Sisi Manis

37 4 0
                                    

♡ ♡ ♡

Pagi ini, wilona akan pergi ke sekolah bersama Harsya. Walaupun hubungan mereka semakin dekat, Wilona masih merasa sedikit canggung dengan perubahan ini. Bagaimanapun, Harsya adalah sosok yang dingin dan misterius, tapi di balik sikapnya itu, Wilona tahu ada perasaan tulus yang perlahan tumbuh di antara mereka.

Ketika pintu depan diketuk, Mama Jeni yang membuka pintu langsung menyapa Harsya dengan ramah.

"Oh, nak Harsya mau jemput Wilona?" tanya Mama Jeni dengan senyum ramah.

"Ya, tante. Saya jemput Wilona untuk berangkat sekolah bareng" jawab harsya sopan, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya. Meskipun dia biasanya tenang.

Mama Jeni tersenyum puas, rasanya dia ingin mengadakan pesta bersama Lei nanti. "Baiklah, tunggu sebentar ya, Harsya. Wilona masih di dalam."

Sementara itu, Dodo yang duduk di meja makan hanya melirik Harsya. Ia tidak menghampiri atau menyapa Harsya. Di benaknya, gambar yang ia temukan kemarin foto Michel dan Javier terus berputar, membuatnya merasa tak nyaman.

Harsya yang menyadari tatapan dingin dari Dodo hanya balas tersenyum tipis. Tak lama kemudian, Wilona keluar dari rumah dengan ransel di punggungnya. Matanya langsung bertemu dengan Harsya, dan sekejap, perasaan canggung itu hilang, digantikan oleh rasa nyaman yang anehnya mulai terbiasa ia rasakan saat-saat bersama Harsya.

Mereka mulai berjalan beriringan menuju sepeda motor Harsya yang terparkir di depan rumah. Sebelum pergi, Wilona menoleh ke arah mamanya, melambaikan tangan sambil tersenyum. "Ma, aku berangkat ya!"

Mama Jeni balas melambai, senang melihat putrinya semakin bahagia.

Saat sudah sampai di sekolah, kini harsya mengantarnya di depan kelas nya. Sorakan dari teman-teman nya sudah bisa ia dengar. Wilona tertunduk salah tingkah dibuatnya. " Udah kamu sana ke kelas" ujar wilona setengah malu. Harsya menurut dan mengelus pucuk kepala wilona " Bye"

" Bye"

Saat hendak memasuki kelas, langkah wilona terhenti di pojok sana ada sosok yang sangat ia kenal-Kak Andy. Pria yang selama ini selalu ia curigai menjadi dalang di balik segala kekacauan hidupnya. Andy berdiri tak jauh dari situ, menatapnya tajam. Tatapan yang penuh ketegangan, seakan-akan ada sesuatu yang belum selesai di antara mereka.

Wilona berhenti sejenak, matanya membalas tatapan tajam Kak Andy dengan penuh kebencian. Dalam hatinya, ia tahu bahwa Kak Andy sengaja menghancurkan banyak hal dalam hidup dan reputasinya. Tapi ia belum memiliki bukti kuat untuk menghadapinya secara langsung. Tapi dalam hatinya, ia tahu bahwa nanti, ia harus menghadapi Kak Andy secara langsung.

• • •

Di sebuah toko roti kecil yang nyaman, Bu Jenita dan Bu Lei sedang menikmati pagi mereka. Wangi manis roti yang baru dipanggang memenuhi udara, menciptakan suasana hangat. Mereka duduk berhadapan, sambil menikmati secangkir teh hangat dan kue-kue lezat di atas meja.

Bu Lei menggendong Rowon yang tampak tenang di pangkuannya. Dengan wajahnya yang tampan seperti Harsya, Rowon menarik perhatian banyak orang di sana.

"Rowon makin besar makin mirip harsya ya" ucap Bu Jenita, tersenyum memandangi bocah gemas itu. "Pasti nanti kalau gede jadi anak yang pintar, banyak yang suka."

Bu Lei tertawa kecil sambil mengelus kepala Rowon. "Aduh, jangan-jangan dia malah pinter ngegombal daripada kakaknya." Rowon tersenyum lebar lalu mengedipkan matanya yang lucu seolah mengerti maksud ibunya.

"Rowon, ah... Sudah mulai berani godain ibu-ibu, ya?" canda Bu Jenita sambil mencubit lembut pipi Rowon.

Mereka berdua melanjutkan obrolan tentang anak-anak mereka yang kini sedang menjalani kisah cinta remaja masing-masing. Keduanya tampak bahagia mengetahui bahwa Harsya dan Wilona sudah resmi menjadi pasangan.

Robers (my chupid)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang