23. Greatest Delight.

105 14 1
                                    

*ps: this chapter may contains
explicit 🔞 descriptions.
be wise~
—————————————————

Setelah pesta pernikahan kami, aku pulang ke apartemen yang disewa Rama. Meskipun luasnya hanya 1/4 apartemenku, kondisinya nggak buruk. Dapur dan ruang tamunya jadi satu. Dindingnya warna krim polos tanpa dekorasi sama sekali. Cuman ada meja kerja kecil, sofa, televisi dan rak buku disebelahnya yang isinya pun nggak penuh buku. Satu-satunya sentuhan personal yang ada diruangan utama ini mungkin cuman pigura berisi foto keluarganya yang udah memudar. Foto Ibu, Rama kecil dan mungkin... ayahnya.

Rama sebagai laki-laki yang polos banget dan nggak neko-neko itu nggak punya beberapa hal yang aku butuhkan dan nggak kepikiran aku bawa dari rumah. Salah satu contoh kecilnya adalah conditioner dan body lotion. Aku bener-bener harus mandi pakai sabun batang dan sampo yang di kemasannya ada gambar pemain sepak bola kelas dunia. Bau menthol dan busanya berlimpah banget, semoga rambut yang aku rawat pakai keratase selama bertahun-tahun ini nggak jadi kering dan gampang kusut. Tapi hal positif yang bisa aku ambil adalah, bauku jadi kayak bau Rama habis mandi. And not gonna lie, i kinda love it.

"Bauku jadi kayak kamu." Kataku begitu aku keluar dari kamar mandi. Badanku jauh lebih enakan dan capek-capek yang dari tadi bersarang di punggung dan betisku seolah menghilang setengahnya.

Rama lirik aku sambil senyum, ah, ya, dia udah mandi duluan. Rambutnya masih setengah basah dan dia lagi duduk bersandar ke dipannya sambil mainin HP, mungkin bales balesin pesan ucapan selamat yang masuk.

"Bisa nggak water heaternya?" Responnya.

"Bisa kok."

Rama ngangguk sambil masih senyum kemudian lanjut liatin Hpnya. Aku tau dia ada mau bilang sesuatu dan dia malu. Kelihatan banget dari raut mukanya. Aku duduk di sebelahnya, liat pesan apa yang dia ketik dan mau dikirim ke siapa. Ternyata dugaanku benar.

"Abis ini gak usah balesin lagi. Itu bawahan bawahan kamu, nggak perlu dibales semuanya kok." Aku rampas hpnya dan letakin di nakas dekat bagian dia tidur. "Oh ya... kamu mau langsung apa besok aja?"

Rama langsung batuk begitu aku selesai bicara. Aku ngerjyit heran. Apa aku kedengeran kayak mesum banget ya barusan?

"Langsung apa?" Tanyanya karena mungkin dia gatau harus respon apa.

"Bersetubuh?" Jawabku dengan nada super pelan. Dia makin batuk-batuk. Rama yang hari ini sehat walafiat tiba-tiba sakit batuk berdahak.


⛅️



I woke up naked. Our first night went good— i mean very well. I still a virgin, and guess Rama too. Aku pernah baca dari X katanya, nemuin enaknya itu nggak bisa langsung sekali nyoba. But guess it can't be generalized because, we feel the pleasure. We found the spot. Behind his innocent face, his member was so huge and work really good. Aku masih deg-degan dan gemeteran setiap inget. Beruntung aku bangun kesiangan dan nggak ketemu Rama.

Tapi dilain sisi aku juga nggak sabar ketemu Rama lagi. Apa aku nanti siang ke kantor aja buat nganterin bekal makan siang?

Aku nggak tau apa aku bisa disebut bisa masak. Tapi sejauh ini menurutku aku lumayan pinter bisa nangkep sesuatu dengan cepat dan mempraktikkannya dengan baik. Maka dari itu, aku mau nyoba bikin sesuatu buat Rama nanti siang. Ayam kecap dan salad sayur. Rama harus jaga pola makannya supaya sehat dan berumur panjang. Hidup sama aku nggak mudah, dia harus lebih kuat dengan makan makanan yang bernutrisi.


⛅️

Aku agak kecewa karena ternyata Rama super sibuk sampai nggak bisa ditemui. Info dari Karin, katanya tim Rama tiba-tiba mengalami kesalahan produksi yang akibatnya cukup fatal. Aku juga denger langsung kalau semua ide, masukan dan inovasinya diremehkan bahkan ditolak mentah-mentah oleh tim senior. Rama nggak pernah cerita apa-apa soal ini ke aku. Pasti pesta pernikahan kita kemarin nggak bener-bener bisa dia nikmati karena dia ada hal penting lain yang harus diselesaikan.

Karin juga bilang kalau senenernya Rama nggak terlalu dihormati di divisinya karena meskipun Rama adalah seorang Manager, staff lain yang lebih dekat dengan anggota keluarga dan tim inti nggak akan semudah itu menghormati Rama. Belum lagi pandangan dan rumor buruk soal Rama soal entah itu apa.

Aku geram, nginjek-nginjek harga diri suamiku sama dengan nggak menghormati aku. Aku bantu tunjukkin ke semua orang nggak berguna itu kalau Rama juga punya kuasa yang sama kayak senior dan professional inti Nusafood.

"Angel ada di kantor?"

Karin ngangkat kedua bahunya tanda nggak yakin. "Gue kan nggak di divisi dia, Ki."

"Pasti ini tuh ulah Angel, Cath sama Ibunya tuh Rama diginiin. Mereka tuh cuman nggak terima aja kalo menantu mereka nggak sekompeten Rama."

"Ya terus mau gimana, Ki? Semua orang mana peduli sama hal itu, yang penting Ferdinand reachable buat mereka kan? Lagipula Bu Maya, Bu Angel, Kak Cath, semuanya jelas rukun dan kompak sama Ibu Ani. Mereka pasti mikir lu sama Rama bentar lagi udah kehilangan jabatan dari sini. Ferdinand juga rumornya udah sebar-sebar janji mau naikin professional luar jadi bagian dari jajaran senior baru."

Sial, aku nggak ngerti harus berbuat apa karena aku emang nggak pernah secara langsung terlibat di perusahaan. Tapi satu yang aku bisa minta adalah, bantuan Papaku.

"Nggak lama lagi gue bakalan bikin posisi Rama lebih tinggi daripada Ferdinand."

"It's even worse, Ki. Kalo lu gitu, makin nggak ada yang respect sama Rama. Selain itu, yakin emangnya Cath bakalan terima? Bu Maya bakalan diem aja? Makin perang keluarga menurut gue yang ada."

"Anjing emang semua keluarga gue."

"Udah udaah, sabar. Biarin waktu yang buktiin. Suami lu pasti mampu kok. Dia baik banget, dengan kebaikannya, pasti lama-lama banyak yang suka dan ada di pihaknya."

"Ah gue tau. Rama tuh nggak punya mobil juga. Makanya dia diremehin. Ayo ikut gue ke dealer mercy abis ini. Lu break makan siang kan?"

"Gue ada meeting sama Kak Cath."

"Tinggal."

"Ki gila lu, dia tuh atasan gue. Sementara lu disini meskipun lu cucu pemilik Nusafood juga kayak si Cath, tapi posisi lu disini itu cuman temen gue."

"Gue gunting mulut Cath kalau dia berani ngomelin lu. Gue yang ijinin juga."

"Kalo sampe karir gue berantakan gue ga bakalan maafin lu selamanya."

"Sok sokan,"

"Sok sokan,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sunshine. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang