Luna sedang menikmati sore yang tenang di apartemennya, menghirup teh hangat sambil memandangi langit kota yang mulai berwarna jingga. Setelah berhari-hari menghadapi tekanan dan berita yang tiada henti, momen ini terasa seperti kemewahan. Namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Pintu kamarnya diketuk dengan cepat, dan Dina, asisten setianya, masuk dengan wajah sedikit panik, membawa ponsel di tangannya.
"Luna, kamu harus lihat ini," ucap Dina dengan nada serius, seraya menyerahkan ponselnya.
Luna mengerutkan kening, merasa heran dengan reaksi Dina. Ketika ia melihat layar ponsel, pandangannya langsung terpaku pada sebuah klip wawancara Kevin Blake, pria yang namanya kini kembali mencuat berkat rumor yang mengaitkan mereka berdua. Klip itu menampilkan momen di mana Kevin ditanya oleh seorang wartawan Indonesia tentang hubungannya dengan Luna Bailey.
Wajah Kevin, yang biasanya tegas dan penuh percaya diri, tampak sedikit salah tingkah. Senyum kecil yang ia tunjukkan seolah menyembunyikan sesuatu. Dan jawabannya yang menggantung semakin membuat netizen berspekulasi. Kolom komentar di media sosial langsung penuh dengan asumsi bahwa Kevin dan Luna memiliki hubungan spesial yang belum terungkap.
Luna memutar ulang klip itu beberapa kali, memperhatikan setiap ekspresi Kevin dengan seksama. Dia merasa campuran antara malu dan bingung. Malu karena harus menyeret nama Kevin, seorang atlet sepak bola profesional, ke dalam pusaran berita hiburan yang tidak ada hubungannya dengan karirnya. Tapi di sisi lain, ada sesuatu yang membuat Luna penasaran.
"Kenapa Kevin berkata begitu?" gumam Luna pada dirinya sendiri.
Sambil terus menatap layar, Luna mulai merasa aneh. Sudah bertahun-tahun sejak mereka terakhir kali bertemu, dan selama ini mereka tidak pernah berkomunikasi. Meskipun dulu mereka duduk bersebelahan saat di sekolah, hubungan mereka tidak pernah dekat. Kevin, dengan segudang prestasinya, selalu berada di dunia yang berbeda. Tetapi sekarang, berita yang mengaitkan mereka justru membawa Luna kembali mengingat pria itu.
Rasa penasaran mulai tumbuh di hatinya. Bagaimana kabar Kevin sekarang? Apakah ia masih sama seperti dulu-atlet berbakat dengan ambisi besar? Ataukah ada sesuatu yang berubah pada Kevin yang tidak diketahui Luna?
Luna menghela napas panjang. Tak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa Kevin Blake akan kembali hadir dalam hidupnya, meskipun hanya lewat berita. Dan kini, nama mereka berdua kembali menjadi sorotan publik, tanpa Luna bisa mengendalikannya.
"Semua ini jadi lebih rumit dari yang kukira," gumam Luna sambil meletakkan ponsel Dina kembali ke meja.
Dina menatap Luna sejenak, lalu dengan bijak meninggalkannya sendirian untuk merenung. Luna tidak menyangka, di balik kehebohan berita ini, ada perasaan yang mulai tumbuh dalam dirinya. Penasaran, penuh tanya, dan sedikit nostalgia tentang Kevin Blake-pria yang pernah duduk di sebelahnya, tapi kini menjadi atlet kebanggaan negara.
Setelah berpikir dan berusaha mencari cara yang tepat, akhirnya Luna memutuskan untuk bertindak. Meski merasa sedikit canggung, Luna memberanikan diri mengirimkan pesan kepada Kevin Blake melalui akun media sosialnya. Dia merasa perlu meminta maaf secara langsung karena telah menyeret nama Kevin dalam kontroversi yang tak ada hubungannya dengan karir sang atlet.
Jari-jarinya sedikit bergetar saat mengetik pesan singkat itu.
"Hai, Kevin.
Ini Aku, Luna Bailey.
Aku ingin minta maaf soal berita yang melibatkan namamu. Aku tak pernah berniat untuk membawamu ke dalam masalah ini. Maafkan aku. - Luna."Luna menekan tombol kirim dan merasa lega sejenak. Tapi kemudian kegelisahan muncul. Apakah Kevin akan membaca pesannya? Apakah dia akan membalas? Mungkin Kevin terlalu sibuk atau bahkan marah padanya. Pikiran-pikiran itu terus menghantui Luna sepanjang malam.
Tak disangka, hanya beberapa jam kemudian, notifikasi pesan balasan muncul di ponsel Luna. Jantungnya berdebar saat melihat nama Kevin Blake di layar. Dengan hati-hati, dia membuka pesannya.
"Hi Luna, tak perlu khawatir. Aku tak marah. Kalau kau merasa bersalah, kau bisa menebusnya nanti. Saat aku di Jakarta, traktir aku makan enak saja. 😄 "
- Kevin.Luna terdiam, menatap layar ponselnya dengan bingung. Pesan itu jauh dari yang ia bayangkan. Alih-alih marah atau kecewa, Kevin justru mengajak Luna bertemu untuk makan bersama. Bahkan, ia menyertakan emoji senyum di akhir pesannya, seolah-olah masalah ini bukan hal besar baginya.
"Traktir makan?" gumam Luna, masih tidak percaya dengan balasan itu. Bagaimana mungkin seorang Kevin Blake, bintang sepak bola internasional yang begitu sukses, bisa meminta sesuatu yang sederhana seperti makan bersama?
Luna tak bisa menahan senyum kecil yang muncul di sudut bibirnya. Ia tak menyangka reaksi Kevin akan sesantai ini, jauh dari apa yang ia bayangkan. Rasa canggung dan khawatirnya perlahan memudar, tergantikan oleh rasa penasaran yang baru. Apa maksud di balik permintaan Kevin? Dan mengapa ia begitu santai tentang semua ini?
Setelah beberapa saat merenung, Luna membalas pesannya dengan singkat,
"Baiklah, kau bisa pilih tempatnya nanti."
Kevin membalas lagi dengan cepat,
"Deal. Jangan lupa, aku suka makanan enak. 😉"
Luna tertawa kecil, merasa aneh tetapi juga sedikit lega. Dalam satu percakapan singkat, ketegangan yang ia rasakan seolah lenyap. Namun, di balik semua ini, ada perasaan baru yang tumbuh. Rasa penasaran tentang Kevin Blake-pria yang tampak berubah dari apa yang Luna ingat semasa mereka sekolah dulu.
Luna meletakkan ponselnya di meja, menatap ke luar jendela apartemennya dengan berbagai pertanyaan di benaknya. Entah bagaimana, Kevin yang dulu hanya duduk di sebelahnya tanpa banyak interaksi, kini membuatnya semakin ingin tahu.
![](https://img.wattpad.com/cover/379088752-288-k993666.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN FLAMES[END]✓
RomanceLuna Bailey terjebak dalam skandal lama yang menyeruak ke publik. Tuduhan anonim bahwa ia pernah menjadi pembully viral, diperparah oleh sorotan fans fanatik Joe, idol pria yang menjadi lawan mainnya dalam film terbaru. Di tengah krisis, masa lalu L...