Soobin membuka matanya perlahan, pandangannya buram dan kepalanya berdenyut hebat. Rasa pusing yang menusuk membuatnya mengerang kesakitan, namun hanya butuh beberapa detik baginya untuk menyadari situasinya. Tangan dan kakinya terikat kuat, tak ada ruang untuk bergerak sedikit pun. Ia mencoba menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri, namun bayangan tembok-tembok hitam di sekelilingnya semakin membuatnya cemas.Di hadapannya, sebuah layar televisi 38 inci menyala, memutar rekaman yang langsung membuat hatinya hancur. Di layar itu, ia melihat dua sosok yang sangat ia kenal—Taehyun dan Beomgyu. Keduanya terikat dengan mata tertutup, tubuh mereka tampak lemah dan tak berdaya.
Rasa takut yang mendalam memenuhi dada Soobin. Ia mencoba berteriak, memanggil nama teman-temannya, berharap ini semua hanyalah mimpi buruk. Namun, suara teriakannya hanya menggema, memantul dingin di dalam ruangan sempit itu, tanpa ada siapa pun yang mendengar.
Air mata mengalir di wajahnya, perasaan putus asa dan rasa bersalah memenuhi pikirannya. Apa ini semua benar-benar terjadi? Kenapa mereka harus terlibat juga? Soobin menundukkan kepala, berusaha mencari cara untuk melepaskan diri, meski hatinya sudah dipenuhi ketakutan yang tak bisa ia hindari.
Soobin tak bisa lagi menahan diri. Ia menangis tersedu, berteriak sekeras mungkin, tenggorokannya terasa terbakar saat ia berusaha melepaskan semua ketakutan dan rasa bersalah yang mencekik dada. Urat-urat di leher dan keningnya menegang, mencuat karena intensitas teriakannya yang begitu penuh emosi, memantul di ruangan gelap itu tanpa ada yang bisa menjawab.
Ia menarik napas dalam, mencoba berteriak lagi, berharap seseorang—siapa pun—mendengar dan menyelamatkan mereka. Namun, yang kembali hanyalah gema suaranya sendiri, menggema kosong di ruang yang terasa seperti penjara tanpa akhir.
Di layar, Taehyun dan Beomgyu masih terikat, tak bergerak, kondisi mereka tak jelas. Rasa bersalah menghantam Soobin dengan kekuatan penuh—membuatnya merasa seperti terjebak dalam lingkaran penderitaan yang ia ciptakan sendiri.
Pintu ruangan terbuka perlahan, suara hentakan kaki yang santai dan tanpa beban menggema, menarik perhatian Soobin yang tengah terisak dalam ketakutan dan keputusasaan. Ia mendongak, dan jantungnya terasa seperti terhenti seketika. Sosok yang melangkah masuk dengan senyum cerah di wajahnya adalah seseorang yang sangat ia kenal—Choi Yeonjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
the blood between us, txt
Fanfiction"Semua yang kau sayangi, kau damba, akan aku buat tiada. Aku tidak akan berhenti sampai kau merasakan apa itu neraka dunia yang sesungguhnya." Dalam upaya mencari keadilan, rahasia kelam pun mulai tersibak-dan semua orang harus menghadapi bayang-bay...