan aku satu-satunya anak papa. Jadi jelas papa tidak ada hak untuk mencabut namaku dari daftar waris mahardika!" tekan Nevan menyorot tajam tak terima, setelah itu ia pergi meninggalkan mereka.

Melihat kepergian anaknya membaut James memijit pelipisnya pelan, "anak itu benar-benar sulit berubah!"

Rosa menghampiri suaminya itu, ia menggenggam erat tangan James.

Sena pun sontak berdiri juga, "Sena juga pamit dulu ke kamar mah, pah!" ucapnya lembut meminta izin pada mertuanya, yang dibalas anggukan keduanya.

"Aku yakin Nevan pasti berubah, dan akan menerima Sena. Karena dari yang aku lihat saat Nevan menatap Sena itu sudah jelas menunjukkan ketertarikannya!" kata Rosa meyakinkan suaminya itu.

James mengangguk, "Aku harap juga begitu."

**********

Sesudah sampai kamarnya kini Sena terkejut karena kehadiran Nevan yang sudah duduk diatas kasurnya dengan bersandar di headboard.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Sena tegas, tapi masih terdengar lembut.

Nevan menatap tajam wanita itu, ia lantas beranjak dari duduknya dan menghampiri Sena yang masih diam berdiri pada posisinya.

"Kau berusaha untuk mencari muka pada mama dan papa heh?" katanya menusuk, sembari menatap manik hazel Sena.

Deg

Pria itu tiba-tiba melembutkan matanya saat melihat jelas manik hazel yang meneduhkan.

Kenapa bisa seindah itu. Pikir Nevan lantaran ia baru sadar ternyata banyak keindahan dalam diri wanita yang sudah menjadi istrinya itu.

Sena tersenyum tipis mendengarnya, "Aku tidak berniat seperti apa yang dipikirkan olehmu, jadi kamu tenang saja!" sahutnya lembut.

"Apakah kamu kesini ingin menyiksaku seperti biasanya?" lanjut Sena bertanya, yang kini nadanya terlihat sedikit sendu.

Tangan Nevan mengepal erat, ia tak menjawab perkataan Sena. Pria itu memilih pergi meninggalkan Sena dikamarnnya.

Sena, wanita itu memutar badannya menghadap pintu dimana yang baru saja ditutup oleh Nevan, sedetik kemudian ia terkekeh pelan. "Ah ternyata sangat mudah untuk mencari perhatian padanya. Tak heran jika pria itu mudah dibodohi oleh protagonis wanita."

*********

"Sial, ada apa denganku!" gumam Nevan mengacak-acak rambutnya kasar. Saat ini ia sudah berada di kamarnya.

"Dan kenapa dia seperti dua orang yang berbeda."

Banyak perubahan di diri senandung, sehingga membuat Nevan sedikit masih tak menyangka. Dari penampilan dan wajahnya juga kini telah berubah drastis. Tak hanya itu sikap wanita itu juga yang dulunya sangat pemalu tak berani mengangkat kepalanya untuk menatap orang, serta suaranya yang terdengar seperti cicitan saat berbicara kini juga telah berubah. Wanita itu sangat anggun dan lembut, bahkan tutur katanya serta tatapannya itu sangat meneduhkan.

Nevan akui disaat dirinya menatap ataupun mendengar suara wanita itu, membuat pikiran dan hatinya sangat tenang. Bahkan darahnya berdesir hebat kala memperhatikan mata hazel meneduhkan milik Senandung, dan senyum manis wanita itu.

Ada apa dengan dirinya, Nevan sontak memukul kepalanya sendiri beberapa kali guna untuk melenyapkan segala bayangan dan tentang pujian-pujian yang terpikir dipikirannya untuk Senandung.

"Sadar Nevan, kamu saat ini sudah memilki Markisa. Wanita yang selama ini berusaha kamu luluhkan hatinya." gumam Nevan meyakinkan dirinya sendiri.

Yah, ia harus sadar dan mengingat perjuangannya selama ini untuk mendapatkan Markisa. Ia memantapkan hatinya bahwa Markisa adalah orang yang sangat dia cintai, dan tak mungkin dirinya bisa mudah tertarik pada istri bodohnya itu.

Mungkin tadi Nevan cuma penasaran pada perubahan Senandung, sehingga ia memikirkan wanita itu. Yah, tidak lebih. Dia hanya sekedar penasaran.

Nevan yakin dengan hal itu.

Bersambung.

____________________

SENANDUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang