Tragis! Yoon Sanha, Pewaris Muda, Diduga Tewas Bunuh Diri
Seoul, 4 November 2024 - Yoon Sanha, seorang pewaris muda yang dikenal berasal dari keluarga terpandang, ditemukan tewas di kediamannya. Polisi telah menyatakan bahwa kejadian tersebut ditutup sebagai kasus bunuh diri, namun spekulasi dari masyarakat tetap ramai beredar di media sosial, menyisakan pertanyaan bagi banyak orang.
Detail Kejadian Kepolisian menyebutkan bahwa insiden ini berlangsung dalam situasi yang, menurut mereka, "memiliki cukup bukti yang mendukung dugaan bunuh diri." Namun, banyak yang mempertanyakan kenapa kasus ini terkesan begitu cepat ditutup. Sebagian netizen berkomentar, "Kebetulan yang tragis atau misteri yang sengaja ditutup-tutupi?"
Misteri Kematian Berantai? Sanha adalah sosok ketiga yang dekat dengan Choi Soobin yang meninggal dalam beberapa waktu terakhir. Beberapa minggu sebelumnya, kekasih dan teman dekat Soobin juga meninggal secara tragis. Ini tentu saja mengundang tanda tanya besar. Netizen berspekulasi tentang "kutukan" atau "balas dendam," sementara teori konspirasi soal kematian berantai juga tak kalah banyak dibicarakan.
Media Sosial Heboh Topik kematian Yoon Sanha dan kasus ini telah menjadi trending dengan tagar #MisteriSanha yang banyak diikuti oleh komentar dan meme. Salah satu pengguna Twitter menulis, "Kalau ini cerita drama, pasti plot twist-nya gila-gilaan."
<>
"Yoon Sanha, kakak tirinya Soobin, meninggal dunia karena bunuh diri," ucap Yeonjun dengan suara datar, sambil menyodorkan ponsel lipatnya kepada Beomgyu. Di layar, berita itu terpampang jelas, headline-nya besar dan mencolok.
Beomgyu menerima ponsel itu dengan ekspresi tak percaya, matanya menelusuri setiap kata di layar. Suara hatinya bertanya-tanya, bagaimana mungkin kematian beruntun ini bisa hanya dianggap sebagai kebetulan?
Hari ini Yeonjun mengambil cuti. Setelah berminggu-minggu tenggelam dalam pekerjaan yang penuh tekanan, akhirnya ia memutuskan untuk rehat sejenak. Tapi bahkan dalam liburannya, ketenangan itu rasanya tetap tak bisa ia dapatkan.
"Pantas saja aku tidak bisa menghubunginya sejak kemarin," gumam Beomgyu, tatapannya masih terpaku pada layar ponsel. Yeonjun menyandarkan tubuhnya di sofa, menghela napas panjang. "Dia pasti tidak tahu harus bilang apa ke kita."
"Tapi."
"Kita harus mencoret nama Yoon Sanha dari daftar tersangka," ucap Yeonjun sambil menghela napas panjang, matanya masih tertuju pada layar ponsel.
Beomgyu menatapnya, masih berusaha mencerna situasi ini. "Jadi ... kalau bukan Sanha, kita kembali lagi ke awal," katanya dengan nada lelah. "Padahal, kupikir Sanha mungkin orang yang paling punya alasan untuk membenci Soobin."
Yeonjun mengangguk pelan. "Iya. Banyak yang mengarah padanya. Tapi kalau Sanha sendiri sudah jadi korban, artinya kita masih kehilangan satu keping besar dari teka-teki ini."
∘₊✧──────✧₊∘
Taehyun duduk di bangku paling depan, suasana gereja yang sunyi membuat detak jantungnya terdengar lebih jelas. Ia meletakkan kitabnya di atas meja kecil di depannya, tetapi perhatiannya tak benar-benar ada di sana. Matanya nanar, tatapannya tertuju pada patung salib di hadapannya, seolah mencari jawaban yang tak kunjung datang.
Dia datang ke gereja ini bukan karena rutinitas, tapi lebih sebagai pelarian, mencari secercah ketenangan di tengah segala kekacauan yang terjadi. Namun, bahkan di hadapan simbol keimanan, pikirannya masih diliputi rasa cemas dan duka mendalam atas semua kehilangan yang dialami oleh mereka-kehilangan yang terasa begitu mendadak dan kejam.
Taehyun menatap patung salib di hadapannya, matanya dipenuhi amarah yang bercampur putus asa. Tubuhnya gemetar, dan tangannya mengepal erat di atas lututnya. Dengan suara lirih namun penuh kebencian, ia mulai bicara, seolah ingin menantang keheningan yang melingkupi tempat suci ini.
"Katakan padaku," bisiknya, suaranya serak dan penuh luka. "Siapa lagi yang akan kau renggut dariku? Kak Soobin? Kak Yeonjun? Kak Beomgyu?" Ia terdiam sesaat, menelan emosi yang memuncak di dadanya, sebelum menambahkan dengan nada yang lebih dingin, "Atau malah ... diriku sendiri?"
Di akhir kalimat itu, Taehyun tertawa-tawa yang getir dan pahit, yang tak membawa sedikit pun kelegaan. "Aku bahkan tidak mengerti ... mengapa kau mengembani beban yang bahkan tidak bisa umatmu jalankan." Nada suaranya berubah menjadi sindiran halus, seolah menuduh dan menantang dalam waktu yang bersamaan.
Ia merasa begitu marah dan tidak adil, melihat hidupnya dan hidup teman-temannya dihancurkan tanpa alasan yang bisa ia pahami. Berdiri di tempat suci ini, Taehyun merasakan kehampaan, seolah jawaban yang ia cari tak akan pernah datang. Tapi di balik rasa frustrasinya, ada sesuatu yang tak bisa ia lepaskan-dorongan untuk terus bertahan, meski hatinya dipenuhi luka.
"Taehyun, aku tidak tahu kau ternyata agamis juga," suara seorang pria terdengar dari belakang, nadanya setengah mengejek, namun tak terlalu mengejutkan Taehyun.
Tanpa menoleh, Taehyun hanya menghela napas dan menatap lurus ke depan, mempertahankan ekspresi datarnya. "Aku tidak ke sini untuk berdoa," jawabnya dingin.
"Lebih baik kau fokus saja pada kegiatanmu, San. Jangan ganggu dia," suara perempuan terdengar dari bangku seberang, tegas namun tetap tenang. Wanita itu menutup kitabnya dengan perlahan, melepas mantila putih yang menutupi kepalanya, lalu bangkit berdiri dengan anggun.
Taehyun dan pria di belakangnya, San, sama-sama terdiam dan menoleh ke arahnya. Wanita itu adalah Miyawaki Sakura, sosok yang dikenal di lingkungan ini sebagai satu-satunya orang yang paling rajin beribadah. Sikapnya tenang, namun ada aura otoritas yang membuat orang-orang cenderung mendengarkan ucapannya tanpa banyak protes.
"Jangan membicarakan hal-hal tidak penting di tempat ibadah," lanjutnya, pandangannya singkat namun tajam. Kata-katanya terarah pada San, tetapi sorot matanya sempat berhenti pada Taehyun, seolah bisa menembus segala pikiran dan kegelisahan yang berputar di dalam dirinya.
San terkekeh pelan, mengangkat tangan seolah meminta maaf. "Baiklah, baiklah. Tidak perlu menegurku seperti itu, Nona Miyawaki," ujarnya sambil menahan senyum.
"Bagaimana keadaan Soobin hari ini?" tanya San dengan nada yang seolah tak peduli, meski sorot matanya menunjukkan sebaliknya.
Taehyun menghela napas, menatap San dengan tajam. "Kau tanya saja sendiri, brengsek. Bukannya kau bekerja di tempat dan bahkan profesi yang sama dengannya?"
San mengangkat tangan, menahan tawa kecilnya. "Oh, santai-santai, Kang Taehyun," balasnya dengan nada bercanda, meskipun matanya tetap mengamati Taehyun dengan cermat. "Aku hanya penasaran, kau tahu, mengingat Soobin sudah kehilangan banyak orang dalam hidupnya. Wajar, 'kan kalau rekan kerjanya khawatir?"
Taehyun mengepalkan tangan, berusaha menahan amarah. Ada sesuatu dalam nada bicara San yang terasa penuh sindiran. "Persetan."
∘₊✧──────✧₊∘
Setelah menghabiskan beberapa hari di Ansan, Soobin akhirnya kembali ke kota dengan hati yang berat. Ia baru saja mendapat surat izin dari kantornya untuk kembali bekerja, mengizinkannya melanjutkan tugasnya sebagai hakim. Meski waktu yang ia habiskan di Ansan terasa menyesakkan yang dada, Soobin tahu ia tak bisa berlama-lama dalam keterpurukan. Kehidupan dan tanggung jawabnya sebagai hakim menuntutnya untuk bangkit kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
the blood between us, txt
Fanfiction"Semua yang kau sayangi, kau damba, akan aku buat tiada. Aku tidak akan berhenti sampai kau merasakan apa itu neraka dunia yang sesungguhnya." Dalam upaya mencari keadilan, rahasia kelam pun mulai tersibak-dan semua orang harus menghadapi bayang-bay...