12. karakter Louise di Game asli

1.1K 196 5
                                    

"Baik master"ucap Emily tersenyum.
Kedua kakak beradik itu duduk di kursi dan mulai bercerita
____
Sedangkan aku berada di luar berdiri sembari sedikit bersandar di dinding.
"Aku lelah"gumamku memandang lurus di lorong itu.
"Namun setidaknya rasa lelah itu terbayar karna sudah merebut 4 karakter yang seharusnya berada di pihak protagonis wanita dalam game aslinya"ucapku.

Clak
Perlahan pintu terbuka.
"Master, kami sudah selesai berbincang"ucap Emily
Aku mengangguk.
"Mari kita kembali, sebentar lagi sudah waktunya makan malam"ucapku perlahan melangkah
"Baik master"ucap Emily mengikutiku.
Aku melangkah perlahan melewati lorong itu.

Matahari begitu cerah, mataku perlahan menoleh keara seorang gadis berambut perak yang sedang bermain dengan anak anak kecil.
Dari kejauhan aku bisa melihat senyuman Mona terpancar begitu bahagia
Dia bermain dengan anak anak yatim piatu dengan riang dan di penuhi canda tawa.
"Tuan karish, tunggu sebentar"terdengar suara zalcia dari belakang.
Suara itu juga di ikuti dengan suara langkah kaki yang cepat seperti orang sedang berlari.

Aku melirik sedikit dan melihat zalcia yang berlari dengan tergesa-gesa.
"Ada apa pendeta?"tanyaku
Wanita itu memberikanku sebuah bungkusan yang terbuat dari kain Ghoni.
"Ini adalah daun teh yang tadi saya suguhkan"ucap pendeta.
Dia memberiku bungkusan kecil itu
"Lalu saya juga ingin menyampaikan rasa terima kasih saya kepada anda karna sudah menyelamatkan adik saya"ucap wanita itu tiba tiba berlutut di hadapanku.

"Kata kata saja mungkin takkan cukup untuk membalas Budi kepada anda. Bahkan sekalipun saya memberikan kepala saya saat ini hutang Budi itu masih takkan terbalas"ucap pendeta itu.

Mata emasnya yang begitu indah tidak bergetar sedikitpun seolah dia sudah begitu yakin.
"Kau adalah pendeta yang melayani dewa, sementara aku adalah orang yang membenci dewa. Kau adalah orang yang mengabdikan kesetian kepada kekaisaran sementara aku orang yang berencana memberontak dan menghancurkan kekaisaran"ucapku dengan wajah datar.
"Kita akan menempuh jalan yang berbeda,  dan perbedaan itulah yang menyebabkan kita tak mungkin berada di jalan yang sama. Karna pada akhirnya kita berdua hanya akan bertemu sebagai musuh"jawabku

Wanita itu tak menjawab dan hanya menatapku.
"Berjalan di sisiku hanya akan membuatmu menderita, orang sebaik dirimu takkan cocok untuk menjadi rekanku"ucapku lalu berjalan meninggalkan wanita berpakaian pendeta itu berlutut di lantai yang digin.
Emily sama sekali tak membuka mulutnya dan terus mengikuti langkahku yang cepat.
"Leamona"ucapku pada gadis berambut perak yang bermain dengan anak anak kecil.
Mata Mona menoleh.
"Ayah, selamat datang"ucap Leamona menurunkan anak yang ia gendong.
"Apa bermainya menyenangkan?"tanyaku menyentuh rambut perak itu.
"Iya, itu sangat menyenangkan"jawab Leamona tersenyum manis.

"Tuan"ucap seorang gadis kecil mendekat kearaku.
Mataku bergerak keara suara itu.
Terlihat seorang anak kecil berumur 4 tahunan.
Memiliki rambut hitam pekat dengan mata hitam juga.
"Loren, kau tidak boleh melakukan itu. Bagaimana jika baju tuan itu menjadi kotor"ucap seorang anak laki laki dengan kesal
"Ya benar, kau akan mengotori baju bangsawan itu"ucap anak perempuan lain.

"Ma-maaf" wajah anak itu terlihat sedih sembari perlahan melepaskan tangannya dari celana ku.
srrrt kedua tanganku perlahan bergerak dan mengangkat anak itu dengan memegang ketiaknya.
"Ya, ada apa Loren?. Apa kau memanggilku?"tanyaku kepada anak itu.

Anak itu sedikit terkejut, lalu perlahan merentangkan kedua tangannya.
"Bisakah saya meleluk anda?"ucap anak itu.
"Hei apa apaan itu, apa kau tidak lihat pakaianmu itu kotor"teriak anak laki laki tadi.
"Iya benar turun dari sana"teriak anak perempuan itu juga.
Kedua anak itu sama sekali tak menyembunyikan wajah kebencian mereka.
"Yah baiklah"ucapku perlahan memeluk anak itu.
Dia melingkarkan kedua tangannya di leherku.
Aku sedikit menepuk punggungnya
"Tuan"terdengar Loren berbisik kepadaku.
"Tolong bunuh kepala panti asuhan"
Mataku sedikit melebar saat Loren membisikan kata kata itu.
"Kenapa?"tanyaku
"Kepala panti asuhan selalu menelantarkan kami dan tidak memberi kami makan. Dia selalu mabuk dan bermain dengan wanita lalu memukuli kami tanpa alasan yang jelas"ucap anak itu berbisik.

Pembalasanku (Harem BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang