Happy reading 💖
Jngn lupa vote n comment♡ ♡ ♡
Hari ini, wilona hendak belanja ke kantin. Yasmin, yang melihat keadaan wilo dengan senyum tak tega, menawari diri untuk menggantikan.
"Nggak apa-apa yas. Gue yang ke kantin aja. Tugas Bahasa Inggris lo sama Laras belum kelar kan? Gue bakalan cepet kok " ucap wilo sambil tersenyum, berusaha meyakinkan mereka.
Akhirnya, wilo mengambil uang yang sudah terkumpul dan melangkah ke kantin, membawa sedikit semangat untuk hari ini. Namun, kantin yang biasanya penuh dengan aroma makanan lezat dan percakapan ceria tampak sedikit berbeda hari ini. Mungkin hanya perasaanya saja, tapi ada tatapan aneh yang terasa menusuk dari beberapa sudut ruangan.
Setelah membayar makanan dan bersiap untuk pergi, wilona merasakan dorongan dari belakang, seolah-olah ada yang sengaja menyenggol pundaknya berulang kali. Mungkin ini hanya kebetulan, pikirnya, dan wilo memutuskan untuk tidak menggubrisnya. Namun, rasa tidak nyaman itu terus berlanjut, dan semakin lama, wilona semakin yakin bahwa ada maksud di balik semua ini.
Saat wilo hampir keluar dari barisan, tiba-tiba terdengar teriakan keras dari sudut ruangan.
"Anak koruptor woy!" suara itu membuat langkahnya terhenti. Wilona terpaku, berusaha menahan napas dan harapan bahwa dirinya salah dengar. Namun, teriakan itu semakin jelas, bergema hingga ke segala penjuru kantin. Kakinya berasa terpaku di tempat
Teriakan itu segera disusul oleh suara lain, bahkan beberapa cewek-cewek mulai melemparinya dengan makanan kecil dari arah yang berbeda. Camilan dan remah-remah mulai beterbangan, mengenai seragam dan rambut wilo yang sudah tak karuan.
Semuanya terasa begitu menyakitkan.
"Terus aja lempar! Ayo, gini aja terus!" teriak wilo, berharap mereka akan berhenti. Tapi justru ejekan mereka semakin menjadi. Wilona masih berusaha melindungi dirinya sendiri dengan lengan satunya nya
Ketika akhirnya dia berusaha keluar dari kantin dengan membawa makanan untuk teman-temannya, sekelompok cewek-cewek menghadang jalan, sambil melontarkan ejekan dengan wajah puas.
"Oh, serakah banget nih, bawa makanan banyak gitu!" salah satu dari mereka mencibir, suaranya terdengar tajam
"Minggir! gue ga ada urusan sama lo. Gue cuma mau makan sama temen-temen gue" jawab wilo berusaha terlihat tegar di tengah penghinaan ini.
"Temen-temen lo? Oh masih ada yang mau temenan sama lo?" celetuk salah satu dari mereka dengan nada mengejek. "Denger guys, si wilona ini pernah ngatain gue cewek ikan. Gegara harsya nerima bekal dari gue. Sekarang malah dia yang bau kerupuk ikan hahahaha!"
Ejekan mereka semakin keras, dan tawa mereka menggema seolah memojokkan wilina ke sudut yang paling kelam. Semua orang menertawakannya bahkan berakting menutup hidung nya ketika ia lewat. Semua hal itu membuat wilo merasa semakin kecil dan tak berdaya.
Wilona hanya bisa menahan tangis, ingin berlari dan pulang, menjauh dari semua ini. Rasanya seperti mimpi buruk yang tak kunjung berakhir.
• • •
(Wilona POV)
"Maaf, Bu. Saya pikir, mungkin jabatan bendahara sebaiknya dipegang oleh orang lain saja" ujar ketua kelas dengan nada yang seolah-olah dia merasa yakin dengan keputusannya.
Teman-teman sekelas yang dulu selalu mendukungku, kini tampak setuju tanpa banyak pertanyaan, seolah lupa bahwa aku selalu menjaga uang kelas mati-matian dan menagih mereka dengan rajin dan tegas. Tak ada yang membelaku, mereka semua terdiam dan mengangguk setuju. Seakan-akan tidak lagi percaya padaku.