1/1

476 34 11
                                    


Joanna menatap pria berjas hitam yang satu detik lalu baru saja sah menjadi suaminya. Pria pilihan orang tuanya yang merupakan anak dari kenalan lama mereka. Jeffrey Iskandar, pria dengan lesung pipi dan kulit pucat yang tengah menjadi perbincangan orang-orang di sana.

"Sekarang kalian sudah menjadi suami istri. Silahkan kemari!"

Joanna berjalan mendekati. Karena sejak tadi dia berada di kamar dan tidak diizinkan keluar sama sekali. Sebelum akad berhasil.

"Jangan malu-malu!" bisik Soraya, salah satu tante Joanna. Istri dari adik ayahnya dan dia adalah orang pertama yang mengusulkan perjodohan ini ada.

"Ulurkan tanganmu." Joanna bergidik saat mendengar suara pria yang telah menjadi suaminya. Karena jujur saja, ini adalah kali pertama mereka bertatap muka. Setelah sebelumnya hanya saling melihat foto saja. Sebab hanya orang tua yang lebih banyak mendiskusikan pernikahan hingga terlaksana.

Serius aku udah punya suami? Damn it!

Batin Joanna sembari mengulurkan tangan. Dia menatap jari manisnya yang tersemat cincin dengan permata berukuran sedang. Ini membuatnya tidak nyaman. Karena dia lebih suka cincin polos tanpa tambahan apa-apa.

Sama seperti acara pernikahan mereka yang hanya diadakan secara private saja. Namun tidak sederhana. Karena keduanya sama-sama anak pertama dan Jeffrey adalah anak tunggal. Sehingga jelas para orang tua ingin mengadakan acara besar.

Tetapi karena Jeffrey dan Joanna sama-sama tidak berminat pada pernikahan sejak awal, tentu mereka memiliki syarat yang memberatkan. Yaitu menolak adanya resepsi yang mengundang banyak orang. Namun syarat mustahil ini justru diterima oleh kedua orang tua. Mungkin karena sudah terdesak juga, mengingat keduanya sudah sama-sama berkepala tiga.

Setelah bertukar cincin, mereka bersalaman dan foto bersama. Lalu menikmati sajian makan malam bersama keluarga dan beberapa teman dekat yang diundang. Meski ini memakan waktu agak lama karena acara diadakan pada gedung KUD desa. Sehingga Joanna harus berganti pakaian dan mempertebal riasan. Karena sebelumnya hanya memakai kebaya bekas wisuda SMA dan riasan tipis seperti saat akan berangkat kerja.

"Mereka menipu kita." ucap Jeffrey yang kini sudah memasuki gedung KUD. Di sana sudah ramai orang yang duduk di kursi dan meja bundar. Dengan hiasan warna merah maroon dan hitam, sesuai permintaan Joanna. Sehingga senyum wanita itu tersungging lebar saat melihat ruangan yang telah dibuat menjadi begitu indah.

"Ya, biaya untuk acara ini pasti lebih mahal jika dibandingkan dengan acara resepsi biasa." Joanna mendekati meja yang berisi teman-temannya. Ada tujuh orang. Mereka adalah teman SD, SMP, SMA dan kuliah yang saat ini masih dekat dengannya. Sehingga mereka menyempatkan datang meski tinggal di luar kota.

Jeffrey mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan. Mencari keberadaan seseorang yang sejak tadi dicarinya. Mengabaikan teman-temannya yang kini melambai guna memintanya datang.

"Itu dia!"

Jeffrey mendekati wanita bergamis hitam yang sedang berada di pintu belakang. Dia tampak cantik dengan pakaian serba hitam dan tanpa riasan. Karena parasnya sangat rupawan dan berkulit pucat mirip dirinya. Tidak heran jika banyak yang mengira jika mereka bersaudara.

"Ren?"

"Eh, Jeff? Kok di sini? Istrimu mana?" Rena mengedarkan pandangan ke sekitar. Mencari keberadaan Joanna, istri sepupunya. Wanita 30 tahun yang menjadi pilihan Sandi dan Jessica untuk menemani anak semata wayangnya.

"Dengan teman-temannya. Kamu ngapain di sini? Tidak duduk dengan yang lain?"

"Aku nunggu Kevin. Dia lagi di kamar mandi, takut sendiri." Jeffrey mengangguk kecil. Dia ingin berbicara lagi, namun tatapan tajam Jessica dari kejauhan membuatnya mengurungkan diri.

GET TO KNOW BETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang