- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Mobil milik Revan baru saja pergi meninggalkan halaman rumah Keluarga Wiratama. Zyana masih menatapnya, sambil membawa dua piring sate yang sudah matang. Olivia mendekat pada wanita itu setelah menjauh dari Sandy. Ia memberikan bantuan untuk Zyana, dengan membawa salah satu piring sate dan berjalan bersama menuju rumah utama.
"Kamu sedang memikirkan sesuatu, Zya? Ada apa? Kamu enggak mimpi buruk lagi, 'kan?" tanya Olivia, ingin memastikan.
Zyana pun langsung berhenti melangkah. Ia menatap Olivia, lalu meletakkan jari telunjuknya di bibir sebagai tanda agar Olivia tak membahas soal mimpi buruknya. Olivia langsung menutup mulutnya dengan tangan kiri yang bebas. Ia tersenyum, sambil menunjukkan dua jarinya sebagai tanda bahwa dirinya tidak akan membahas lagi perkara tersebut. Sandy dan Sammy menghentikan langkah di teras depan, ketika mendengar suara Olivia dan Zyana yang tampaknya hanya ingin bicara berdua.
"Aku hanya mengatakan soal mimpi buruk itu padamu, Oliv. Aku bahkan enggak pernah mengatakannya pada Ai, meski kami sering menghabiskan waktu bersama-sama. Jadi, aku harap kamu benar-benar menyimpannya sendiri dan tidak membahasnya di depan umum," pinta Zyana.
"Ya. Aku janji enggak akan membahasnya lagi di depan umum. Insya Allah. Tapi ... kalau ada apa-apa, kamu harus bicarakan denganku. Jangan dipendam sendiri. Janji," pinta Olivia.
Zyana pun menganggukkan kepalanya seraya tersenyum. Keduanya kembali melangkah menuju teras. Sandy pun segera menarik lengan Sammy agar menjauh dari tempat mereka mendengarkan sejak tadi. Keduanya kini berpura-pura telah duduk sejak tadi di sofa ruang tamu, agar Zyana ataupun Olivia tidak curiga. Niki muncul dari arah dapur tak lama kemudian, tepat saat Olivia dan Zyana baru saja masuk ke rumah utama.
"Hai, guys. Sini satenya, biar aku bawa ke meja makan," ujar Niki, penuh semangat.
"Yakin, kamu mau bawa dua piring ini sendirian?" goda Zyana, sambil menjawil pipi kanan Niki yang tembam.
"Iya. Yakin aku, Zya. Kamu duduk saja di ruang tamu sama yang lain. Sekalian pikirkan tentang apa yang tadi Revan bicarakan sama kamu," jawab Niki, balas menggoda Zyana.
Senyum di wajah Zyana pun meredup perlahan. Sammy, Olivia, dan Sandy bisa melihatnya dengan jelas, sehingga mulai bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang tadi dibicarakan oleh Revan kepada Zyana. Niki kembali lagi tak lama kemudian dan bergabung di ruang tamu bersama yang lain. Ia duduk di antara Olivia dan Zyana, sementara Sandy dan Sammy duduk di sofa lain sambil mengusik ketenangan hidup Bakmi dan Bakso. Bakpau melompat ke dalam dekapan Zyana, karena Ailin sedang sibuk di dapur bersama Ziva dan Mila.
"Kamu tahu dari mana, Nik, kalau tadi Revan membicarakan sesuatu denganku?" tanya Zyana.
"Reva yang bilang padaku. Dia bilang, Revan sedang membicarakan sesuatu denganmu. Makanya dia memisahkan diri dari yang lain dan meminta untuk tidak diganggu," jawab Niki, apa adanya.
"Ayangku bilang enggak, hal apa yang Revan katakan pada Zyana?" tanya Sammy, mencoba mengorek informasi.
"Jangan beri tahu, Nik," pinta Zyana, secepat mungkin.
Sammy langsung menekuk wajahnya, karena niatan mengorek informasi yang ia lakukan baru saja disabotase langsung oleh Zyana.
"Kalaupun Ayangmu bilang pada Niki soal apa yang dikatakan Revan padaku, bukan berarti kamu harus tahu, Sam. Pembicaraan tadi benar-benar rahasia. Hanya aku dan Revan yang boleh tahu isi pembicaraannya," ujar Zyana.
Ailin menahan langkahnya sesegera mungkin. Ia memilih diam sejenak di balik tiang, karena ingin tahu soal pembicaraan antara Zyana dan Revan.
"Kalau memang hanya kamu dan Revan yang boleh tahu isi pembicaraannya, kenapa Ayangku bisa tahu? Berarti harusnya aku juga boleh tahu, dong," protes Sammy.
Sandy pun langsung melempar bantal sofa ke dalam dekapan Sammy. Pemuda itu merasa sebal, akibat Sammy yang tidak juga peka dengan maksud Zyana.
"Kalau Zya sudah bilang bahwa pembicaraannya dan Revan hanya untuk diketahui oleh mereka berdua saja, maka artinya kamu enggak boleh ikut campur. Itu urusan mereka, Sam. Cobalah untuk memahami, tanpa perlu melayangkan protes," ujar Sandy, sambil mengusap-usap kepala Bakso dan Bakmi dengan lembut.
Ailin pun memilih mundur. Ia tidak jadi melangkah ke ruang tamu. Ia lebih memilih pergi ke kamar untuk mencari ponselnya, karena ingin segera menanyakan sesuatu pada Karel.
Di kantor, Reva kini telah membagikan berkas yang harus dibaca oleh seluruh anggota tim. Ruby baru saja selesai mencetaknya, setelah tadi--selama dalam perjalanan menuju kantor--gadis itu menyusun garis besar permasalahan yang akan segera mereka tangani. Sebelum Ruby masuk ke ruang rapat, mereka segera membaca keseluruhan berkas di tangan masing-masing. Mereka menandai dan bahkan menggarisbawahi bagian-bagian penting dari masalah yang terjabarkan di dalamnya.
Ruby muncul di ruang rapat tak lama kemudian. i-Pad di tangannya tampak menyala dan menampilkan berkas yang tadi disusunnya selama perjalanan. Samsul memerhatikannya seperti biasa. Namun mulutnya tak berani mengeluarkan satu bait lagu pun untuk merayu Ruby saat itu, karena Reva sudah lebih dulu menginjak kakinya kuat-kuat di bawah meja.
"Oke. Aku mohon perhatiannya semua," pinta Ruby.
Tatapan semua orang kini terarah kepada Ruby.
"Kali ini yang menghubungi aku secara langsung melalui telepon adalah Bapak Hasbi Taslim, salah satu anggota kepolisian di Kota Subang. Bapak Hasbi menceritakan padaku, bahwa dirinya sedang mengusut sebuah perkara yang sangat sulit diterima oleh akal sehat. Di Desa Ciasem Tengah terjadi hal buruk yang cukup aneh selama beberapa hari ke belakang. Peternak sekaligus pedagang ayam yang berada di desa itu mendadak sering kehilangan ayam-ayam mereka setiap malam. Awalnya perkiraan para peternak ayam itu, hilangnya ayam-ayam ternak mereka adalah ulah dari perampok. Namun saat semua peternak ayam tersebut memasang CCTV di kandang ayam masing-masing, mereka justru dikagetkan dengan hilangnya ayam-ayam dari kandang tanpa alasan yang jelas. Sama sekali tidak terlihat siapa yang mengambil, namun ayam-ayam itu hilang begitu saja dalam jumlah yang banyak," jelas Ruby.
Revan mencatat beberapa hal pada buku catatannya. Nadin terlihat sedang mengerenyitkan kening, ketika pandangannya tertuju pada akhir kalimat dalam berkas yang ada di tangannya.
"Dan ... apakah Pak Hasbi juga yang mengatakan, mengenai persoalan lain yang lebih mengerikan lagi di dalam kasus ini?" tanyanya.
"Iya, Nad. Benar sekali. Pak Hasbi juga mengatakan, bahwa yang menjadikan kasus itu menjadi lebih mengerikan adalah, ditemukannya kumpulan bangkai ayam yang hanya tinggal kepala atau kakinya saja pada suatu tempat di pinggiran hutan dekat Desa Ciasem Tengah. Di lokasi itu terlihat seperti telah terjadi pembantaian terhadap ayam-ayam yang hilang, karena di tempat itu juga tersisa genangan darah ayam yang bau busuknya mulai menyengat," jawab Ruby.
"Aneh," gumam Karel.
"Ya. Sangat aneh," sahut Samsul.
Semua orang kini menatap ke arah kedua pemuda itu.
"Ada yang hilang dan kemudian terbantai. Aku mencurigai adanya ritual pesugihan yang sedang dijalankan oleh seseorang," ujar Karel, sambil menuliskan hasil pemikirannya.
"Tapi entah pesugihan itu dilaksanakan di desa itu sendiri atau justru di desa lain, kita belum tahu pasti. Intinya saat tiba di sana, marilah kita mencoba melihat langsung kedua lokasi," saran Samsul.
"Oke. Samsul dan Iqbal akan memeriksa semua kandang ayam warga Desa Ciasem Tengah, sementara yang lain akan ikut denganku memeriksa tempat pembantaian ayam di hutan," putus Revan, dengan cepat.
"Loh? Heh? Kok jadi aku yang kebagian periksa kandang ayam?" kaget Samsul.
Ruby pun mendekat pada Samsul dan menyerahkan sebungkus masker berwarna abu-abu ke tangan pemuda itu.
"Sudah, jalani saja. Insya Allah, aku akan ikut memeriksa kandang ayam bersama kamu dan Iqbal," janji Ruby, sukses membuat hati Samsul berbunga-bunga.
"Siap, Dek Ruby! Laksanakan!"
* * *

KAMU SEDANG MEMBACA
KUNTILANAK
Terror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 4 Perjalanan kali itu berbeda dari biasanya. Iqbal merasa ada yang begitu mengganjal dalam hatinya selama perjalanan berlangsung. Sejak mendengar soal permintaan tolong klien dari Ruby, sesuatu seakan langsung me...