04. A little too much know

58 10 0
                                    

Untuk pertama kalinya setelah beberapa saat, aku passionate banget mecahin sesuatu dalam hidupku. Biasanya aku gampang banget menilai orang ini bener atau nggak, baik atau nggak, munafik atau nggak. Tapi Ramalio Biantara, seolah jadi pengecualian.

Disatu sisi, aku yakin dia orang yang cerdik dan bisa manfaatin situasi. Apa salahnya sedikit merendahkan harga diri kalau imbalannya aku? Bukan sombong, aku juga nggak bilang gitu karena penampilan atau fisikku. Tapi, aku ngomongin soal aku sebagai cucu pemilik PT. Nusafood. Produsen besar berbagai makanan dan minuman yang semua produknya terkenal. Nggak ada satu orang pun di Indonesia yang kayaknya nggak pernah nyicip makanan atau minuman dari perusahaan turun temurun keluargaku.

Bukannya lebih baik akting jadi cowok baik, merendahkan sedikit harga diri dengan menceritakan kisah malang soal dirinya tapi imbalannya Nusafood daripada menjaga gengsi dan bekerja keras?

Love at the first sight is a lie. Entah, kecuali aku memang secantik itu dimatanya. Tapi kalau orang bener pun pasti takut setelah tau siapa aku. Misalnya, takut nggak bisa mencukupi kebutuhanku. Tapi cowok yang namanya Ramalio itu kelihatannya bernyali banget. Dia bilang dia menantikan pertemuan berikutnya setelah menghabiskan hampir lima juta cuma cuma untuk makan sama aku dan selalu aku remehin disetiap obrolan kita. Aneh kan?

Menghubungi salah satu asisten kepercayaan Mamaku yang seumuran sama aku—Namanya Karina, kebetulan kita kuliah di kampus dan jurusan yang sama. Aku cukup kenal sama dia dan dia kerja di Nusafood pun karena bantuan koneksi dariku— aku minta dia buat nyari tau sebanyak-banyaknya info soal Ramalio Biantara.



☁️



Aku sama Karina ketemuan di salah satu restaurant di deket gedung agensinya Kevin. Denger-denger Kevin dan gebetan hari ini photoshoot poster buat film mereka di gedung agensi Kevin. Aku berharap banget mereka nanti bakalan makan disini karena biasanya, kalau ada apa-apa pasti mereka melakukan perayaan di restaurant grill ini. Semoga hari ini sama.

"Kenapa sih harus banget ke The Grill?? Kan ini buka cabang juga di deket kantor pusat bapak lo. Gue nempuh perjalanan dua jam buat ke resto yang bisa gue datengin juga dari kantor 10 menit." Karina dateng-dateng maki-maki aku. Berani banget kan dia emang?? Padahal sekarang statusnya aku bukan temennya lagi. Tapi anak dari CEO Nusafood tempat dia kerja.

"Mau gue nyuruh lu ke The Grill cabang Malaysia juga suka-suka gue nggak sih?"

Karina memutar kedua bola matanya malas. "Soal Ramalio Ramalio itu, lo yakin dia cowok yang dikenalin sama Mama lo buat perjodohan?"

Aku ngangguk. "Dapet info apa aja? Perasaan gue nggak enak."

"Lebih baik pertahankan perasaan gak enak itu karena emang bener."

Karina membuka buku catatannya, mungkin dia bikin coretan tentang info yang dia dapet disitu.

"Gue udah tau alamatnya. Yang lu kasih ke gue itu bener alamat dia. Dia tinggal sendiri di apartemen. Di Bogor di Kabupatennya dia juga punya rumah kecil yang akses masuk rumahnya agak susah. Ngelewatin sawah gitu. Ibunya tinggal sama anaknya adeknya. Alias keponakan si Ramalio Biantara. Dia baru masuk SMP tahun ini. Yang gue dapet dari tetangg, nama keponakannya itu Freya. Cewek. Dari kecil udah ditinggalin orang tuanya karena bapaknya Ramalio dan Bapaknya Freya kabur kalah judi. Ibunya Freya baru lahirin Freya kegondol duda Jerman pas kerja di Bali. Ramalio kata orang orang disekitar situ ramah, rajin bantu dan ganteng."

Ganteng?

Masa sih?

Aku pengen liat wajahnya sekali lagi rasanya buat buktiin.

"Terus, apa lagi?"

"Susah dapet infonya. Dia nggak ada catatan kriminal, nggak ada postingan yang gimana gimana di facebook lamanya. Dia juga nggak punya instagram, sejauh ini yang gue tau. Oh ada lagi, dia pernah jadi anggota band di SMA-nya dulu. Terus kuliahnya dia kerja sampingan dimana-mana. Sampe akhirnya lulus dan kerja di beberapa tempat sampe akhirnya sekarang jadi intern di Nusafood divisi R&D. Ibu dia dapet beasiswa sekolah di SMA yang sama kaya Mama lu. Dan dari buku tahunan angkatan Mama lu, mereka kayaknya emang cukup deket."

Aku yakin Mamaku nggak mungkin temenan sama sampah masyarakat. Mungkin, Ibunya Rama emang baik, pinter dan bertalenta. Nasibnya aja yang nggak memberi dia peluang lebih buat sukses. Dititik ini aku merasa agak kasian sama dia.

"Mungkin Rama emang baik, Ki." Karina seolah memberi kesimpulan. "Makanya Bu Nindy mau kenalin sama lu. Bu Nindy nggak mungkin sesembarangan itu jadi orang. Apalagi menyangkut anaknya."

Aku nggak begitu dengerin Karina bicara apa lagi setelah itu karena aku liat dua orang yang sekarang pake masker, topi dan jaket hitam itu adalah Kevin dan lawan mainnya, Evelda Maharunika.

Mereka pegangan tangan. Meskipun wajah dua-duanya sama sekali nggak kelihatan. Aku tau mereka asik ngobrol sampe ketawa-ketawa.

Gimana kalau ternyata, cewek yang ada di samping Kevin saat dia siap menikah itu bukan aku?

"Yaudah lu makan aja dagingnya. Habisin biar nggak rugi. Gue mau ada urusan yang lain."

"Astaga, Kian?? Ah lu udah nyuruh gue jauh jauh dateng kesini, sekarang ninggalin gue lagi! Tau gitu gue kasih tau semuanya lewat chat aja tadi. Anjing, emang bangsat tuh anak bos gua."



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sunshine. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang