Tandai typo!
______________Sena mematut dirinya di cermin, saat ini ia menggunakan dres selutut berwarna putih tulang, dengan rambut panjang nya yang ia buat curly di bagian bawahnya, tak lupa juga Sena hanya menggunakan make up tipis, sehingga wajah polos putih pucatnya tetap terlihat kala setiap orang menatapnya. Ia bersyukur karena usaha selama satu bulannya ini membuahkan hasil, dan wajahnya ini ternyata tipe mudah diobati karena terbukti jerawat Sena sudah memudar semua, bahkan kulit yang tadinya kusam sekarang sudah terlihat putih pucat, mungkin ini juga asli wajah dari pemilik tubuh ini. Satu lagi yang membuat Sena berdecak kagum, kala ternyata matanya sangat cantik dengan warna hazel.
"Sempurna, ternyata wajah ini tidak seburuk yang aku kira, dan jika wanita ini merawat wajahnya sedari dulu mungkin dia akan menjadi gadis tercantik di sini!" ucap Sena, yang masih menatap dirinya di pantulan cermin.
Ia lantas bergerak mengambil sebuah tas selempang guna untuk meletakan ponselnya. Karena hari ini Sena akan pergi ke sebuah tempat dimana ibu antagonis pria akan mengalami kecelakaan.
Yah, Sena mengingat kala saat itu sang ibu antagonis hampir saja kecelakaan jika tidak ada Markisa yang menolongnya, dan setelah kejadian itu ibu antagonis pria dekat dengan Markisa begitupun sang antagonis pria yang semakin menyukai Markisa.
Sena akan mengambil peran itu, ia tidak akan membiarkan Markisa mendapat perlindungan dan dicintai banyak orang, karena yang Sena mau semua orang di dunia ini berada di pihaknya, dan sudah jelas kalau dia akan mengambil semua orang-orang yang sebelumnya berada di pihak protagonis wanita, Markisa.
Kaki Sena sontak melangkah keluar dari kamar, ia tersenyum tipis kala melihat semua pelayan di mansion ini tertegun saat melihat dirinya. Meskipun Sena tau jika mereka semua tidak suka pada dirinya, tapi jelas Sena akan tetap menjadi sosok wanita pemaaf dan baik hati kepada semuanya, walaupun jelas dihatinya ia mengutuk para perkeja disini yang sebelumnya sudah bertindak kurang ajar pada pemilik tubuh ini.
Bisik-bisik terdengar jelas di telinga Sena, tapi ia sama sekali tidak perduli. Kakinya melangkah keluar dari mansion karena taxsi yang ia pesan sudah sampai.
Tak menghiraukan tatapan bodyguard yang berjaga di gerbang, Sena dengan cepat membuka gerbang sendiri lalu masuk ke taxsi.
Sena tau kalau semua pekerja disini tidak perduli dan menghiraukannya. Karena dirinya memang masih tak sepenting itu berada di mansion ini, tapi Sena pastikan para pekerja disini
suatu hari akan menghormatinya serta saat dirinya tiba-tiba pergi keluar dari mansion mereka akan mendapatkan hukuman dari sang tuan rumah, karena tidak bisa menjaga dirinya. Camkan itu.***********
Sena kini sudah berada di sebuah cafe yang cukup terkenal di kota ini dan yang ia tau cafe ini juga termasuk salah satu milik keluarga sang antagonis pria.
Mata Sena menatap semua para pengunjung di cafe ini dengan jeli, dan dam ia melihat seorang wanita paruh baya baru keluar dari salah satu ruangan yang ada di cafe ini, Sena tebak pasti dia ibunya antagonis kala dari pakainya saja sudah bisa di tebak jika dia orang kaya, serta wajahnya yang masih nampak sedikit muda.
Kaki Sena melangkah mengikuti wanita itu sampai keluar cafe, dapat ia lihat wanita itu seperti menunggu jemputan dari supirnya. Sena sontak mendekat, ia juga pura-pura seperti sedang menunggu taksi sembari memainkan ponselnya.
Wanita paruh baya itu yang merasa ada kehadiran seseorang didekatnya pun lantas menoleh ke samping, bertepatan juga dengan Sena yang menoleh ke arah wanita paruh baya itu. Sontak Sena tersenyum lembut, membuat wanita paruh baya itu tertegun. Teduh sekali wajahnya-batin wanita paruh baya itu.
Suara klakson mobil terdengar di sebrang jalan membaut wanita paruh baya itu tersadar, ia kemudian berniat langsung nyebrang karena harus ke kantor suaminya walaupun sebenarnya ia ingin sekali berbicara pada wanita disebelahnya ini, mungkin lain saja kali kalau takdir menemukannya lagi.
Baru dirinya sampai di tengah jalan, tiba-tiba ia dikagetkan oleh sebuah mobil yang melaju ke arahnya dengan cepat, seketika pikirannya ngeblank karena kalut, dirinya bahkan terdiam sekaan pasrah badanya yang akan di hantam mobil tersebut. Sampai ada sebuah tangan mungil yang tiba-tiba mendorongnya.
"Akh" ringis wanita paruh baya tersebut, kala kepalanya kena batu, karena didorong.
"Yaampun Nyonya, sebaiknya kita ke rumah sakit," ucap supirnya tiba-tiba yang datang dengan raut wajah khawatir, buru-buru ia langsung dibantu berdiri oleh supirnya itu.
"Maaf membuat Tante terluka, aku tadi hanya spontan mendorong Tante kala melihat ada mobil yang melaju kencang," ujar Sena tiba-tiba, dengan langkahnya yang tertatih menghampiri wanita paruh baya itu.
Sena memang mengorbankan badan nya untuk menolong orang itu, sehingga dirinya lah yang berakhir kesrempet, untung saja tidak parah karena ia hanya mengalami luka-luka sedikit.
"Aduh nona anda seharusnya tidak sampai segitunya mendorong majikan saya dengan keras, lihat ini nyonya saya bahkan kepalanya sampai berdarah karena dorongan anda," sahut supir tersebut pada Sena.
Mendengar itu Sena menundukkan kepalanya merasa bersalah, "Maaf aku benar-benar tidak sengaja melakukan itu. Niatku hanya ingin menolong Tante itu."
Wanita paruh baya yang tadi diam pun seketika tersadar, ia lantas menatap tajam supirnya itu, "Diam Tono, jaga ucapanmu itu," ucap wanita paruh baya itu dengan penuh tekanan, ia lantas beralih menatap Sena dengan lembut, "Maafkan atas perkataan supir saya yang tidak sopan kepadamu ya, dan kamu juga seharusnya tidak perlu minta maaf karena yang ada seharusnya saya berterimakasih kepadamu."
"Tanpa kamu mungkin saya akan terluka parah karena mengalami kecelakaan," lanjut wanita paruh baya itu.
Sena tersenyum lega mendengarnya, ia menatap tulus kepada wanita itu, "Sama-sama Tante, sebaiknya luka di kening Tante segara di obati karena nantinya takut infeksi!" ucap Sena dengan wajah khawatir.
Wanita paruh baya tersebut pun menggeleng pelan seraya terkekeh, "sebelum menghawatirkan seseorang itu seharusnya kamu lebih dulu menghawatirkan dirimu sendiri, coba lihat disini siapa yang lebih banyak mengalami luka?"
Sontak Sena menatap lututnya serta tangannya yang tergores aspal karena terjatuh tadi, ia meringis pelan kemudian menatap wanita itu dengan senyuman canggung. "saya tidak apa-apa Tante, ini cuma luka sedikit kok!"
"Ayo biar saya obati, kamu terluka juga karena saya," sahut wanita paruh baya itu pada Sena.
Sena yang tadinya mau menolak pun jadi tak bisa, kala dengan cepat wanita itu tiba-tiba menuntunnya menunju sebuah bangku taman yang ada di dekat situ.
"Tono ambilkan p3k di mobil!" perintahnya pada sang supir, yang langsung jelas dilaksanakan.
"Perkenalkan saya Anies, kalau nama kamu siapa?"
"Nama saya Senandung, Tante bisa panggil Sena aja biar simpel," kata Sena, dengan cengiran.
Anies tersenyum lebar mendengar itu, namanya sangat cantik seperti orangnya, pikir Anies.
"Baik Sena, sekali lagi terimakasih ya karena udah mau nolongin Tante."
"Sama-sama Tante," jawab Sena sembari tersenyum tipis.
Setelah itu Anies segera mengobati luka Sena kala kotak p3k nya udah datang, begitupun setelah selesai Sena juga menawarkan untuk mengobati luka yang ada di kening Anies, gantian.
"Bunda!" suara seorang pria menginterupsi mereka berdua.
Mata Sena sedikit tertegun kala melihat pria yang sangat tampan menghampirinya, tepatnya menghampiri Anies. Terlihat juga wajah pria tersebut nampak sangat khawatir.
Sedikit kemudian senyum miring terbit di bibir Sena tanpa diketahui oleh siapapun.
Saatnya menarik pion terkuat kali ini -batin Sena menyeringai licik.
____________________
KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDUNG
FantasySenandung Rengganis adalah sosok karakter figuran dalam novel yang sangat menyedihkan, ia digambarkan dengan wajah yang buruk rupa serta sifatnya yang lemah mudah ditindas. Sosok tersebut juga selalu menjadi rasa pelampiasan amarah karakter protagon...