Ramalio's POV
————————Setiap kali aku makan makanan yang menurutku rasanya kayak rumah, aku selalu inget Kianna. Mungkin dibalik selera mewahnya terhadap segala hal, dia bakalan suka juga sama makanan makanan sederhana yang penuh cita rasa lokal kayak gini.
Aku makan gultik sepulang dari pabrik. Akhir-akhir ini intensitas hujannya semakin tinggi. Hampir setiap jam pulang kerja pasti hujan. Jadi makan makanan yang anget-anget kayak gini cocok banget sama cuacanya.
Aku bungkusin satu gulai buat Kianna. Entah dia udah makan malam apa belum, aku nggak tau. Yang aku tau, gulainya masih bakalan enak kalaupun untuk dipanasin dan dimakan besok.
Udah beberapa hari aku nggak ketemu Kianna. Nggak berhubungan sama sekali juga lewat chat. Aku penasaran banyak soal hari-hari yang dia jalani sebetulnya, tapi aku milih buat nggak tanya dulu sampai dia sendiri yang terbuka.
Apartemen Kianna mudah banget dijangkau karena lokasinya deket mana-mana. Kawasannya juga terjamin aman dan bersih. Bahkan sepanjang koridor yang aku lewati buat menuju ke unit Kianna, aromanya wangi dan perabotan mewah tersusun rapi dan cantik. Kayaknya nggak ada orang yang penghasilannya cuman under sepuluh juta bisa tinggal disani.
"Penghuni baru ya, Mas?" Ibu ibu yang kelihatan kaya dari penampilannya nyapa aku. Beliau baru masuk ke lift.
"Bukan Bu, saya kebetulan mau mampir ke—"
"Rumah pacarnya?"
Aku senyum kikuk.
"Dari perusahaan mana nih, Mas? Atau artis? Keluarga artis?"
"Dari Nusafood."
"Keren banget dong. Anaknya? Cucunya?" Tatapan ibu itu nunjukkin kalau dia salah paham mengartikan ucapanku—atau mungkin aku yang salah paham?
"Eh Ibu, bukan saya. Saya cuman orang biasa. Temen— ah, pacar saya yang dari Nusafood. Anak CEOnya. Cicit foundernya."
"Orang biasa yang kerja di Jepang maksudnya? Atau Amerika? Pengacara? Penasehat hukum perusahaan?"
"Bukan. Saya kerja si pabrik Nusafood bagian R&D. Masih magang. Kerjanya berhubungan sama mesin-mesin yang dipakai buat produksi di pabrik."
"Ah, kamu keliatan baik padahal."
"Ya?" Aku menaikkan alisku heran. Apa ibu ini baru nuduh aku manfaatin Kianna? Apa nantinya kalau kita bareng asumsi orang lain akan selalu kayak gini?
"Lantai 8 kan?"
Aku asik mikir sendiri sampai nggak sadar kalau aku udah sampai tuhuanku. Aku nyapa ibu itu sekali lagi kemudian pergi sebelum pintu lift tertutup lagi dan pergi ke lantai yang lebih atas lagi.
"Kamu tuh pacar aku apa tukang DO makanan sih? Tiap kesini bawa makanan." Itu sambutan yang keluar dari mulut Kianna pas dia bukain pintu buat aku. Tentu saja dengan muka datar plus nada sewot seperti biasa.
Kita.... pacaran beneran??
Aku ngulum bibir bawahku buat nahan senyuman.
"Biar kamu gendut." Kataku. Aku langsung nutup mulut karena Kianna melotot nggak suka. Jangan sampi karena ceroboh ngomong dia jadi marah dan nggak mau ketemu aku lagi.
"Kamu mau panasin, Ki?" Tanyaku lagi karena Kianna ternyata nggak bicara lagi.
"Nggak. Malem-malem makan beginian bau mulutku gak enak besok pagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine.
FanfictionMenikahi perempuan kaya raya nggak pernah ada di wishlist Rama karena sebagai laki-laki yang bertanggung jawab, tentunya dia ingin membahagiakan keluarga kecilnya dengan kemampuannya sendiri. Namun, bagaimana jika perempuan itu adalah Kianna? Model...