I'll even pick the stars for you
♡ ♡ ♡
Wilona berdiri di sebuah kafe, tangannya menggenggam erat ponsel sambil menunggu. Perasaannya bercampur antara amarah, kecewa, dan rasa ingin tahu yang mendalam. Ia mengirim pesan pada Andy untuk bertemu, dan tak lama kemudian, sosok laki-laki itu muncul dengan penuh senyum di wajahnya.
"Wilona" Andy menyapa dan duduk di depan wilona tanpa ragu. "Akhirnya lo ngajak gue buat ketemuan."
Wilona menatap Andy sembari terdiam, menyembunyikan rasa gemuruh di dadanya. "Iya, gue memang butuh bicara, Kak. Tapi bukan untuk minta bantuan."
Mendengar itu andy tampak sedikit terkejut, tapi ia tetap berusaha mempertahankan sikap santainya. "Oh? Lalu soal apa?"
Wilona menghela nafas lalu tanpa basa-basi mengeluarkan hpnya dan menunjukkan foto dokumen, yang diberikan Juneo sehari sebelumnya. Ia menunjukan nya tepat di depan Andy. "Gue tahu semuanya. Semua rencana kotor kakak. Lo memanfaatkan nama keluarga, menyalahgunakan jabatan kerabat lo, bahkan berusaha menjatuhkan papa gue. Demi apa kak? Kenapa?? Wilo benar-benar nggak nyangka."
Andy menelan ludah, habis sudah rencananya kali ini. Tetapi ia berusaha menjaga ekspresinya untuk tetap tenang. "Dek wilo, lo nggak ngerti situasinya. Semua ini cuma salah paham. Percaya sama gue, Kakak ini-"
PLAK!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Andy, membuat beberapa pengunjung di kafe menoleh. Andy memegang pipinya dengan mata melebar, tak percaya Wilona bisa melakukan itu.
"Jangan panggil gue seperti itu lagi!" Wilona berkata dengan suara bergetar, matanya penuh amarah menahan air mata. "Lo pikir gue bakal percaya sama omongan lo setelah semua yang lo lakuin? Lo ngehancurin kepercayaan gue. Lo ga hanya nyakitin gue ndy, tapi juga keluarga gue! Apa lo ga pernah mikir dampak semua ini ke orang lain hiks?!"
Andy kewalahan tidak ada kata-kata yang keluar lagi darinya. Wilona kembali melanjutkan, suaranya penuh dengan rasa kecewa.
"Gue bodoh pernah percaya sama lo. Gue bodoh pernah mengira lo orang baik." Wilona menggelengkan kepala, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan lagi. "Gue cuma pengen tau satu hal. Kenapa? Apa gue pernah berbuat salah ke lo sampai lo tega ngelakuin ini semua?"
Andy tertunduk, kehilangan kata-kata untuk membela dirinya. Sisi dingin dan percaya diri yang biasanya ia tunjukkan runtuh di depan Wilona. Pengunjung cafe masih setia melihat mereka berdua
Wilona berdiri segera merapikan tasnya. "Gue nggak mau liat lo lagi. Hidup gue udah cukup berantakan tanpa harus ada lo di dalamnya. Jangan ikut campur lagi"
Tanpa menunggu jawaban, Wilona berbalik dan pergi, meninggalkan Andy yang terpaku di tempatnya. Langkah Wilona cepat, seolah ingin melarikan diri dari rasa sakit yang terus menghantuinya selama ini. Namun, untuk pertama kalinya, ia merasa sedikit lebih ringan. Seperti beban besar yang akhirnya mulai terangkat.
• • •
Pagi itu terasa berbeda bagi Harsya. Matahari bersinar seperti biasa, hiruk-pikuk sekolah tetap ada, tapi semuanya terasa sepi baginya. Ia berjalan melintasi koridor sekolah tanpa banyak bicara. Kehidupannya seperti berjalan otomatis tanpa warna.