Kai duduk di sudut ruang tamu, matanya terpaku pada layar ponsel yang bergetar dengan notifikasi tak henti-hentinya. Suara notifikasi yang terus-menerus masuk membuatnya merasa tidak nyaman, dan saat dia membuka aplikasi Instagram, wajahnya langsung berubah mendung.
Di sana, dia menemukan deretan komentar jahat yang ditujukan kepada Soobin, bertebaran di bawah setiap postingan yang ada. Komentar-komentar itu datang dari berbagai akun, menunjukkan kebencian dan penilaian sepihak yang membuat perutnya terasa mual.
[INSTAGRAM]
@angrynetizen88: Soobin?! Dia tampaknya orang yang baik, tapi semua ini membuktikan bahwa tidak ada yang bisa dipercaya.
@betrayedfan: Sungguh menyedihkan! Aku selalu mendukungnya, tapi jika dia benar-benar melakukan ini, aku tidak bisa membela lagi.
@melany_kim: Apa yang salah dengan orang-orang ini? Mengambil nyawa orang lain demi ego sendiri! Soobin harus dihukum seberat-beratnya.
@Realitycheck: Kita sering melihat orang-orang berpura-pura baik di depan publik. Soobin adalah contoh nyata dari wajah asli di balik topeng.
@skepticalfan: Kecewa! Aku tidak bisa mempercayai ada orang yang melakukan kejahatan seperti ini. Dia adalah hakim, seharusnya dia tahu hukum!
@hanyooha: Dari hakim jadi penjahat? Ironis sekali! Semoga dia mendapatkan apa yang pantas dia terima.
@ammy.jungie: Arin tidak pantas mendapatkan nasib seperti ini! Dan Soobin, kamu mengkhianati semua orang yang percaya padamu!
Dia terus scroll ke bawah, menemukan lebih banyak komentar penuh kebencian, dan seolah-olah semakin menguatkan kebencian publik terhadap Soobin.
"Aku pulang." Pintu terbuka, Taehyun masuk dengan wajah lelah, entah dari mana. Begitu dia melangkah ke dalam, Beomgyu yang baru saja muncul dari dapur menyambutnya dengan senyum lebar.
"Kau sudah makan?" tanya Beomgyu dengan semangat. Taehyun segera menggelengkan kepala, meletakkan kantong kereseknya di atas sofa. "Kau masak?" Ia berinisiatif bertanya.
Beomgyu mengangguk, wajahnya berseri-seri. "Ya! Aku membuat ramen spesial, favoritmu! Masih hangat di atas kompor."
"Bagus," jawab Taehyun sambil mengusap pelipisnya. "Aku benar-benar lapar."
Beomgyu melangkah ke dapur dengan cepat, mengisi mangkuk dengan ramen yang beruap.
Sambil menyuap ramen, Beomgyu menatap Taehyun dengan sedikit curiga. "Tadi, kau habis dari mana?" tanyanya, berusaha menjaga percakapan tetap mengalir.
"Apotek. Membeli beberapa suplemen kesehatan," jawab Taehyun singkat, tanpa mengalihkan pandangan dari mangkuknya.
"Untuk siapa?" tanya Beomgyu, merasa ada yang aneh dengan nada suara Taehyun.
"Untukku," jawabnya lagi. Namun, entah kenapa, hati Beomgyu merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Beomgyu mencermati ekspresi wajah Taehyun. “Kau tidak terlihat sehat, Tae. Apa kau baik-baik saja?" Taehyun mengangguk, tetapi senyumnya terasa dipaksakan. "Aku hanya lelah. Banyak yang dipikirkan," katanya, suaranya terdengar datar.
Taehyun hanya memakan beberapa suap ramen sebelum beranjak dari meja, meninggalkan mangkuknya setengah penuh. Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya melangkah pergi dengan tatapan kosong yang mencerminkan kegelisahan dalam hatinya.
Beomgyu, yang masih terduduk di hadapannya, hanya bisa menghela napas. Dia menggelengkan kepala, tidak bisa memahami apa yang sedang dialami Taehyun. Suasana hening menyelimuti ruangan, hingga Kai, yang duduk di sudut ruangan, akhirnya memecah keheningan. "Ada apa dengannya?" tanyanya pada Beomgyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
the blood between us, txt
Fanfiction"Semua yang kau sayangi, kau damba, akan aku buat tiada. Aku tidak akan berhenti sampai kau merasakan apa itu neraka dunia yang sesungguhnya." Dalam upaya mencari keadilan, rahasia kelam pun mulai tersibak-dan semua orang harus menghadapi bayang-bay...