♡ ♡ ♡
"Dodo, tolong bangunin kakakmu! Dia belum juga bangun dari tadi. Nanti telat sekolahnya" seru Mama Jeni
Dodo menghela napas panjang. Ia sudah tiga kali berusaha membangunkan Wilona sejak pagi, tapi kakaknya benar-benar keras kepala hari ini. Mungkin karena belakangan ini Wilona terlihat kurang semangat, terutama setelah kejadian fashion show yang membuatnya kecewa.
Dengan malas, Dodo mematikan game-nya dan berjalan menuju kamar kakaknya. Saat ia membuka pintu, suasana kamar Wilona masih gelap. Tirai belum dibuka, dan Wilona masih menggulung dirinya di bawah selimut.
"Kak, bangun! Udah siang, mau bolos sekolah lo?" ucap Dodo dengan nada bercanda, mencoba membangkitkan semangat kakaknya.
"Ah, males. Ngapain ke sekolah juga? Enggak ada yang penting..." balas Wilona dengan suara berat karena masih mengantuk
Dodo mendekat, menarik selimut kakaknya dan menggoyang-goyangkan tubuh wilona sampai akhirnya dia membuka matanya perlahan.
"Kampret. Apa sih?" gerutu Wilona sambil bangkit duduk, matanya setengah terbuka.
"Sekolah, Kak. Katanya lo orang yang ga suka bolos. Ayo, buruan mandi nanti mama marah lo!" Dodo terus mendesak.
Dengan enggan, Wilona akhirnya menyerah. "Duhh ish,, iya, iya... gue mandi dulu." Wilona dengan terpaksa mengangkat tubuhnya dan berjalan menuju kamar mandi sambil mengusap wajahnya yang masih penuh kantuk.
Sementara Wilona mandi, Dodo merasa bosan menunggu. Matanya berkeliling kamar dan akhirnya tertuju pada meja belajar kakaknya yang bernuansa pink yang dipenuhi dengan alat tulis. Ia mendekat, duduk di kursi, dan tanpa sengaja matanya tertuju pada sebuah foto yang sebagian tertutup buku.
Dengan penasaran, Dodo mengambil foto itu dan melihat lebih jelas. Matanya langsung terbelalak. Di foto itu terlihat sosok yang tak asing. Seseorang yang selama ini ia sukai secara diam-diam bahkan menjadi penyemangat belajar nya.
Tapi yang membuatnya terkejut adalah fakta bahwa Michel sedang berdiri di samping Javier, teman sekolah kakaknya. Keduanya tampak bahagia, seperti sepasang kekasih yang sedang menikmati momen bersama.
Di foto itu, ada juga kakaknya bersama harsya, yang sedang berdiri di sebelah Michel dan Javier, terlihat seperti sedang berada di suatu tempat rekreasi dengan senyum ceria di wajah mereka.
Dodo merasa dadanya sedikit sesak. Ia tidak pernah tahu kalau Michel dekat dengan Javier. Apalagi dia dan michel sudah tidak berkontak lagi sekarang. Dilihatnya michel terlihat begitu nyaman di dekat Javier, seakan-akan hubungan mereka lebih dari sekadar teman.
"Bahasa Inggris nya bulan sama pintu" gumam dodo dalam hati, perasaan kecewa bercampur bingung.
• • •
Hari ini, suasana di Harrods terasa lancar seperti biasa, namun ada satu hal yang membuat Michel merasa ada yang aneh. Ketika ia bertemu dengan Dodo di koridor seperti biasanya, sesuatu tentang sikapnya terasa berbeda. Biasanya, setiap kali mereka bertemu, Dodo akan tersenyum lebar, penuh semangat, terutama ketika mereka berbicara soal belajar untuk olimpiade.
"Hai, Do! Gimana hari ini?ada info lomba lagi?" tanya michel, berusaha memulai percakapan dengan nada ceria.
Dodo menatapnya sejenak, lalu mengangguk. "Iya aman Kak" jawabnya singkat, senyumnya masih ada, tapi tak lagi menggebu-gebu seperti biasanya. Michel merasa ada yang aneh, tapi dia tak ingin memaksanya untuk bicara. Ia tahu Dodo, anak yang ceria, tapi juga kadang suka memendam sesuatu.