Siang itu beberapa karyawan dari divisi logistik memilih makan bersama di restoran dekat kantor, termasuk Sakura dan Ino. Sebenarnya mereka berdua tidak ada niatan untuk bergabung, tapi kepala divisi bernama Pain itu terus memaksa. Tidak ada pilihan selain ikut.
Meski tidak berbicara, Ino terus memperhatikan wajah murung sahabatnya, belum lagi di leher putihnya ada bekas kemerahan yang ditutupi oleh bedak tapi jika diteliti lebih dalam itu bekas cekik. Dia tidak ingin bertanya lebih, karena sudah tahu itu ulah siapa.
Kemarin setelah rapat Sakura tidak kembali ke ruang kerja, pasti terjadi sesuatu pada saat itu.
"Kiba kau sudah membuat laporan barang yang akan dikirim besok?" Tanya Pain tiba-tiba.
Kiba yang sedang asik makan siang ditanya seperti itu mendengus, dia meminum jus yang masih penuh hingga tersisa setengah lalu berkata, "ayolah bos ini jam istirahat jangan bertanya tentang pekerjaan"
Mendengar keluhan Kiba sontak membuat mereka semua yang berada disitu tertawa, termasuk Sakura dan Ino, bukan hal menyenangkan saat makan ditanyakan tentang pekerjaan. Itu menyebalkan.
"Salah? Barang itu kan harus dikirim besok, jika tertunda lagi, Sasuke-san akan membabat habis satu divisi logistik"
Mendengar ucapan Pain mereka berseru mengeluarkan protes, seperti "HUUU" bersamaan.
"Memangnya itu barang apa, aku penasaran dengan isinya?" Ino menimpal dengan pertanyaan, dia cukup penasaran dengan barang tersebut. Bagaimana tidak, petinggi di perusahaan memaksa barang itu untuk dikirim cepat padahal mereka mengajukan pengiriman baru beberapa hari lalu, sedangkan kalau barang yang banyak harus diproses sampai seminggu lebih.
"Tanyakan pada Sakura" jawab Kiba.
Oh, tentu semua orang menatap ke arah wanita pink yang sedang diam itu. Dia membalas tatapan mereka dengan kebingungan. "Aku tidak tahu jelas" gumamnya.
"Tapi kau yang memeriksa" tuntut Lee meminta jawaban yang lebih masuk akal.
Sakura mendengus kesal, kenapa mereka begitu penasaran dengan barang tersebut, itu bukan urusan mereka. "Barang itu milik Madara-san, aku tidak mengecek lebih detail. Kata Sasuke-san itu bukan barang ilegal jadi tidak perlu mengecek sampai ke dalam-dalam"
"Oh pantas saja mereka meminta agar segera dikirim, masih milik keluarga Uchiha. Ya lagipula perusahaan ini dulunya milik Madara-san, dia bisa sesuka hati mengirim barang keluar negeri" ucap Kiba.
Mereka mengangguk setuju, ya bagaimana pun juga mereka hanyalah karyawan, apapun yang diperintahkan harus mereka lakukan.
"Berarti kau juga bisa sesuka hatimu mengimpor dan mengekspor barang Sakura, kau bagian dari keluarga Uchiha" godaan Lee membuat mereka berseru pada Sakura, tak terkecuali Ino yang nampak murung seketika.
Begitu juga dengan wajah Sakura yang langsung berubah kesal, "kalau bisa, aku ingin tubuhku ini yang dikirim keluar negeri" itu terdengar candaan bagi yang lainnya tapi tidak untuk Ino, dia tahu maksud ucapan Sakura. Sahabatnya itu ingin pergi jauh dari Sasuke.
"Kenapa harus menggunakan perusahaan memangnya kau barang? Kau kan bisa pergi liburan bersama kekasihmu itu menggunakan pesawat pribadi" godaan dari Kiba lagi.
"Diamlah dasar menyebalkan" ketusnya, tidak seperti biasanya jika digoda akan tersenyum malu-malu, sekarang Sakura merasa jijik dan ngeri.
Sudah menjadi rahasia umum kalau Sakura menjalin hubungan dengan Sasuke, Ceo muda yang baru dilantik setahun lalu itu terlihat sangat mencintai Sakura. Satu perusahaan tahu bagaimana pria itu memperlakukan Sakura dengan baik, disaat dia sedang emosi memarahi satu divisi logistik, emosinya akan mereda jika bertemu tatap dengan Sakura atau saat perempuan itu berkata akan memperbaiki pekerjaan mereka menjadi lebih baik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELATIONSHIP CRACKS
FanfictionHarusnya Sakura sadar jika ini bukan cinta, melainkan obsesi pria itu pada dirinya.