18/18

3.5K 140 9
                                        


Joanna sedang menatap Jeffrey yang sedang berbasa-basi dengan orang tuanya. Ini sudah jam enam dan mereka masih belum berangkat. Karena harus menunggu sarapan yang Liana buat.

Tidak lama kemudian Jeffrey masuk mobil. Dia melirik Joanna sebentar sebelum menghidupkan mesin. Karena dia tidak enak pada mertuanya atas kelakuan anak mereka sendiri.

"Aku kira kamu anak yang berbakti dan sayang orang tua sekali. Tidak tahunya malah seperti ini." Jeffrey mulai menjalankan mobil. Dia benar-benar kesal dengan si istri. Atas sikap dinginnya pada orang tua sendiri.

Karena Joanna enggan menyapa apalagi berbasa-basi. Dia hanya menjawab singkat saat ditanyai dan selalu menghindar ketika orang tuanya mendekati. Seolah mereka telah bertengkar hebat sebelum ini.

Joanna enggan menyahut. Dia hanya fokus pada ponsel yang entah sedang apa kali ini. Karena Jeffrey juga enggan mengintip karena masih kesal pada si istri.

Mereka tiba di Bali pada jam satu siang. Jeffrey mengantar Joanna hingga di depan penginapan dengan mobil rental. Karena tidak mungkin juga dia membiarkan wanita itu naik taksi sendirian.

"Nanti malam ada acara apa? Kalau tidak ada acara, nanti kujemput untuk main ke beach club dengan teman-temanku, kamu bisa ajak mereka juga." tanya Jeffrey saat menurunkan koper dari bagasi. Karena dia tahu jika si istri sedang dalam keadaan tidak baik. Sehingga dia mulai menawarkan diri untuk memberi kesenangan sedikit.

"Mau istirahat. Sore ini kita mau surfing."

Jeffrey mengangguk saja. Meski agak kecewa entah karena apa. Padahal dia tahu jika Joanna memang seperti itu orangnya. Susah ditebak. Kadang manis dan kadang garang. Seperti macan.

Setelah Joanna masuk penginapan, Jeffrey pamit pada teman-teman istrinya yang sejak tadi sudah menunggu di depan. Mereka menatapnya segan. Dengan senyum tipis yang entah kenapa tampak menyeramkan.

Setelah sekitar satu jam berkendara, Jeffrey tiba di resort Mega. Di sana kosong sekarang. Sehingga dia memutuskan untuk tidur saja. Karena lelah tentu saja. Apalagi Joanna enggan berbicara selama perjalanan.

"Malu sekali aku. Ternyata keadaan mertuaku tidak separah itu." ucap Jeffrey saat Justin membuka pintu. Sebab tahu jika si teman pasti akan bertanya kenapa dirinya bisa kembali secepat itu.

"Bagaimana, sih? Tidak tanya dulu memang?"

"Tidak. Kupikir sakit parah yang sampai sekarat. Tahu sendiri kemarin aku ribet ngurus tiket pesawat dan yang lainnya. Mana sempat aku tanya-tanya. Keburu panik duluan."

Justin memasuki kamar. Lalu menduduki sofa yang ada di depan ranjang. Sembari menghisap rokok dalam-dalam.

"Udah mulai suka jangan-jangan." Ejek Justin pada si teman. Sebab dia tentu tahu akan bagaimana keadaan pernikahan Jeffrey sekarang. Sehingga dia mau diajak ke Bali dadakan. Meski ini masih hari kerja.

"Dih! Amit-amit! Dia itu sangat jauh dari kriteria wanita idaman. Penampilannya memang lumayan, tapi sifatnya seperti setan. Silent treatment juga dia, bad habit yang tentu sangat sulit dirubah!"

Justin terkekeh saja. Enggan berkomentar lebih banyak. Karena dia tahu Jeffrey sedang lelah dan butuh istirahat. Dia jelas butuh tenaga ekstra, sebab nanti malam mereka akan bersenang-senang.

Matahari sudah tenggelam. Jeffrey bersama Justin dan Mega sudah tiba di beach club yang akan dipakai untuk bersenang-senang. Mereka sengaja menyewa sofa panjang dan banyak minuman. Meski mereka hanya bertiga saja. Namun tentu akan ada wanita asing yang mereka bawa untuk bergabung juga.

Jeffrey sudah menduduki sofa. Dia juga langsung meraih botol yang berisi minuman, karena sudah lama dia tidak meneguk air haram. Sedangkan Justin dan Mega, mereka sedang menelisik sekitar. Guna mencari wanita yang akan dibawa bergabung di sofa.

"Itu istrimu bukan?" tanya Justin sembari menepuk pundak. Membuat Jeffrey yang akan membuka minuman mulai menatap ke arah telunjuk si teman.

Pada wanita berpakaian hitam tanpa lengan dan panjang sepaha. Tidak lupa dengan riasan tebal dan rambut gerai yang dibuat bergelombang. Dia sangat menawan, membuat beberapa pria menatap diam-diam. Bahkan ada yang terang-terangan mendekat dan ingin berkenalan.

Joanna dengan senang hati menerima. Mereka berjabat tangan sebelum akhirnya berpisah. Karena tangan Joanna ditarik salah satu temannya. Lalu berjalan menuju kursi panjang dekat kolam yang sudah mereka sewa sebelumnya.

"Iya, itu Joanna. Aku ajak gabung, ya?" tanya Mega bersemangat. Karena dia tahu seperti apa Joanna dan teman-temannya. Sebab di Jakarta, mereka memang pernah dugem bersama.

"Terserah, seperti dia mau saja." Jeffrey mulai meminum alkohol dari botolnya. Sembari menatap Joanna dan teman-temannya yang kini sedang berfoto ria setelah tiba di tempat duduknya.

"Kira-kira di antara tiga teman Joanna, siapa yang sedang diincar Mega?" Justin ingin Jeffrey menebak. Karena Mega tampak begitu bersemangat saat melihat mereka. Seolah ada yang disuka diantara mereka.

"Entah." Jeffrey hanya mengendalikan bahu saja. Lanjut minum sembari menatap Mega yang tengah mendekati Joanna. Namun sebelum mengatakan maksud tujuan, dia terlebih dahulu diminta untuk memotret empat wanita yang sedang berpose ria. Termasuk istrinya yang sempat menoleh ke arahnya sebelum mulai membuat pose duck face andalan.

"Thank you, Mega."

Mega mengangguk senang setelah para wanita menyukai hasil jepretan. Dia juga mulai duduk di samping Joanna. Guna mengatakan maksud tujuan. Untuk meminta mereka agar bergabung bersama.

"Ayo gabung saja! Kita pesan sofa besar. Kita seru-seruan bersama!"

Joanna mendapat tatapan dari ketiga temannya. Seolah mereka bertanya apa dia setuju akan usulan Mega. Sebab mereka jelas tidak ingin membuat Joanna merasa tertekan dan tidak nyaman karena di sana ada suaminya.

"Aku terserah kalian. Kalau kalian mau ya ayo!"

"Nanti-nanti saja, deh. Lo balik aja dulu Meg. Nanti kita gabung. Mau quality time berempat aja dulu." ucap Keyra pada Mega. Dia adalah orang yang paling extrovert di sana. Sama seperti Mega yang memang memiliki banyak energi untuk berinteraksi dengan orang.

"Okay. Ditunggu, ya!"

"Siap!" Seru Keyra dan yang lainnya. Joanna juga sempat menoleh ke belakang saat Mega kembali ke tempatnya. Di mana ada Jeffrey yang sedang menegak minuman dari botolnya. Seolah dia sedang frustasi berat dan butuh pengalihan.

"Niat mau cari cowok, eh malah ketemu suami. Nasib! Nasib!" ucapan Keyra membuat Joanna dan yang lain terkekeh geli. Karena mereka memang berniat bersenang-senang di sini. Terlebih Joanna yang sudah lama tidak bersentuhan dengan laki-laki.

"Joanna?"

Joanna yang masih terkekeh langsung berhenti saat menatap pria familiar yang mendekati. Dia tersenyum kecil. Lalu mengulurkan tangan untuk menyapa yang lain. Karena mereka semua memang pernah kenal baik.

"Eh, Mas Jordan. Sendiri saja?" Tanya Keyra sembari menjabat tangan. Diikuti yang lainnya. Karena sudah menjadi kebiasaan saat mereka bertemu si pria. Mengingat Jordan lima tahun lebih tua dari mereka. Sehingga mereka agak merasa segan. Termasuk Joanna yang pernah mengecewakan.

"Tidak. Tadi ada meeting dengan klien di sini, tapi sudah selesai sih. Kalian liburan di sini?"

"Iya, Mas. Duduk saja. Joanna kangen katanya." Joanna mencubit pinggang Merida. Membuat wanita itu terkekeh dan menghindar. Sembari menjulurkan lidah.

"Mas coba DJ lagi, lah. Aku kenal orangnya. Kalau mau, nanti aku aturkan." usul Valora yang kenal dengan orang dalam kelab. Sebab calon suaminya salah satu investor tempat mereka bersenang-senang. Sehingga wajar jika dia begitu berani mengusulkan.

"Malu aku."

Jordan menggelengkan kepala. Membuat Valora mendecih pelan, lalu menarik Merida dan Keyra untuk ikut dirinya berbicara dengan orang DJ di atas. Karena dia ingin Jordan ikut memeriahkan kelab. Sekaligus ingin melihat reaksi Jeffrey juga.

Mereka penasaran, apakah Jeffrey sudah memiliki perasaan pada temannya. Meski Joanna kerap mengatakan jika si pria masih menggilai Serena. Tetapi tetap saja, tidak ada salahnya mencoba, kan?

Tbc…

GET TO KNOW BETTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang