7/7

3.6K 174 14
                                        

Joanna langsung memasuki kamar. Air mata juga mulai membasahi pipi sekarang. Karena dia jelas sakit hati akan apa yang baru saja didengar.

"Sialan! Ucapannya benar, tapi kenapa aku menangis sekarang? Bajingan!" Joanna membuka lemari. Meraih pakaian olahraga karena dia berniat pilates setelah ini. Agar tidak stress memikirkan pernikahan ini.

Setelah beberapa menit menyiapkan diri, akhirnya Joanna keluar kamar. Dia membawa tas hitam yang biasa dibawa saat berolahraga. Karena dia memang sudah mulai beradaptasi tinggal di Surabaya yang mataharinya ada tiga.

Joanna memiliki banyak kegiatan di luar rumah meski tidak kerja. Dia mendaftar banyak kelas olahraga. Seperti yoga, pilates dan berenang juga. Tidak lupa dengan berbagai perawatan yang tentu sudah menjadi rutinitasnya setiap bulan saat masih kerja.

Joanna sangat menjaga penampilan. Dia selalu tampil prima dari ujung kaki hingga kepala. Tidak heran jika tabungannya sebelum menikah nol besar. Alias habis karena terpakai semua.

Mengingat sebelumnya, dia tidak kepikiran untuk menikah. Apalagi punya anak. Sehingga YOLO adalah motonya. Karena menganggap kelak tidak ada tanggungan.

Tidak tahunya dia menikah juga. Dengan pria yang cukup kaya menurutnya. Karena memiliki rumah besar dan bisa memberi uang jajan dua kali lipat dari gajinya saat masih kerja.

"Mana tahu kalau aku akan berakhir menikahi orang kaya. Tahu begitu aku hamburkan saja lebih banyak. Tidak perlu ikut arisan dan ditipu orang."

Iya. Joanna memang tidak menabung. Namun dia ikut arisan setiap tahun. Agar bisa dipakai untuk berlibur. Namun dia justru ditipu. Sehingga uang yang sedikit disisakan selama tiga tahun tidak bisa dinikmati sepeserpun.

"Tidak apa-apa. Anggap saja sedekah. Mungkin ini gantinya. Aku diberi lebih banyak. Xixixi."

Joanna terkekeh saat berbicara sendirian. Dia tersenyum cerah meski matahari sedang terik-teriknya. Sebab dia sudah ditunggu supir di depan.

"Ke tempat pilates, Pak!"

"Siap, Non!"

Joanna masuk mobil dan mulai melakukan selfie. Lalu dikirim pada grup yang berisi beberapa teman dekatnya selama ini. Guna memamerkan hidupnya yang kadang bahagia dan kadang depresi ini pada mereka yang juga merasakan hal yang sama selama ini.

Hidup itu temproray. Tidak ada yang selamanya bahagia dan sedih. Semuanya hanya sementara. Tidak ada yang abadi selamanya. Termasuk apa yang Joanna rasakan sekarang.

Sepertinya aku harus mendapatkan lebih banyak. Aku tidak tahu kapan akan diceraikan.

Batin Joanna saat memeriksa uang yang tersisa. Memang masih banyak. Karena uang jajan yang Jeffrey berikan masih utuh dan belum tersentuh juga. Sebab Joanna selalu memakai kartu Jeffrey saat berpergian dan berbelanja. Sehingga jelas dia merasa bahagia, merasa sedang berada di atas awan karena dilimpahi banyak uang. Tidak heran jika kesedihan yang didapat sebelumnya tidak berpengaruh banyak. Bahkan hanya lewat begitu saja.

Iya. Joanna mungkin jauh dari label wanita baik yang tidak gila harta. Karena dia sangat materialis dalamnya.

Dia selalu mementingkan uang dari segalanya. Dulu, dia memang pernah naif memandang uang. Memandang jika kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang .

Namun setelah tumbuh dewasa dan bisa mencari uang, dia mulai sadar jika semuanya butuh uang. Jika kamu tidak bisa bahagia dengan uang, mungkin itu karena uangmu kurang. Karena di dunia tidak banyak yang tidak bisa dibeli dengan uang. Seperti kesehatan, pendidikan, kecantikan, teman, pasangan dan bahkan pernikahan.

Damn! Sepertinya aku semakin gila uang. Aku merasa tidak akan bisa berdebar lagi kecuali dengan uang.

Joanna tersenyum lebar. Dia juga mulai membuka akun Facebook dan Instagram juga. Guna melihat update kehidupan teman-teman lamanya. Karena terkadang, dia juga rindu saat dirinya masih polos dan tidak tahu uang. Dia rindu saat hidupnya terasa sempurna karena memiliki orang tua lengkap dan banyak teman.

---

Joanna pulang pada jam enam tepat. Dia melihat Jessica yang sudah menunggu di teras. Membuatnya lekas memeriksa ponsel yang sejak tadi digenggam. Berniat memeriksa apakah si mertua menghubungi dirinya sebelum datang.

"Mama? Kok tidak mengabari dulu?" Joanna mendekati Jessica yang sudah berdiri. Mencium pipi kanan dan kiri. "Kenapa tidak masuk?"

Jessica menggeleng kecil. Lalu meraih kedua tangan si menantu, karena dia ingin memberi suatu, yaitu kotak beludru warna maroon.

"Mama mau langsung pulang. Ini untuk kamu, pakai di acara besok malam. Baju dan sepatunya akan datang besok siang."

"Acara apa, Ma?" Joanna kebingungan. Sebab dia tidak tahu akan acara apa yang sedang Jessica maksudkan. Mengingat Jeffrey tidak mengatakan apa-apa padanya.

"Ulang tahun pernikahan teman baik Mama. Andra dan Lena."

Joanna mengangguk kecil. Karena dia ingat siapa Andra dan Lena yang Jessica maksud kali ini. Sebab si mertua sudah sering membahas mereka selama ini. Meski saat menikah mereka berhalangan hadir.

"Acaranya di mana, Ma? Jeffrey sudah tahu, kan?"

"Di rumahnya, di samping rumah Mama." Joanna mengangguk paham. Serta membayangkan rumah megah yang kerap dilihat saat berkunjung ke rumah mertuanya.

"Jeffrey sudah tahu, dia bahkan yang dikabari terlebih dahulu. Dia pasti belum sempat bilang padamu."

Joanna mengangguk kecil. Karena Jeffrey memang tidak mengatakan apapun akan hal ini. Padahal sepertinya, acara ini begitu penting. Mengingat Jessica sampai membawakan perhiasan kemari.

"Mama, terima kasih. Aku akan memakai ini." ucap Joanna saat membuka kotak beludru tadi. Di sana berisi sepasang anting, kalung, gelang dan cincin yang indah sekali.

"Sama-sama, Sayang. Mama pulang sekarang, ya? Kalau ada apa-apa kabari Mama."

Joanna mengangguk. Dia juga menatap kepergian Jessica yang pulang bersama mobil suaminya. Berikut supir yang sejak tadi menunggu dirinya.

"Aku bisa datang sendiri dengan Kevin." Joanna yang baru masuk rumah mendengar suara Rena. Wanita itu sedang berbincang dengan suaminya. Sembari mengelap gelas dan piring juga, tentu dibantu pria dewasa yang kini berdiri tegak di sampingnya.

"Naik apa? Jarak rumah kita dan tempat acara jauh, Ren. Lagi pula mobilku cukup untuk menampung kita semua. Joanna juga tidak akan keberatan." Jeffrey mengekori Rena yang kini tengah mencuci tangan. Karena tugasnya sudah selesai sekarang. Menyiapkan makan malam untuk si tuan rumah.

"Dia sudah tahu tentang masa lalu kita. Aku tidak mau dia semakin salah paham. Kasihan."

"Ren, kamu tahu tujuanku menikahi dia sejak awal untuk apa. Untuk menyenangkan Mama dan Papa. Untuk membuktikan pada mereka kalau keputusannya salah. Aku akan membuat mereka merestui kita. Aku-" ucapan Jeffrey terjeda saat matanya menatap Joanna. Wanita yang menduduki salah satu kursi di ruang makan dengan santainya.

"Lanjut saja! Aku tidak akan mengganggu kalian." Joanna mulai meletakkan barang bawaan di kursi sebelah. Namun tidak dengan ponsel dan kotak beludru yang baru saja Jessica berikan.

Joanna mulai menyantap makan malamnya dengan hikmat. Seolah tidak ada dua sepasang manusia yang sedang mengamati di depannya. Jeffrey dan Rena, karena saat ini mereka masih diam saja setelah tertangkap basah membahas hubungan mereka di depan Joanna untuk yang pertama kalinya.

"Jo-"

"Aku akan pura-pura tidak melihat dan mendengar."

"Aku minta maaf. Kamu salah paham, aku-" ucapan Rena terjeda saat Joanna menjatuhkan sendok di lantai dengan sengaja. Agar wanita itu menghentikan suara.

"Bisa beri aku waktu untuk makan dengan tenang sebentar saja? Jika kalian masih ingin berbicara, silakan! Cukup abaikan saja kehadiranku di hadapan kalian. Tapi jika kalian memang tidak merasa nyaman, silahkan cari tempat lain untuk mendiskusikan hubungan kalian. Masih ada banyak ruangan kosong di rumah ini, kan? Tidak mungkin juga kalau aku yang harus pergi sekarang." Joanna menatap Jeffrey dan Rena bergantian ini. Lalu meraih sendok baru yang ada di atas meja. Kemudian lanjut makan dan mengabaikan dua manusia yang ada di depan.

"Kita bicara di luar saja!" seru Rena sembari menarik lengan Jeffrey. Karena pria ini tampak kesal dan berniat mendekati si istri. Ingin protes karena sikap kurang ajarnya kali ini.

Tbc...

GET TO KNOW BETTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang