CHAPTER 13: Message From The X

15 2 0
                                    

Yoon Sanha duduk di kamar mewahnya yang dihiasi dengan dekorasi modern, ruangan yang terlihat begitu megah namun terasa hampa. Dengan santai, ia menyesap puntung rokoknya, asapnya mengepul tipis, membaur dengan udara di sekitarnya. Di layar televisi di depannya, berita yang baru saja disiarkan menayangkan pembunuhan tragis yang melibatkan orang-orang dekat Soobin—sahabat dan orang-orang yang dulu menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupannya.

Sanha tersenyum kecil, tatapan matanya kosong, namun ada kilatan kepuasan di sana. Lelaki yang berwajah serupa dengan Soobin ini menikmati setiap detik dari berita itu, seolah itu adalah bentuk hiburan yang telah ia nanti-nantikan. Kini, Soobin yang tampak begitu sempurna di mata keluarga besar dan hidupnya dipenuhi dukungan, merasakan penderitaan yang sama seperti yang dulu ia alami.

Pikiran Sanha kembali ke masa tiga tahun yang lalu, saat dirinya memasuki kehidupan Soobin dengan cara yang tak sepenuhnya ia pilih. Ayah kandung Soobin, seorang politisi yang disegani, meninggal dunia mendadak akibat serangan jantung, dan dari sanalah kehidupan baru bagi Sanha dimulai. Di balik segala kemewahan yang kini ia miliki, tersembunyi luka batin yang tak pernah terobati.

Perselingkuhan yang selama bertahun-tahun disembunyikan oleh Yoon Bomin, ayah tiri Soobin (selingkuhan), dengan ibu kandung Soobin. Hubungan itu dimulai sejak lama, sejak sebelum ayah kandung—Choi Junghyung—Soobin meninggal dunia. Saat rahasia ini akhirnya terbongkar, keluarga besar Soobin enggan menerima Sanha, memandangnya dengan tatapan hina dan caci maki yang tak pernah berhenti.

Meski ia memiliki segala harta dari ayahnya, penghinaan dari keluarga besar dan perlakuan mereka yang dingin selalu membuatnya merasa tidak diterima, terasing di tengah kemewahan yang semestinya membuatnya bahagia. Setiap detik yang ia lewati di dalam keluarga itu terasa bagaikan siksa, kehadirannya selalu dipandang sebelah mata.

Namun kini, takdir berbalik. Soobin, yang dulu dipuja-puji dan dicintai oleh semua orang di keluarga, kecuali sang ibu, kini mulai merasakan serpihan demi serpihan penderitaan. Dua orang dekatnya telah tewas dalam waktu yang tak terpaut jauh, meninggalkan jejak duka dan kehancuran di hidupnya. Bagi Sanha, ini adalah keadilan yang akhirnya datang.

Dengan senyuman tipis yang menghiasi wajahnya, Sanha mematikan puntung rokoknya. Kepuasan itu membanjiri hatinya, sebuah perasaan bahwa penderitaan yang kini menimpa Soobin adalah akibat dari kebahagiaan yang dulu ia nikmati tanpa pernah sadar akan luka-luka yang Sanha simpan dalam diam.

Penderitaan Soobin, bagi Sanha, adalah balasan yang sudah seharusnya terjadi.

Di tengah lamunannya yang puas, ponsel Sanha tiba-tiba bergetar, mengalihkan perhatiannya dari layar televisi. Dengan alis sedikit terangkat, ia menatap layar ponselnya, mendapati sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak ia kenal.

Tanpa banyak berpikir, Sanha langsung membuka pesan tersebut.

Tanpa banyak berpikir, Sanha langsung membuka pesan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sanha merasakan detak jantungnya meningkat. Ia menatap pesan itu dengan kening berkerut, perasaan was-was mulai merayapi pikirannya.

∘₊✧──────✧₊∘

the blood between us, txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang