Asap mengepul dari batang rokok yang terbakar itu membuat ruangan menjadi bau menyengat, tanpa mencari tahu sudah bisa ditebak jika rokok tersebut cukup keras. Sebenarnya dia perokok berat tapi tidak sampai menggunakan rokok yang keras, belakangan ini juga dia pelan-pelan mulai berhenti merokok.
"Kenapa, kau suka baunya?" Pertanyaan mengherankan itu keluar dari mulut pria paruh baya berambut panjang. Dia sempat melirik pria berpakaian rapih di hadapannya sejenak sebelum kembali menatap ke luar jendela.
Pemandangan hiruk pikuk kota terlihat jelas dari ketinggian gedung tersebut, orang-orang di bawah sana terlihat kecil bagaikan semut, seperti bisa dengan mudah dihancurkan hanya dengan satu kali sentilan.
"Tidak baunya sangat pekat" jawabnya.
"Padahal kau perokok berat" gumamnya, "kapan kau pergi dinas ke luar negeri, kau akan membawa wanita pink itu?"
Pria itu yang tidak lain adalah Sasuke, terdiam sambil memperhatikan ujung sepatunya yang mengkilap. Sebenarnya dia malas membahas ini dengan kakeknya, tapi pria tua itu pasti akan terus bertanya jika dia tidak menjawab. "Sebentar sore.. Aku tidak membawanya, dia memiliki banyak pekerjaan di kantor"
"Oh ya itu bagus agar dia tidak mengusik pekerjaanmu disana" Madara menghembuskan asap rokoknya lagi, tapi dia menjauhkan dari wajah cucunya tersebut. "Kapan kau memberikanku cicit hm. Bukannya kekasihmu sedang mengandung?"
Lagi-lagi Sasuke terdiam, pria yang biasanya sangat jenius itu kini tengah memutar otak mencari jawaban yang masuk akal. Dia meluruskan kakinya dan menyandarkan punggungnya di sofa, bersikap sesantai mungkin karena kakeknya terus memperhatikan gerak-geriknya seolah dia adalah buronan kelas atas.
"Dia keguguran" dari banyaknya alasan entah kenapa bibirnya hanya mampu menjawab dua kata itu.
Madara terlihat terkejut tapi hanya beberapa detik sebelum dia kembali menampakkan wajah sedih. "Kau ingin membuat kakekmu menunggu lebih lama lagi? Kakekmu ini butuh cicit untuk menemani masa tua"
"Dia keguguran dan itu bukan kesengajaan, itu terjadi karena kecelakaan" Sasuke rasa itu alasan yang tepat dan masuk akal, "aku juga sangat terpukul mengetahuinya, kakek tahu sendiri bagaimana aku mencintai Sakura dan sangat ingin mempunyai anak"
Tersenyum kecil sambil menatap lama wajah cucunya yang sedang menampakkan raut sedih. Dia tahu tentang Sasuke, apa yang dipikirkan tentang cucu itu di tahu.
"Sayang sekali padahal aku sangat menantikan bayi itu" gumam Madara tanpa sadar, dia kembali menghembuskan asap rokok kali ini tepat di wajah cucunya.
Sasuke tidak menghindar ataupun memalingkan wajahnya, dia tetap diam dan menatap wajah Kakeknya dengan tatapan yang sulit diartikan. Asap itu masih mending daripada sesuatu pekat dalam hatinya yang tidak bisa dijelaskan.
***
Masih ada setengah jam untuknya sebelum berangkat. Dia memilih duduk di sebuah kafe yang berada di bandara, sekarang masih dini hari dia sengaja mengambil penerbangan jam begitu agar Sakura tidak perlu repot-repot mengantarkannya. Lagipula wanita itu butuh banyak istirahat, belakangan ini tenaganya banyak terkuras karena pekerjaan di kantor menumpuk.
Sasuke yang saat itu sedang menyandar di kursi sambil menutup wajah dengan sebelah tangannya, kini menatap seseorang yang baru saja duduk di hadapannya, wanita itu terlihat menatapnya tajam, dia seperti ingin memukulinya tapi berusaha ditahan.
Mendengus sambil menegakkan duduknya, Sasuke lalu memangku kakinya, dia menunjukkan bahwa dirinya berkuasa tidak boleh ada orang yang bisa menatapnya dengan tatapan tersebut.
"Untuk apa kau memanggilku kesini, tidak puas kah kau mengganggu waktu bekerjaku?" Tanya wanita itu ketus.
"Apa dia akan baik-baik saja?" Sasuke balik bertanya, wajahnya sempat bersedih namun kembali datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RELATIONSHIP CRACKS
FanficHarusnya Sakura sadar jika ini bukan cinta, melainkan obsesi pria itu pada dirinya.