10. A Big Big Big Decision.

16 2 0
                                    

Tepat jam 1.30 malam, Rama sampai di apartemenku.

Aku masih seger banget bacain majalah majalah digital sambil makan buah anggur dan satu botol Penfold Grange yang bahkan masih tersegel. Aku nggak tau kenapa aku nyiapin ini di meja. Tapi kalau ngobrol santai di jam segini, kayaknya enak sambil minum red wine.

Ketika Rama udah selesai sama urusannya— tadi dia bilang belum mandi, jadi dia numpang mandi begitu sampai. Dia juga udah bawa kaos dan celana tidur. Kayaknya dia nggak akan nolak untuk kedua kalinya aku ajak tidur disini.

Kelakuannya agak mencurigakan. Pasti dia nggak sebaik yang aku pikir. Huh!

"Kamu masih lama, Ki, baca bacanya?" Tanya dia. Dia sekarang duduk di sofa sebrangku. Duduk gitu aja, tangannya saling menggenggam satu sama lain diatas pahanya. Aku ngelirik buat liat dia yang lagi ngomong itu.

"Nggak juga. Emangnya mau ngapain?" Tanyaku. Aku naro ipadku di meja. Aku juga angkat satu kakiku buat bertumpu diatas kaki yang lain. Hal itu bikin rok yang aku pakai agak naik ke atas. Aku smirk pas tau Rama langsung nunduk malu-malu.

"Nggak tau juga saya kita mau ngapain."

"Siapa?" Aku naikin salah satu alisku kesal.

"Sorry, sorry. Aku."

Aku nurunin kakiku lagi supaya pahaku nggak kemana-mana karena aku yakin bener aku keliatan kayak cewek penggoda sekarang ini yang minta diapa-apain sama cowok di depanku. Seratus persen, niatku nggak kayak gitu.

"Bukain Winenya dulu."

Rama angkat botol itu hati-hati. Dia jelas banget keliatan bingung tentang cara bukanya. Mungkin dia nggak pernah. Aku nggak mau memperlambat suasana dengan biarin dia bingung gitu terus.

"Ini namanya corkscrew." Aku memperkenalkan nama alat di tanganku. Dia ngangguk ngerti, mungkin nama ini nggak asing ditelinganya.

Pertama, aku membuka foil segel botol terlebih dahulu kemudian mengerahkan kemampuanku dengan konsetrasi penuh dan kehati-hatian ekstra untuk membuka cork penutup botol. Dia terkesima ketika aku kelihatan semahir itu.

Dia bahkan berseru "woaah." pas botolnya terbuka.

Aku menuangkan sedikit kedalam
gelasnya. Mannernya dalam menerima minuman oke juga.

"Sebelumnya kamu tuh udah pernah kerja, Ram?" Walau aku udah mengorek latar belakangnya, aku tetep tanya-tanya. Mencocokkan omongan dan mencari tahu dia pembohong atau bukan.

"Pernah. Jadi asisten Dirut suatu perusahaan dulunya."

"Oh ya? Terus kenapa mundur dan malah magang di Nusafood?"

"Soalnya ... aduh ini jelek ceritanya."

Waaah, biasanya kalau cerita yang katanya jelek gini malah seru nih.

"Ceritain gak!" Aku melotot kearahnya. Dia naro gelas winenya ke meja lagi dan natap lurus ke depan.

"Ceritanya agak panjang. Jadi dari sebelum aku lulus dulu aku udah nyoba kerja sana sini sampe salah satu kenalanku yang lumayan punya relasi sama orang-orang besar ngenalin aku ke suatu perusahaan. Dikenalin langsung ke Dirutnya. Dari awal suasananya udah abu-abu banget. Bu Dirut kayaknya juga nerima aku bukan karena CV atau kompetensiku. Tapi aku tetep nyoba kerja dan buang pikiran-pikiran jelek kayak gitu. Aku dikasih tanggung jawab lebih, diajakin meeting penting kemana-mana. Diajak meeting berdua. Bahkan pas suaminya ada keperluan ke luar negri, beliau panggil aku ke rumah dengan alasan meeting juga. Aku udah nggak enak banget selama di perjalanan tapi karena ini perintah atasan aku bisa apa lagi? Sampe sana bener aja aku diajak minum-minum dan dia tiba-tiba cium bibir aku."

"Kurang ajar banget tuh orang. Udah tua?"

"Nggak, belum. Ah, udah sih. Tapi paling jaraknya cuman 7-12 tahun di atas kita. Enggak yang jauh banget."

"Terus? Kalian ngelakuin sex?"

Telinga Rama memerah. "Nggak Kiannaaaaaa."

"Ih enggak ya udah enggak, nggak usah naikin nada bicaranya dong. Emang kenapa nggak sex?"

"Jangan gitu. Jangan to the point gitu nyebutnya."

"Yaudah iya, terus kenapa nggak bersenggama?"

"Aku beneran nggak mau lanjut cerita nih!"

"Astaga.... Iya iya. Terus kalian kenapa nggak ngelakuin ITU?" Tanyaku dengan sengaja mempertegas kata 'itu'.

"Aku nggak gila?"

"Udah itu aja alasannya? Kalo aku tiba-tiba kaya Dirut kamu gimana?" Aku majuin mukaku ke muka Rama. Dia mundur dan dorong aku supaya duduk lagi aja.

"Jadi tujuan kamu nyuruh aku ke sini karena kamu lagi bernafsu, Ki?"

Aku tertegung beberapa detik sampai akhirnya aku ketawa ngakak banget. Kenapa bahasanya bernafsu banget sih? Aku sampai nggak kuat ketawa lagi.

"Bercanda. Sebenernya aku deceritain Mama soal kamu nanyain ke Mama tentang aku pas hari aku dorong Citra."

"Oh, Tante bilang ya,"

"Kenapa kasihan sama aku?"

Dia gelagapan. Mungkin dia takut aku salah paham sama kata-katanya. "Aku nggak marah kok. Emang aku kadang kasian. Aku juga kasian sama diriku sendiri."

Percakapan jadi lebih tenang dan malam seolah kembali ngingetin kita kalau saat ini bukan saat yang tepat buat suasana berisik.

"Ram, kalau cewek lain yang nyuruh kamu ke rumahnya malem-malam kaya gini, apa yang kamu lakuin?"

"Kalau nggak mendesak aku nolak, lah."

"Alesan apaan kayak gitu? Kalaupun mendesak harus tetep nolak. Kamu tuh udah mau jadi suami orang."

"Hah?" Rama melongo. Beneran dia sampe buka mulutnya ngebentuk huruf O.

"Kamu janji nggak, bakalan memperlakukan aku dengan baik, sayang sama aku dan terus ada di pihakku kalau kita nikah?"

Dia ngangguk.

Mulutnya masih membentuk huruf O.

"Stop buka mulut bisa nggak?" Aku mencibir sambil berdecak beberapa kali.

Dia ngangguk lagi sambil ngatupin bibirnya.

Aku udah yakin dia bakalan jadi suami yang baik, tapi aku belum yakin apa aku suka sama dia atau nggak. Karena itu, sebelum aku diskusiin keputusanku ini ke keluarga besarku dan Rama, aku harus mastiin dulu perasaanku.

Tanpa minta izin, aku cium dia. Aku cium dan lumat bibir bawahnya. Sekitar tiga detik kemudian aku dapet balasannya. Dan tepat setelah dua detik dia balas ciumanku, i feel that fucking butterflies.


 Dan tepat setelah dua detik dia balas ciumanku, i feel that fucking butterflies

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sunshine. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang