♡ ♡ ♡
Malam itu di Dufan, suasana cukup ramai meski langit sudah gelap. Javier, Michel, Harsya, dan Wilona memutuskan mengisi perut dahulu. Mereka mampir di penjual churros dan corndog. Setelah pesananya selesai harsya langsung memberikan churos yang sudah matang itu ke wilona. Hal itu membuat wilona senang sampai menampakkan gigi rapi nya.
Saat menikmati jajanan nya sendiri mata wilona melihat kearah javier yang membantu mengelapi mulut Michel yang terkena saos. " Ish dasar ga tau tempat" ucap wilona merasa bingung antara javier yang berlebihan atau si Harsya uang kurang romantis
" Ayo dah lanjut" ajak javier mengajak mereka mencoba wahana yang menantang nyali itu. Hanya melihat dekorasi depan nya saja javier sebenarnya tampak ragu, tapi berusaha tetap tenang di depan Michel. Di sisi lain, Harsya dengan santai berjalan di depan Wilona, mengajak masuk karena dari tadi wilona sudah terlihat gugup sejak masuk antrean.
"Aduh sya!! Kayaknya serem banget!" gumam wilona dengan suara tertahan, mencoba kembali melangkah kebelakang
" Lo bisa pegangan ke gue"
" Jambrett!! Gelap banget" kaget javier setelah mulai memasuki rumah hantu itu
Michel tersenyum tipis, tahu betul cowok disampingnya itu sebenarnya takut. "Tenang aja, Jav. Hantu di sini nggak beneran kok " goda Michel sambil menahan tawa
Javier hanya mendengus, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Apaan, gue nggak takut kok!" bohongnya, padahal tubuhnya sedikit bergetar sekarang. Tangan nya berkali-kali berusahalah menutup mata nya
Saat mereka mulai masuk ke dalam rumah hantu, suasananya langsung mencekam. Lampu-lampu redup dan suara gemerisik menyeramkan mulai terdengar dari berbagai arah. Tak lama, hantu-hantu muncul mengejutkan mereka satu per satu.
" MBAK PINJAM KEPALANYA!!!"
"Ya ampun, sialan! Apa-apaan nih! GUE LANANG TOLOL!!" pekik Javier saat seorang hantu tiba-tiba muncul dari balik pintu. Ia hampir memaki, tapi segera ditarik michel agar tetap berjalan. Michel tanpa berkata apa-apa, melindungi Javier dengan meletakkan lengannya di depan, membuat Javier merasa sedikit lebih aman meskipun masih ketakutan.
" Gatau deh gue merem aja"
Di sisi lain, Wilona menggenggam erat lengan Harsya yang sekarang berada di sampingnya. Setiap kali hantu muncul di hadapannya, ia meringis dan mundur ke arah harsya, tubuhnya gemetar ketakutan. "Harsya harsya harsya, gue nggak bisa..!" Pekik wilona karena terkejut sambil menarik napas pendek-pendek, hampir menangis.
Harsya tetap tenang, meski sesekali ia terkejut dengan penampakan hantu-hantu tersebut. Ia dengan lembut menepuk dan merangkul bahu Wilona, membimbingnya agar tetap tenang. "Nggak apa-apa, Lo nggak usah takut" ucapnya pelan.
Namun, semakin ke dalam, teror di rumah hantu itu semakin intens. Hantu-hantu mulai berlari dan mengejar mereka, membuat Wilona tak tahan lagi sekarang ia malah pingin ke kamar kecil. "Gue pingin pulang, gue nggak bisa! Gue mau keluar!" seru wilona, hampir melepaskan diri dari Harsya dan berlari ke arah pintu keluar
Harsya cepat tanggap, segera meraih tangan wilona dengan sigap. "Hey, Wil, tenang. Lo nggak bisa kabur sendiri. Gue di sini, jangan khawatir" katanya lembut sambil menarik Wilona kembali. Wilona sebenarnya baper tapi rasa itu masih tak terkendali karena dirinya masih ingin buang air kecil saking takutnya. Akhirnya, Wilona menyerah dan memeluk Harsya erat-erat, tak berani membuka matanya. Ketakutannya begitu besar, hingga detak jantungnya berpacu cepat, seakan berlomba dengan degup jantung Harsya.
"Lo takut, Sya? Kok jantung lo juga deg-degan?" tanya wilona khawatir, setelah mendengar gemuruh jantung Harsya yang berdebar tak kalah kencang.
Harsya tertawa kecil, sambil menggaruk kepala yang jelas-jelas tidak gatal. "Gue kaget aja" jawabnya