Part 13

9.1K 929 199
                                    

Happy reading💗

Setelah kepergian Sena, Bi Rama mendengus sinis. Sudah ia katakan bukan walaupun fisik dan penampilan wanita itu sudah berubah, namun tetap saja dia lemah sehingga ia berbicara seperti itu saja langsung menangis.

"Bi Rama," panggil Nevan, membuat wanita paruh baya itu sontak menegang. Begitupun juga para pelayan yang tadinya masih fokus untuk memasak.

Bi Rama membalikan badannya, ia sontak menunduk sopan, "Iya tuan muda, ada apa ya?" tanyanya was-was.

"Saya mau bertanya pada Bibi."

"Silakan tuan!"

"Bibi mengabdi sama keluarga saya itu sudah dari sepuluh tahunan bukan?" tanya Nevan, dengan mata yang menatap datar pada Bi Rama, sekilas pria itu menatap para pelayan juga yang sekarang nampaknya gugup.

Bi Rama mengangguk, "Iya tuan."

"Mulai besok bibi angkat kaki dari mansion ini!" kata Nevan tegas. Sontak membuat mata Bi Rama melotot kaget.

Buru-buru wanita paruh baya itu langsung bersimpuh di kaki Nevan, "Maksud tuan muda apa, tolong jangan seperti itu tuan. Maafkan saya jika menurut Tuan muda saya melakukan kesalahan."

"Hiks, tolong jangan pecat saya tuan muda. Bagaimana dengan nasib anak saya di kampung jika saya tidak bekerja lagi!" lanjutnya, dengan tubuh gemetar. Jelas Bi Rama takut dan bingung kenapa ia dipecat. Setahunya ia tidak pernah melakukan kesalahan apapun.

Nevan mendengus kasar, "Bibi masih bertanya tentang kesalahan apa yang bibi perbuat hah?"

"Dengan bersikap semena-mena dan tidak menghormati nyonya muda di mansion ini bukankah itu termasuk kesalahan besar. Harusnya bibi sadar posisi, bagaimanapun istri saya itu derajatnya lebih tinggi dari bibi. Jadi kalau ingin tetap berkerja disini, harusnya hormati Sena!"

Tubuh Bi Rama menegang kaku, ia tidak menyangka jika penyebab Nevan memecat dirinya itu karena Sena. Bukankah tuan mudanya itu tidak perduli dengan istrinya.

"Hikss tuan maafkan saya. Saya tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi."

"Saya kira jika saya bersikap seperti itu pada nyonya muda tidak masalah, karena tuan sendiri selalu abai dan kadang menyiksa nyonya muda!" lanjut Bi Rama.

"Maksud bibi apa hah!" sentak Nevan marah.

Pria itu mengepalkan kedua tangannya erat, jika ia saat ini tidak berhadapan dengan orang tua. Nevan akan menghajar manusia di depannya ini.

"Seharusnya kau tidak usah ikut campur urusan rumah tangganya majikanmu! Bukankah kau termasuk lancang karena sikapmu meniru diriku pada istriku hah!"

"Mau aku melakukan apapun itu dan bersikap seperti apa pada istriku itu, adalah urusanku sendiri. Kau sebagai bawahan tugasnya hanya melayani dan menghormati majikanmu, bukannya malah semena-mena pada majikanmu sendiri!" kata Nevan menatap marah pada Bi Rama.

"Dan ini berlaku pada semuanya, jika aku masih melihat sikap kurang ajar kalian pada istriku. Aku tidak akan segan-segan memecat kalian semua dan akan ku buat kalian tidak diterima jika berkerja dimana pun!" lanjut Nevan. Kemudian ingin pergi namun kakinya lebih dulu di pegang oleh Bi Rama yang masih bersimpuh.

"Hiks, maafkan saya tuan. Tolong jangan pecat saya, berikan saya kesempatan satu kali ini saja!" ucapnya memohon sambari terisak.

Brug

Nevan mengipatkan tangan yang memegang kakinya itu, namun itu mampu membuat tangan Bi Rama terlepas dan tubuhnya tersungkur.

"Hazra," suara lembut dari wanita yang Nevan kenalin pun sontak membuat pria itu menoleh ke asal suara.

"Kamu keterlaluan, cukup aku saja yang dikasari kamu. Jangan kasari orang lain juga, apalagi ini orang tua," ucapnya tegas namun masih terdengar lembut, Sena bergerak menghampiri Bi Rama yang masih tersungkur.

"Maafkan Hazra ya bi!" kata Sena menatap tak enak pada Bi Rama.

Bi Rama tersenyum terpaksa, ntah ia tidak tau apa yang di pikirkan wanita itu, kenapa mau menolongnya. Namun dihatinya merasa jika wanita itu terlalu bahaya, walaupun wajahnya teduh dan sikapnya lembut.

Wanita itu, Sena memegang lengan Bi Rama guna membantunya berdiri.

"Akh!" Bi Rama tersentak, sakit ketika kuku panjang Sena ternyata yang melukai dirinya. Ntah ia tidak tau wanita itu sengaja atau tidak.

"Bibi kenapa, apakah karena jatuh tadi ada yang luka?" ucap Sena khawatir.

Bi Rama menggeleng pelan, ia tak mampu menjawab ketika Sena sekarang malah mencengkram lengannya kuat. Wanita paruh baya itu hanya menahan sakitnya.

Nevan tersentuh atas perlakuan Sena. Kenapa wanita itu bersikap baik bahkan lembut setelah apa yang sudah di lakukan Bi Rama padanya. Pria itu benar-benar tak menyangka jika ternyata istrinya itu berhati lembut.

Ia jadi merasa menyesal karena pernah melakukan kekerasan pada wanita sebaik Senandung.

Setelah memastikan Bi Rama tidak apa-apa, Sena kemudian menatap Nevan, "Hazra, aku mohon jangan pecat Bi Rama. Karena bagaimanapun beliau telah berjasa pada keluargamu, dia sudah mengabdi lama disini dibanding aku yang baru memasuki keluargamu hanya sebatas beberapa bulan." kata Sena memohon. Wajah wanita itu terlihat khawatir, takut jika Bi Rama benar-benar di pecat.

Sedangkan Nevan yang mendengar dan melihat wajah Sena memohon seperti itupun membuang muka, ia tak tega.

"Baiklah dia tidak di pecat, tapi posisi sebagai kepala pelayan di cabut. Sehingga dia sekarang pelayan biasa!" kata Nevan mutlak, setelahnya pria itu pergi.

Bi Rama yang mendengar itu bernafas lega, namun ia sedikit tak rela karena kini bukan kepala pelayan lagi.

"Syukurlah Bibi tidak jadi di pecat." kata Sena menatap Bi Rama tersenyum.

"Kalau begitu aku pergi dulu," lanjutnya, namun sebelum pergi badan Sena maju sedikit, "Gimana kejutan pertamanya dariku, wanita tua bangka bodoh," bisiknya menusuk.

Bi Rama tersentak, kaget mendengar itu. Lantas ia menatap Sena yang berlalu pergi setelah mengatakan hal itu.

Sedangkan para pelayan yang melihat kepergian Sena sontak memuji dan merasa bersalah karena pernah mengabaikan dan bersikap tidak hormat pada nyonya muda nya itu. Padahal terlihat jelas jika hati nyonya nya sangat baik.

Semuanya kini menatap sinis Bi Rama, karena penyebab mereka dulunya bersikap tidak sopan adalah karena wanita paruh baya itu, dia selalu mempengaruhi mereka dan memaksa agar tidak perlu bersikap hormat pada Sena.

"Bi Rama, bantu kita dong jangan malah berdiri saja disitu!" kata salah satu pelayan, yang kini mulai berani. Lagi pula status Bi Rama kini sama dengan mereka.

Mendengar itu, Bi Rama tersadar dari pikirannya. Sontak ia menatap marah pada pelayan tadi, "Berani sekali kau menyuruhku seperti itu!" sahutnya tak terima.

"Memangnya kenapa hah! Lagian juga kita itu sama. Sama-sama pelayan!"

"Bener tuh, jadi sekarang jangan sok berkuasa lagi!"

"Masih untung nyonya muda mau membantumu, jika tidak kau sudah ditendang dari mansion ini!"

Sahutan beberapa pelayan itu mampu membuat Bi Rama menggeram marah.

"Sial," umpatnya, kemudian terpaksa beranjak untuk membantu mereka.

************

Sena kini sudah di kamarnya, sedari tadi ia tak melunturkan senyumnya itu.

Ah, hari ini sangat menyenangkan. Untung saja dia datang tepat waktu, karena jika Bi Rama benar-benar di pecat itu tidak akan seru.

Sena masih ingin bermain-main dengan wanita tua bodoh itu.

"Tidak akan aku lepaskan semudah itu, karena wanita tua itu harus tersiksa disini secara pelan-pelan sebagai mainan ku!" gumam Sena senang.

Bersambung.

__________________






SENANDUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang