24. End S1

4.4K 412 31
                                    

Pada malam itu.
Ketika bulan masih menyinari.
Beberapa  orang pria dan wanita berdiri di sebuah hamparan taman yang indah.
Serta anak anak kecil yang ikut berdiri di sisi para orang dewasa.
Mereka semua memakai pakaian serba hitam sembari berdiri di samping peti mati yang sudah terbaring seorang gadis kecil yang terlihat seperti sedang tertidur.
Semua orang disana tampak sedih dan bahkan ada yang sudah mendirikan air mata.
Hanya ada 1 pria yang tampak tenang, pria itu berdiri dengan pakaian dan rambut perak yang di lumuri darah.
Pria itu perlahan mengambil bunga tulip di saku jasnya.
Lalu zrrrt
Mulai mengoleskan darah yang membasahi rambutnya ke bunga tulip yang putih itu.

Bunga tulip putih itu mulai terlihat sedikit memerah dengan arah yang terhimpit antara helaian helaian bunga tulip.
Lalu perlahan pria itu melangkah mendekat keara peti mati dan menari bunga tulip dengan noda darah itu di atas nada gadis yang terbaring di peti mati itu.
"Semua janji dan sumpah sudah ku tepati, kau pun begitu kau sudah menepati janjimu. Sekarang saatnya kau pergi ke sebuah tempat yang di sebut surga, tempat jiwa jiwa tak bernoda berada. Hidup indah tanpa perlu rasa sakit dunia ini... "Pria itu mulai bicara.

"Kita bertemu lalu kita berpisah.... Aku Karllan Vern karish bersumpah atas nama dan gelarku kepada anakku Loren Karish... Akan menjaga dan membesarkan anak anak dari panti asuhan sampai dimana mereka memilih jalan mereka masing masing"ucap pria itu
"Dan sumpah itu akan berakhir ketika ajal menjemput ku"ucap Karllan lalu membungkuk memberikan hormat kepada gadis didalam peti mati.
Seketika suasana menjadi pecah di penuhi dengan air mata
Bahkan Rachael dan Emily tak mampu menahan air mata mereka.

Aku memasangkan penutup peti lalu berjalan menjauh.
"Tanamkan peti mati"ucapku kepala pelayan pria.
3 pelayan pria itu mulai memasukan peti mati dalam lubang sesak 2,5 meter.
Dalam waktu 2 jam, peti mati itu sudah tertanam.
"Tuan Duke, silahkan"ucap Laure memberikan sebuah nisan berbentuk salib dengan nama Loren karish.
Aku mengambil nisan salib itu dan menatap pria berambut coklat yang masih terduduk di hadapan makam tanpa nisan itu.
"Louise, pasanglah nisan nya"ucapku pada Louise.
"Ya tuan"jawab Louise perlahan berdiri

Matanya begitu sembab, dia mengambil nisan seberat 1 kg itu lalu menancapkan nisan itu tepat di makam Loren.
"Selamat tinggal Loren"ucap Louise sembari menangis.
"Louise, kau sudah bekerja keras"ucap Emily menepuk pundak Louise.
"Emily tolong bawah anak anak lain kembali ke kamar mereka"ucapku
"Saya mengerti tuan"ucap Emily mulai mengajak anak anak.
Hanya tersisa 4 pria saja disana.
Berdiri sembari saling memandang.
"Hentikan air matamu, orang hidup harus terus menjalani hidupnya"ucap laure menepuk punggung Louise cukup kencang sampai bersuara.
"Aku tarik perkataannya tentang kau yang hanyalah beban.... Kau adalah pria yang luar biasa"ucap Rachael menepuk kedua pundak Louise.

Tap tap
Aku melangkah dan berhenti tepat di hadapan pria bermata abu abu yang cengeng ini.
Srrrt
Aku memegang kedua pipi Louise.
"Menangis Lah jika kau sedih, dan tertawa lah jika kau senang. Itu adalah bukti dari kebebasan sebenarnya. Aku bangga padamu Louise"ucapku tersenyum tipis.
Mata pria itu semakin bergetar.
Lalu srrk
Dia memelukku erat.
"Astaga apa yang harus ku lakukan dari bayi besar ini. Mengapa dia tetap menangis setelah ayahnya hibur"ucapku mengusap kepalanya.
"Saya tidak ingin menjadi anak anda hiks"ucap Louise yang masih menangis.
"Lalu kau mau aku jadi apa?"tanyaku kepada Louise.
"Saya ingin anda menjadi milik anda"ucap Louise
Srrrt
Aku menarik rambut coklat Louise dengan kasar.
"Kau tak perlu mengatakan hal yang sudah pasti, Louise"ucapku dengan wajah kesal.
Terlihat senyuman dari wajah Louise.
"Tolong buktikan kalau saya adalah milik anda, tuan"ucap Louise.
"Kau sangat tidak sopan, dasar pelacur"ucapku rambut Louise kasar. Membuatnya sedikit terseret.
"Maafkan saya tuan"ucap Louise dengan senyum lebar di wajahnya.
"Laure, Rachael ikuti aku"ucapku pada 2 pria lainnya.
"Baik tuan"jawab kedua pria itu bersamaan dengan senyuman yang tak berbeda dari Louise

Pembalasanku (Harem BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang