CHAPTER 10: Bloody Party

18 2 0
                                    

16+
Sadistic scenes, do not read while eating, bloody scenes, disgusting

⚠️ Severed head ⚠️

Taehyun terbangun perlahan, matanya mengerjap menyesuaikan diri dengan sinar matahari yang sudah begitu terik menembus tirai. Kepalanya terasa berat dan berdenyut, mungkin akibat minum-minum hingga larut malam setelah Soobin kembali dari apartemennya. Mereka semua memutuskan untuk merayakan kebebasan Soobin dengan sedikit berlebihan, hingga tanpa sadar waktu telah lewat pukul tiga dini hari.

Namun, saat ia mencoba bangun dari tempat tidur, sesuatu yang lain menarik perhatiannya—bau aneh yang menguar di dalam kamarnya. Bau amis, tajam dan menusuk.

Taehyun mengerutkan kening, merasa janggal. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar, mencoba mencari tahu dari mana bau itu berasal. Pikirannya yang masih setengah sadar berusaha mengingat apakah ia mungkin menjatuhkan sesuatu, atau apakah ada makanan atau minuman yang tertumpah dan basi.

Namun, saat ia memeriksa sekitar kamar dengan lebih teliti, Taehyun tersentak. Di sudut kamarnya, dekat pintu, ada bercak merah yang samar, tampak baru dan segar. Darah.

Jantungnya mulai berdegup kencang, perasaan panik perlahan menyelimuti dirinya. Taehyun menatap bercak itu dengan mata terbelalak, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi di kamarnya semalam.

Dengan kepala masih berdenyut hebat, Taehyun berjalan perlahan keluar dari kamarnya menuju ruang tamu. Pandangannya sedikit buram, dan pikirannya masih dilingkupi kabut sisa-sisa minuman semalam. Ruang tamu yang ia lewati tampak kacau balau-botol-botol bir berserakan di lantai, kursi dan meja sedikit berantakan, tanda jelas dari perayaan semalam yang berakhir larut.

Namun, saat ia melangkah ke dapur untuk mencari air, tubuhnya mendadak kaku. Pandangannya tertuju ke sudut dapur, dan napasnya seketika tercekat. Di sana, tubuh Kai terbaring, dalam kondisi mengerikan-kepalanya terpenggal, darah membasahi lantai di sekelilingnya.

Potongan daging-daging kecil dari tubuh Kai bertebaran di mana-mana.

Taehyun berdiri membeku di tempatnya, tubuhnya gemetar hebat. Kengerian yang dirasakannya begitu besar hingga ia bahkan tak mampu mengeluarkan suara untuk berteriak. Tangannya bergetar, napasnya tercekat di tenggorokan, dan matanya mulai berair. Perlahan, air mata mengalir membasahi pipinya tanpa bisa ia tahan.

Dalam ketakutan yang mendalam, tubuhnya akhirnya jatuh terduduk di lantai secara spontan. Ia terisak, namun tak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok Kai yang terbaring dalam keadaan yang begitu mengerikan. Pikirannya kosong, dan ia hanya bisa menangis, tanpa tahu harus berbuat apa.

Malam yang seharusnya penuh kebahagiaan, yang baru saja mereka habiskan bersama untuk merayakan kebebasan Soobin, kini berubah menjadi mimpi buruk yang tak pernah terbayangkan. Taehyun merasa seolah-olah seluruh dunia runtuh di sekelilingnya.

Sambil terduduk di lantai, Taehyun berusaha meraih napas, namun setiap tarikan napas hanya membuatnya semakin panik. Bagaimana ini bisa terjadi? Siapa yang bisa melakukan hal sekejam ini? Berbagai pertanyaan memenuhi kepalanya, namun ia tak menemukan satu pun jawaban.

"Nggh, Taehyun-ah ... ada ap-" suara Beomgyu terdengar serak saat ia melangkah ke arah dapur, baru saja bangun dan masih setengah sadar. Namun, begitu ia melihat pemandangan mengerikan di depan matanya, langkahnya terhenti. Tatapannya tertuju pada tubuh Kai yang tergeletak di lantai dapur dalam keadaan mengenaskan, dengan kepala terpenggal.

Jantung Beomgyu terasa seolah berhenti berdetak. Wajahnya memucat, dan tubuhnya membeku di tempat. Napasnya tertahan, sementara matanya membelalak tak percaya. Untuk beberapa detik yang terasa abadi, Beomgyu hanya bisa berdiri tanpa suara, tenggelam dalam kengerian dan shock yang luar biasa.

Tatapannya beralih pada Taehyun, yang terduduk di lantai, menangis dengan tubuh gemetar hebat. la sadar bahwa ini bukan mimpi buruk, bukan sekadar khayalan yang muncul karena mabuk semalam. Ini adalah kenyataan-dan kenyataan ini terlalu mengerikan untuk bisa diterima.

Dengan suara yang hampir tak keluar,

Beomgyu berusaha berbicara. "Taehyun ... apa ... bagaimana bisa ...?" kata-katanya tercekat, tak mampu menyusun pertanyaan dengan jelas. Semua terasa begitu surreal, dan ia tak tahu harus melakukan apa.

Taehyun hanya bisa menatap Beomgyu dengan mata penuh ketakutan, sementara isaknya semakin keras.

∘₊✧──────✧₊∘

Siang itu, apartemen mereka dipenuhi oleh para petugas polisi dan tim forensik yang sibuk memeriksa setiap sudut ruangan. Suasana yang tadinya penuh tawa dan kebersamaan kini berubah menjadi mimpi buruk yang tak terbayangkan. Garis polisi membentang, memisahkan ruang tamu dan dapur dari para penghuni apartemen, sementara petugas sibuk mencatat bukti dan mengambil foto dari lokasi kejadian yang mengenaskan.

Di antara kerumunan petugas, seorang detektif bernama Park Jihoon muncul. Ia telah ditugaskan langsung oleh atasannya untuk menangani kasus ini. Wajahnya serius dan penuh tekad, meski pandangan matanya menunjukkan rasa prihatin pada pemandangan yang mengerikan di hadapannya. Jihoon langsung memeriksa laporan awal dan meminta keterangan singkat dari tim forensik, sementara matanya sesekali melirik ke arah para penghuni apartemen yang tampak begitu terpukul.

Di sudut ruangan, Taehyun dan Beomgyu duduk di sofa, tubuh mereka bergetar, mata bengkak, dan wajah mereka terlihat pucat. Mereka tak bisa berhenti menangis, seolah-olah air mata itu tak akan pernah cukup untuk meluapkan rasa kehilangan dan ketakutan yang mereka rasakan. Di samping mereka, Yeonjun juga terisak, wajahnya tertunduk dalam, seakan tak mampu menghadapi kenyataan yang begitu menghancurkan ini.

Sementara itu, Soobin duduk terpisah, diam dengan tatapan kosong, seolah jiwanya tak sepenuhnya ada di tempat itu. Ketakutan yang dirasakannya begitu dalam hingga tubuhnya tak lagi bereaksi. Ia hanya bisa menatap lurus ke depan, wajahnya tanpa ekspresi, namun di dalam hatinya ada gejolak perasaan bersalah, ketakutan, dan kesedihan yang sulit ia ungkapkan.

Jihoon mendekati mereka dengan hati-hati, sadar bahwa setiap kata yang ia ucapkan bisa membawa dampak besar bagi para saksi yang masih terguncang. Ia memandang mereka satu per satu dengan tatapan simpati, lalu berbicara dengan nada rendah dan tenang. "Saya tahu ini berat bagi kalian, tapi kami membutuhkan bantuan kalian untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. Jika ada hal-hal yang kalian ingat atau perhatikan sejak semalam, tolong beritahu kami."

Taehyun mencoba berbicara, namun suaranya serak dan nyaris tak terdengar. "Aku … aku tidak tahu … semua ini terasa seperti mimpi buruk," ujarnya dengan suara bergetar.

Beomgyu mengangguk, masih berusaha menahan tangisnya. "Kami hanya ingat minum bersama ... lalu aku bangun pagi ini, dan—" Suaranya tercekat, tak mampu melanjutkan.

Tangis pilu memecah kesunyian ketika orang tua Kai tiba di apartemen. Wajah mereka dipenuhi dengan duka dan kepedihan yang tak terbayangkan, mata mereka bengkak dan basah oleh air mata. Mereka berusaha menerobos masuk, tetapi para petugas segera menahan mereka, dengan hati-hati namun tegas, melarang mereka untuk memasuki tempat kejadian.

"Tidak … biarkan kami melihat anak kami! Biarkan kami melihat Kai!" teriak ibu Kai, suaranya pecah di antara isak tangisnya yang semakin keras. Ayah Kai hanya berdiri terpaku, dengan air mata yang mengalir deras di wajahnya, tatapannya kosong dan penuh keputusasaan, seolah-olah seluruh dunia telah runtuh di hadapannya.

Di balik garis polisi, Taehyun, Beomgyu, Yeonjun, dan Soobin hanya bisa menyaksikan dalam diam, hati mereka semakin hancur melihat penderitaan yang terpancar di wajah orang tua Kai. Isak tangis mereka sendiri seolah tertahan oleh pemandangan memilukan di depan mereka. Kehilangan sahabat sudah merupakan pukulan berat bagi mereka, namun menyaksikan orang tua Kai yang dilanda kesedihan mendalam membuat luka itu terasa lebih dalam.

Para penghuni lain yang penasaran hanya berdiri di luar ruangan, mengintip dari jarak aman dengan wajah-wajah penuh rasa ingin tahu bercampur simpati. Mereka membisikkan kata-kata pelan, mencoba memahami apa yang telah terjadi di apartemen itu, tapi tak ada satu pun dari mereka yang berani mendekat lebih jauh.

Sementara itu, para petugas forensik terus bekerja tanpa henti, meneliti setiap sudut ruangan, mengumpulkan bukti-bukti dengan hati-hati. Namun, di balik profesionalisme mereka, setiap orang di dalam apartemen itu merasakan dampak dari tragedi ini—sebuah peristiwa yang tak seorang pun bisa lupakan.

the blood between us, txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang