Pemandangan pedesaan membuat hati Sakura merasa tenang, pemandangan hiruk pikuk kota di pagi hari yang biasanya penuh dengan orang-orang bergegas ke tempat kerja kini digantikan dengan suasana tenang pedesaan.
Disini bahkan matahari belum bersinar orang-orang sudah mulai melakukan aktivitas mereka mulai dari berkebun sampai berternak sapi dan kambing.
Sakura sudah sampai dari kemarin pagi, dia membeli satu rumah yang tidak terlalu besar, hanya ada satu kamar tidur, satu kamar mandi, dapur dan ruang tamu serta ruang makan. Di samping rumah tersebut ada lahan kecil yang bisa dia gunakan untuk berkebun kecil. Rumah tersebut dia beli kemarin sesampainya di desa tersebut.
Ketika sampai di desa tujuan, dia mencari kepala desa dan meminta bantuan, mereka pun memberi tahunya tentang rumah yang sekarang dia tinggali, pemilik rumah tersebut tidak lain adalah adik dari kepala desa. Mereka pun dengan senang hati menjualnya pada Sakura, karena mereka juga sudah mempunyai yang tidak jauh dari rumah tersebut.
Penduduk di desa tersebut lumayan banyak, tapi rumah mereka tidak berdempetan, ada beberapa jarak lahan di antara rumah, itu agar lahan tersebut bisa mereka gunakan untuk berkebun.
Sakura merasa damai semenjak pertama kali menginjakkan kakinya di desa ini. Masalah-masalah yang dia hadapi sebelumnya seolah meluap dan hilang begitu saja, dia ingin memulai kehidupan baru yang damai dan lebih baik lagi di desa ini.
Meski sulit melupakan tentang Sasuke dan bayinya dia yakin perlahan-lahan hatinya akan terbiasa.
"Oh Sakura, masih pagi-pagi sekali apa yang kau lakukan?" Pertanyaan tiba-tiba dari seseorang membuat Sakura mengalihkan tatapannya dari pohon tomat kecil yang tumbuh di samping rumahnya.
Tersenyum kecil dia melambaikan tangan pada pria tersebut, dia Utakata pria yang baru dikenalinya kemarin. Pria itu membantunya untuk bertemu dengan kepala desa, Sakura berkenalan dengannya begitu saja saat mereka tak sengaja saling bersenggolan di pelabuhan.
Kalau tidak salah juga rumah pria itu tidak jauh dari rumahnya. "Aku sedang menikmati angin pagi di desa ini. Kau sendiri apa yang kau lakukan?"
Utakata yang saat itu memang sedang berada di atas motor trail, memutar kuncinya untuk mematikan motornya. "Aku akan ke pelabuhan untuk menjemput pamanku, padahal aku berencana mengajakmu berkeliling desa hari ini" ucapannya terdengar lirih.
Sakura langsung menggeleng, "ya ampun tidak perlu repot-repot, aku bisa berjalan kaki kalau aku mau tapi untuk beberapa hari ini aku akan sibuk membuat kebun kecil di samping rumah"
"Baiklah, tapi jika ada kesempatan kau harus ikut ya saat aku mengajakmu berkeliling desa"
Mengangguk sambil tersenyum tidak lupa Sakura mengacungkan jari jempolnya, "baiklah, aku tunggu saat itu. Hati-hati di jalan" dia melambaikan tangannya karena setelahnya Utakata langsung menghidupkan motornya dan pergi melaju, sepertinya pria itu cukup terburu-buru.
***
Mereka merasa suasana kantor seminggu ini sangat suram, seperti tempat tersebut adalah gedung terbengkalai yang menyeramkan, semua itu tidak lain dan tidak bukan karena aura yang dikeluarkan oleh Ceo mereka. Saat mengadakan rapat kemarin pun Sasuke seolah akan memukuli mereka satu persatu padahal jelas-jelas mereka tidak membuat kesalahan besar.
Mereka berpikir mungkin itu ada kaitannya dengan Sakura yang tiba-tiba menghilang tanpa kabar sudah hampir seminggu lamanya. Pasti ada sesuatu di antara Sasuke dan Sakura hingga Ceo mereka terlihat sangat menyeramkan.
"Tapi kata Sai-san Sakura sedang mengambil cuti" ucap Kiba tiba-tiba.
Mereka masih berada di ruang kerja tapi karena pekerjaan sudah selesai mereka memilih untuk membicarakan tentang Sakura.

KAMU SEDANG MEMBACA
RELATIONSHIP CRACKS
FanfictionHarusnya Sakura sadar jika ini bukan cinta, melainkan obsesi pria itu pada dirinya.