Rena melepas tangan saat tiba di teras rumah. Supir tidak ada karena sedang mengantar Jessica. Sehingga kini mereka bisa berbincang dengan leluasa."Aku ingin memberi pelajaran dia! Kamu dengar sendiri, kan? Dia semakin kurang ajar karena aku terlalu baik dengannya. Dia bertingkah seolah memiliki ini semua! Seolah dia yang memiliki rumah ini. Padahal kamu dan Kevin yang seharusnya menempati!"
Jeffrey tampak berapi-api. Dia marah sekali. Membuat Rena yang jarang melihat Jeffrey seperti ini jelas mulai tidak enak hati. Merasa takut sedikit, karena tidak pernah menghadapi Jeffrey yang seperti ini.
"Joanna seperti ini karena dia sudah tahu tentang kita. Wanita mana yang bisa bersikap lapang dada saat tahu suaminya masih berhubungan dengan wanita yang pernah disuka pada masa lalunya? Apalagi wanita itu berada di dekatnya, tidak memiliki pasangan pula. Dia pasti merasa terancam. Aku bisa memaklumi dia dan kamu juga seharusnya bisa melakukan hal yang sama."
"Rena..." Suara Jeffrey melunak. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan wanita yang ada di depannya. Karena dia begitu teguh dalam pendirian, untuk tidak memberi kesempatan barang sedetik saja.
"Keputusanku sudah bulat, Jeff. Aku tidak akan pernah menjadi pasanganmu. Aku sudah berhutang banyak pada orang tuamu. Tapi aku justru mengecewakan mereka begitu besar karena kebodohanku, hingga mereka enggan menyapa saat berpapasan denganku. Aku tidak mau membuat mereka terluka lagi karenaku. Karena selamanya mereka akan menjadi orang tuaku dan kamu juga akan selamanya menjadi saudaraku." Mata Rena berkaca-kaca. Begitu juga dengan Jeffrey yang kini menggeleng pelan. Dia berusaha meraih tangan Rena, namun wanita itu mundur dan sesekali menepisnya.
"Tolong berhenti, Jeff. Lupakan apa yang sudah pernah terjadi dulu. Kamu dan aku tidak akan pernah bisa bersatu."
"Kamu tahu aku tidak akan bisa melupakanmu, Ren. Sejak dulu aku tidak pernah menganggap kamu saudara, karena kita memang tidak sedarah. Aku akan mencari jalan keluar untuk ini semua. Agar Mama dan Papa merestui hubungan kita. Apalagi aku sudah menuruti permintaan mereka untuk menikahi Joanna. Apa salah jika aku ingin mereka juga melakukan hal yang sama? Agar mereka menuruti permintaanku juga? Ren, aku akan berusaha mencari celah. Joanna, dia tidak sebaik yang kita kira. Dia pasti punya keburukan yang bisa membuat orang tuaku murka. Sampai menunggu waktu itu tiba, aku ingin kamu terus disampingku saja. Aku tidak ingin kehilangan kamu lagi seperti sebelumnya."
Jeffrey berhasil meraih tubuh Rena. Dia memeluk wanita itu erat-erat. Namun segera terlepas setelah si wanita memberontak. Lalu melayangkan tamparan saat itu juga.
Plak...
"Kamu keterlaluan, Jeff! Jangan buat aku membencimu! Jeffrey yang kukenal tidak sejahat itu! Tidak sebajingan itu! Aku benar-benar kecewa padamu!" Rena pergi dari sana. meninggalkan Jeffrey yang kini mulai mengepalkan tangan.
Jeffrey bergegas masuk rumah dan langsung masuk kamar. Mengabaikan Joanna yang masih makan. Karena dia enggan kembali berdebat dengan Joanna. Saat sadar jika wanita itu mulai kurang ajar.
———
Jeffrey dan Kevin telah siap dengan setelan jas hitam. Mereka sudah duduk di teras karena menunggu seseorang. Mengingat mereka harus segera berangkat sebelum terjebak macet di jalan.
"Masih belum selesai, ya?"
Kevin mengangguk singkat. Dia menatap ibunya yang baru saja keluar rumah. Karena dia harus mengurus pakaian yang baru saja dikeringkan.
Rena tampak cantik dengan gamis maroon dan pashmina warna yang serupa. Masih tanpa riasan tentu saja. Karena kulitnya yang pucat sudah sangat kontras dengan alis tebal dan bibir merahnya. Sama seperti Jeffrey dan Kevin juga. Sehingga mereka hanya memakai pelembab saja.
"Belum, Ma."
"Akan kupanggil—" Jeffrey yang baru akan menyusul Joanna mulai mengurungkan niat saat mendengar ketukan sepatu terdengar. Karena tentu Joanna pelakunya.
"Sorry lama. Aku harus pasang bulu mata."
Joanna jalan mendahului mereka. Dia langsung masuk mobil yang sudah disiapkan. Duduk di kursi belakang dan tidak peduli akan siapa yang duduk di sampingnya.
"Kamu duduk di depan, ya?" Kevin mengangguk singkat. Dia menuruti permintaan ibunya untuk duduk di kursi depan. Bersama Jeffrey yang akan menyetir sekarang. Sebab supir memang tidak dibawa.
"Joanna, kamu cantik sekali." Puji Rena setelah duduk di samping Joanna. Dia tersenyum lebar sembari menatap si lawan bicara. Karena dia jarang melihat secara langsung wanita berdandan seperti dia.
"Mama juga bisa secantik itu kalau mau dandan." ucap Kevin yang menatap spion depan. Dia mengamati ibunya yang tampak seperti orang bodoh saat menatap Joanna. Karena malam ini wanita itu memang berdandan extra. Sangat kontras jika dibandingkan dengan penampilan ibunya yang sangat sederhana.
"Iya, kan, Om?" Jeffrey yang baru menghidupkan mesin tentu mengangguk cepat. Dia ikut melirik Joanna dan Rena dari spion depan. Guna membandingkan penampilan mereka.
"Kevin—" teguran Rena terjeda saat Joanna menepuk paha. Seolah memintanya berhenti sekarang.
"Aku tidak ingin bertengkar. Tolong beri aku sedikit ketenangan. Setelan ini terserah kalian mau membicarakan aku seperti apa. Karena aku tidak akan peduli juga."
Joanna meraih ponsel dari tas. Lalu memotret beberapa kali parasnya yang tampak sangat berbeda seperti biasa. Karena dia memakai softlens warna abu-abu terang dan eyelash extension juga. Sehingga wajar jika Rena begitu takjub dan tidak bisa melepas pandangan hingga mereka tiba di tempat tujuan.
Tbc…
![](https://img.wattpad.com/cover/382375072-288-k953488.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GET TO KNOW BETTER
RomanceJoanna dan Jeffrey menikah karena perjodohan. Kisah klise yang sering berakhir menyedihkan. Namun Joanna berusaha menolak segala penderitaan. Sebab tidak ingin berakhir menyedihkan karena menikahi pria yang masih belum selesai dengan masa lalunya.