CHAPTER 15: Yoon Sanha

25 4 9
                                    

Yoon Sanha berteriak penuh ketakutan, tubuhnya terikat erat di kursi, tak bisa bergerak. Di depannya, pria itu menyeringai lebar, dengan gergaji kecil di tangannya yang mulai berbunyi, menciptakan suara mengerikan yang bergaung di ruangan sempit tersebut.

"Aku tahu kau sialan! Tak kusangka ternyata kau pengkhianat bagi teman-temanmu sendiri!" seru pria itu dengan suara penuh cemooh, tatapannya dingin dan penuh kebencian. Dia menikmati setiap detik ketakutan yang terpancar dari wajah Sanha, yang tak lagi bisa menutupi kegelisahannya.

Sanha mencoba mempertahankan

ketenangannya meskipun ketakutan mendominasi dirinya. Dengan suara bergetar, ia menjawab dengan tatapan penuh tantangan, "Kau tahu apa, sialan. Kau cuma pecundang yang tak lebih baik dari orang yang kau benci."

Pria itu menyeringai, mendekatkan wajahnya pada Sanha yang terikat. "Jujur saja padaku," desisnya dengan nada penuh ejekan. "Hari itu, kau yang menyetir mobilnya, kan?"

Sanha mendengus marah, matanya memandang pria itu dengan penuh kebencian. "Bukan, bodoh! Soobin yang menyetirnya! Malam itu aku mabuk!" suaranya penuh emosi, seolah merasa dituduh tanpa dasar.

Pria itu hanya tertawa kecil, seakan menikmati setiap kata yang keluar dari mulut Sanha. "Oh, jadi kau hanya duduk di sebelah, mabuk tanpa tahu apa yang terjadi?" tanyanya lagi, nadanya sarkastik. "Kau betul-betul Kakak yang bisa diandalkan, ya?"

Sanha terdiam, bibirnya bergetar antara marah dan ketakutan. Malam itu, ketika kecelakaan mengerikan itu terjadi, ia memang tak sepenuhnya sadar. Namun kini, rasa takut dan rasa bersalah yang dulu samar mulai merayapi dirinya, membuatnya tak tahu apa yang harus dikatakan.

Sosok itu mendekatkan wajahnya pada Sanha, tatapannya penuh amarah dan kebencian yang mengendap selama bertahun-tahun. Suara rendahnya bergetar, namun setiap kata mengandung ancaman yang nyata.

"Adik sialanmu itu," katanya pelan tapi penuh dengan kebencian, "Dia yang telah membunuh ayah dan adikku. Dua nyawa melayang malam itu, sementara dia hidup tanpa beban seolah semuanya tak pernah terjadi."

Sanha menelan ludah, tubuhnya masih gemetar. Kata-kata itu terasa menghantamnya lebih keras daripada apa pun. Lalu dia tertawa kecil, getir dan penuh dendam. "Seharusnya, jika hari itu Soobin langsung masuk penjara, mungkin kau tidak akan duduk di sini, menunggu kematianmu sendiri, Sanha-ssi," lanjutnya, menyebut nama Sanha dengan nada yang penuh ejekan.

∘₊✧──────✧₊∘

Soobin tiba di rumahnya dengan perasaan was-was, tubuhnya masih diliputi ketakutan yang membayanginya sejak beberapa hari terakhir. Ia melangkah perlahan menuju pintu masuk Rumah besar dan mewah yang biasanya memberinya rasa nyaman kini justru terasa mencekam dan hampa.

Setiap langkahnya bergema di dalam ruangan yang sepi. Beberapa pelayan yang berjaga di dalam menyapanya dengan anggukan sopan, tapi ia hampir tak memperhatikan mereka. Matanya terus mencari-cari sosok kakaknya, Yoon Sanha.

Rumah itu, dengan dinding-dindingnya yang tinggi dan lampu-lampu kristal yang megah, terasa lebih dingin dari biasanya. Soobin menelan ludah, mencoba menenangkan diri sambil melangkah semakin dalam, berharap menemukan Sanha di salah satu ruangan.

Tapi semakin jauh ia melangkah, semakin sunyi tempat itu terasa, seperti ada sesuatu yang salah.

Soobin berkeliling di dalam rumah, suaranya memantul di antara dinding yang sepi. "Kak Sanha!" panggilnya, suaranya sedikit bergetar. Tak ada jawaban, hanya keheningan yang makin membuat jantungnya berdebar kencang.

Dia terus berjalan, semakin dalam masuk ke ruang-ruang yang semakin terasa asing. "Kak Sanha!" teriaknya lagi, lebih keras, berharap kakaknya muncul dari balik salah satu ruangan. Tapi tetap tidak ada jawaban, tidak ada tanda-tanda kehidupan selain dirinya sendiri.

the blood between us, txtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang