Tandai typo!
"Maaf Nyonya, kalau boleh tau wanita yang bersama anda siapa ya?" tanya pria yang menjadi klien Nevan, ia menatap Sena dengan tatapan memuja. Dan itu terlihat jelas di mata Nevan, membuat pria itu tak sadar kalau tangannya yang sudah mengepal erat.
"Aduh saya jadi lupa mau memperkenalkannya." Rosa terkekeh pelan, "Dia mantu saya, Senandung namanya." lanjutnya.
Deg
Jawaban tersebut membuat semuanya langsung diam mematung, apa tadi? Menantu. Sungguh diluar dugaan mereka semua. Begitupun Markisa yang langsung pucat pasih.
"Hay saya Sena, mantunya Mama Rosa." ucap Sena, memperkenalkan diri.
Suara lembut tersebut pun mampu membuat mereka tersadar, Anggun dan Leo pun sontak tersenyum pada wanita itu, "Saya Anggun nona, sekertaris tuan Nevan," ujar Anggun ramah, dibalas senyuman tipis Sena.
"Kalau saya Leo, tangan kanan Tuan Nevan," sahut Leo.
"Ah iya salam kenal Anggun, Leo."
"Nevan," cicit Markisa menarik pelan jas milik Nevan. Mata wanita itu sudah berkaca-kaca.
Nevan, pria itupun menghela nafas pelan. Sudah di pastikan kini semua orang akan tau tentang status dirinya yang sudah menikah. Tapi ntah kenapa dia ada sedikit rasa senang saat Mamanya mengatakan bahwa Sena adalah menantunya pada pria yang tadi bertanya.
"Baiklah, kalau begitu kami pamit dulu ya. Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian yang pastinya tertunda karena kehadiran kita, saya akan pergi dulu bersama menantu cantik saya," ujar Rosa tersenyum, ia lantas melirik sinis pada Markisa. Batin Rosa mengatakan jika wanita itu tidak baik, dan suka terhadap anaknya.
***********
Saat ini Sena sudah berada di kamarnya, ia sedang memikirkan pertemuannya tadi dengan protagonis wanita serta suaminya. Sena yakin jika keduanya pasti sudah memiliki hubungan, karena terbukti jika Nevan mengajak wanita itu pergi bersamanya.
"Langkah apa yang harus aku lakukan kedepannya?" gumam Sena seraya berpikir.
Sena menatap cermin yang melihat pantulan dirinya sendiri, "bukankah pemilik tubuh ini sangat bodoh, bisa-bisanya menyembunyikan body sebagus ini dengan pakaian kebesarannya." kata Sena, yah dia sudah menerima semua ingatan milik Senandung, tentang bagaimana kehidupan dulunya wanita itu.
Tok tok tok
"Nona, ini saya Fera!" suara ketukan pintu dari Fera pun mengalihkan atensi Sena yang tadi masih mengamati dirinya sendiri.
"Masuk Fer!"
Mendengar itu Fera lantas masuk kamar milik nona nya, tak lupa juga ia mengunci kamar tersebut.
Alis Sena mengernyit melihat itu, "Ada apa Fer?"
"Nona saya punya informasi penting untuk anda," ujar Fera serius. Sena mengangguk sebagai jawaban membuat Fera paham, sontak melanjutkan perkataannya.
"Saya tadi tidak sengaja dengar Bi Rama telfonan, dia di telfon mengatakan kepada seseorang seperti menyuruh agar selalu dekat dengan tuan Nevano. Intinya Bi Rama sepertinya sedang mencoba membuat tuan Nevano dekat dengan orang suruhannya itu." Fera berujar sangat serius.
"Ini tidak bisa dibiarkan nona, saya tidak mau nanti anda semakin tersiksa jika tuan Nevano sampai terjerat dengan rencana Bi Rama." lanjutnya khawatir, Fera takut jika nanti nona nya semakin menderita.
Sena tersenyum mendengar itu, "Tidak ada yang perlu di khawatirkan Fer, aku akan baik-baik saja" sahut Sena.
"Tapi---,"
"Yakin saja itu tidak akan terjadi dan aku jamin hal itu!" Sena memotong ucapan Fera, yang membuat pelayan pribadi Sena itu mengangguk pasrah.
"Baik nona, saya percaya sama anda."
"Mulai sekarang tugas kamu adalah mengawasi Bi Rama, dan laporkan apapun pada saya jika itu mencurigakan," kata Sana, yang di angguki semangat oleh Fera.
"Siap nona." setelah itu Fera lantas izin pamit pergi.
Setelah kepergian Fera. Sena memejamkan matanya seraya berpikir untuk mencari jawaban dari apa yang ia baru saja dengar dari pelayannya itu.
Damn
Sena membuka matanya, ia menyorot tajam ke depan.
"Wanita tua miskin seperti itu berani sekali ingin bermain-main denganku!"
*********
Nevan berdecak lantaran kini di dalam mobil sedari tadi Markisa terisak pelan, pria itu jelas malu lantaran di depannya ada Leo dan Anggun.
"Diam!" ujar Nevan datar, ntah kenapa ia seperti tidak ada energi jika harus menenangkan wanita itu.
Markisa menatap Nevan kecewa, "hiks, kenapa kamu nggak bilang kalau udah punya istri Van?"
"Karena kamu tidak bertanya," jawaban tersebut sontak membuat Markisa semakin terisak.
"Hiks, kamu jahat. Terus kenapa hiks kamu mendekati aku!" ucap Markisa menuntut. Sedangkan Nevan juga terdiam, ia tidak tau harus menjawab apa.
Sebelumnya pria itu mendekati Markisa karena merasa tertarik. Saat dulu Markisa menolongnya sebenarnya Nevan sudah memberikan beberapa uang yang cukup banyak sebagai balas budi, namun hal tersebut di tolak oleh wanita itu. Dan itu membuat Nevan kepikiran karena uangnya di tolak mentah-mentah, Markisa dulu mengatakan jika menolong dirinya itu murni sebagai sesama manusia yang memang seharusnya berbuat baik dan menolong sesama.
Namun Nevan yang memiliki sifat keras pun merasa tidak mau jika punya hutang budi pada seseorang, sehingga ia terus-menerus mendekati wanita itu untuk membujuk agar menerima apa yang Nevan berikan. Namun masih sama, Markisa tetap selalu menolak pemberiannya.
Mulai saat itu akhirnya Nevan sedikit melembut dan mulai berpikir jika Markisa memang benar-benar wanita yang murni baik, sehingga mulai ada rasa tertarik dan mencoba untuk memiliki wanita itu. Nevan mulai saat itu berusaha untuk mengajak Markisa kencan seperti halnya yang dilakukan seseorang pada umumnya jika merasa tertarik.
Namun hal itu lagi-lagi di tolak wanita itu, dan itu jelas membuat Nevan murka lantara Markisa jika diajak pria lain selalu mengiyakan, dia juga akrab dengan semua pria yang berkerja di kantornya. Harga diri Nevan merasa tercoreng lantaran ia merasa pria yang tampan dan kaya raya namun wanita itu menolaknya mentah-mentah, tapi jika pria lain di terima baik-baik.
Apalagi saat Nevan sadar jika ia telah mempunyai istri, membuatnya semakin murka karena ia menikahi wanita yang tidak di cintainya. Prinsip Nevan itu adalah menikah dengan orang yang dicintainya bukan karena terpaksa, sehingga ia tidak mengakui Senandung sebagai istrinya. Hal itu juga penyebab membuat Nevan terus menyiksa istrinya saat ia merasa marah. Namun Nevan hanya sekedar menampar dan menendang Senandung, dan menurut dirinya hal itu tidak keterlaluan.
Tapi suatu hari Nevan tak menyangka ucapannya yang sekedar mengetes Markisa untuk menjadikan kekasihnya itu langsung diterima wanita itu. Hal itu membuat Nevan terpaksa memantapkan hatinya karena sudah di terima Markisa. Itung-itung juga supaya agar bisa membalas budi pada wanita yang pernah menolongnya dulu. Ntah Nevan tidak tau juga sebenernya perasaannya pada Markisa itu apa? Dirinya benar-benar merasa bingung.
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDUNG
FantasySenandung Rengganis adalah sosok karakter figuran dalam novel yang sangat menyedihkan, ia digambarkan dengan wajah yang buruk rupa serta sifatnya yang lemah mudah ditindas. Sosok tersebut juga selalu menjadi rasa pelampiasan amarah karakter protagon...