CHAPTER 22: Accident

13 2 3
                                    

Mobil melaju dengan cepat di jalan malam yang lengang, ketiganya berada dalam diam yang penuh ketegangan. Soobin duduk di kursi depan, bersebelahan dengan Yeonjun yang menyetir dengan fokus, sementara Taehyun duduk di bangku belakang, tangannya mengepal erat, wajahnya penuh amarah yang ia pendam selama ini.

Akhirnya, Taehyun tak bisa menahan diri lagi. "Ini semua salahmu, Kak," ucapnya dengan nada getir yang penuh kepahitan. "Kak Soobin, kau benar-benar keterlaluan. Ini semua salahmu."

Soobin menoleh, terkejut, dan matanya bertemu dengan tatapan Taehyun yang penuh kebencian dan air mata yang nyaris jatuh. Taehyun melanjutkan, suaranya bergetar, "Kalau saja saat itu kau masuk penjara, mungkin Kai masih hidup. Dan Kak Beomgyu … dia tidak akan diculik seperti ini."

Kata-kata itu menusuk Soobin. Ia tahu beban kesalahan yang ia tanggung, tapi mendengarnya dari mulut Taehyun membuat luka itu semakin terasa dalam. Ia menelan ludah, tak mampu membalas, karena sebagian dari dirinya sadar bahwa mungkin Taehyun benar.

Di samping mereka, Yeonjun tetap memandang lurus ke depan. Ia sangat memahami amarah Taehyun. Tapi situasi mereka saat ini jauh lebih genting.

Taehyun tak bisa lagi menahan amarah dan kekecewaannya. "Bahkan karena kau juga," ucapnya dengan suara bergetar, "Kekasihmu harus meninggal dalam keadaan yang tidak adil. Di mana rasa bersalahmu, Kak? Di mana?"

Soobin menghela napas, pandangannya menunduk. Kata-kata Taehyun menusuknya dengan tajam, membawa kembali bayangan tentang kematian kekasihnya yang tragis, kematian yang selama ini ia coba lupakan namun selalu menghantuinya. Ia merasakan beban kesalahan yang seolah menekan dadanya hingga sesak, namun ia tak mampu berkata apa-apa.

Yeonjun mencengkeram kemudi dengan lebih kuat, suasana dalam mobil begitu tegang. Ia tahu bahwa amarah Taehyun tak bisa disalahkan, tapi di saat yang sama, mereka harus tetap fokus pada tujuan utama mereka, menyelamatkan Beomgyu.

"Taehyun," ujar Yeonjun akhirnya, suaranya tegas meski penuh pengertian, "Kita akan membahas ini nanti. Sekarang, kita harus menyelamatkan Beomgyu terlebih dahulu." Taehyun menarik napas dalam, menahan kata-kata lain yang ingin ia ucapkan. Meski amarahnya belum reda, ia mengangguk pelan.

Yeonjun menoleh sesaat ke arah Taehyun melalui kaca spion tengah, raut wajahnya bingung sekaligus terkejut. "Memangnya apa yang telah Soobin lakukan sampai kau berkata sekejam itu, Taehyun?" tanyanya dengan nada penuh tanda tanya.

Taehyun terdiam sejenak, seolah mencoba menenangkan napasnya yang tersengal karena emosi yang mendidih. Dengan suara rendah namun tajam, ia akhirnya menjawab, "Dia membunuh orang, Kak."

Kata-kata itu menggantung di udara, membuat suasana dalam mobil terasa semakin mencekam. Yeonjun menegang, tak bisa langsung memahami sepenuhnya apa yang dimaksud Taehyun. Namun, tatapan Taehyun yang dingin dan penuh kebencian tak menyisakan ruang untuk keraguan.

"Taehyun, apa maksudmu ...?" tanya Yeonjun, suaranya hampir berbisik, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Soobin yang sedari tadi duduk dengan kepala tertunduk, akhirnya menghela napas panjang. Matanya masih terpaku ke depan, namun sorotnya kosong. "Apa yang dikatakan Taehyun ... benar, Kak," ucapnya pelan. "Aku ... aku pernah membunuh seseorang."

Yeonjun hanya bisa terdiam, matanya melebar, tak tahu bagaimana harus bereaksi.

Tiba-tiba, Yeonjun tersenyum samar, senyum yang dingin dan penuh maksud tersembunyi. Tanpa peringatan, ia membanting setir ke arah kiri, membuat mobil mereka oleng dengan kecepatan tinggi.

"Kak! Apa yang kau lakukan?!" teriak Taehyun panik, sementara Soobin hanya bisa terkejut, tubuhnya menegang seketika.

Lalu, mobil itu menabrak pohon di tepi jalan, hentakan keras mengguncang mereka bertiga. Suara kaca pecah dan dentuman logam memenuhi udara malam.

Yeonjun menghapus sedikit darah dari pipinya, lalu menatap kedua temannya yang terluka dengan ekspresi yang sulit diartikan. Tanpa terburu-buru, ia membuka pintu mobil, keluar untuk memeriksa kondisi sekitar, memastikan tak ada orang yang melihat atau mendekat ke lokasi kecelakaan ini.

Di bawah cahaya remang, Yeonjun menghela napas panjang, seolah mengambil waktu sejenak untuk berpikir. Dalam keheningan malam, hanya suara napasnya yang terdengar, sementara Soobin dan Taehyun terdiam, tak berdaya di dalam mobil yang rusak.

Kepala Soobin menghantam dashboard dengan keras, darah perlahan mengalir dari dahinya yang terbentur parah. Di kursi belakang, Taehyun terkena pecahan kaca jendela, luka-luka kecil memenuhi sisi wajahnya. Napas mereka berdua lemah, tubuh mereka tak bergerak, tak sadarkan diri akibat benturan tersebut.

Meski Yeonjun terluka akibat serpihan kaca jendela, masih tersadar sepenuhnya. Airbag di kursinya berhasil melindungi kepalanya dari benturan lebih parah, hanya meninggalkan luka-luka kecil di wajahnya. la mengamati Soobin dan Taehyun yang terkapar dalam keadaan tak sadarkan diri, napasnya terengah-engah tapi tatapan matanya dingin dan penuh perhitungan.

Yeonjun merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya dengan tangan yang sedikit gemetar. Ia segera menekan nomor seseorang yang sudah ada di daftar kontaknya, menunggu hanya beberapa detik sebelum terdengar suara di ujung telepon.

"San, kemari," ucapnya singkat, suaranya berbisik namun penuh dengan ketegasan. "Mereka sudah pingsan."

Napasnya terdengar terengah-engah, sisa adrenalin dari kecelakaan yang baru saja terjadi masih terasa. Tanpa menunggu respon panjang dari San, Yeonjun langsung menutup panggilan. Matanya kembali menatap Soobin dan Taehyun yang masih tak sadarkan diri di dalam mobil.

Ia menyeka darah yang mengalir di wajahnya, lalu berdiri di samping mobil sambil menunggu.

Tak lama kemudian, sebuah mobil van berwarna hitam berhenti di dekat lokasi kecelakaan. Tanpa perlu banyak bicara, Yeonjun langsung menuju pintu depan mobil van dan duduk di bangku penumpang, menunggu dengan tatapan dingin.

Sementara itu, San berjalan mendekati mobil yang ringsek, membuka pintu dan mulai mengangkat tubuh Soobin yang masih tak sadarkan diri, darah mengalir dari luka di dahinya. Dengan cekatan, San membopong Soobin dan menempatkannya di kursi belakang van, memastikan posisi tubuhnya agar tidak terlalu terbentur selama perjalanan.

Setelah itu, San beralih ke Taehyun. Pecahan kaca memenuhi sisi wajah Taehyun yang penuh luka kecil dan memar. San dengan hati-hati mengangkat tubuhnya dan menempatkannya di samping Soobin. Setelah memastikan keduanya aman di dalam, San menutup pintu van dengan hati-hati, lalu kembali ke kursi pengemudi.

Saat van mulai melaju, keheningan di dalam mobil terasa tegang. Yeonjun memandang lurus ke depan, pikirannya berkecamuk namun tak satu pun emosi terpancar di wajahnya.

"Sudah siap?" tanya San tanpa melirik, fokus mengemudi.

Yeonjun hanya mengangguk pelan, tatapannya dingin dan tak terbaca.

the blood between us, txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang