6/6

4.1K 185 13
                                        


10. 30 AM

Joanna baru saja membuka mata. Karena semalam tidur jam dua. Sebab rasa kesal pada suaminya jelas membuat dirinya tidak bisa tidur semalaman. Sehingga dia berakhir olahraga hingga jam satu lewat. Guna menyalurkan emosi yang tidak tertahankan.

"Duh, lapar. Tapi malas turun. Ini hari minggu, mereka pasti sedang berkumpul."

Joanna kembali menggulung diri ke dalam selimut. Enggan bangkit meski perutnya sudah terasa perih tentu. Karena dia terbiasa sarapan dan makan teratur.

Setelah berusaha kembali memejamkan mata, Joanna akhirnya menyerah saat dirasa perutnya semakin melilit sekarang. Dia tidak mau berakhir di rumah sakit seperti yang sudah-sudah.

"Mandi dulu, lah!"

Joanna bergegas bangkit dan masuk kamar mandi. Dia tidak keramas karena semalam sudah keramas setelah olahraga. Sehingga kini, dia sudah tiba di lantai dasar dengan cepat. Dengan celana merah selutut dan kaos polos warna putih tulang. Berbeda dengan Rena yang setiap hari selalu memakai gamis panjang meksipun di rumah. Tentu saja dengan penutup kepala juga.

"Tumben sepi." Joanna menatap sekeliling ruangan yang terlihat sepi. Tidak ada orang di sini. Padahal masih cukup pagi. Seharusnya mereka menonton TV atau bermain di taman belakang, bukan malah menghilang bersamaan.

"Bodo amat! Yang penting aku bisa makan!" Joanna mulai memasuki ruang makan. Dia mencari makanan di sana. Namun tidak ada. Dia tidak menemukan apapun di sana. Padahal biasanya, Rena akan memasak makanan enak yang sudah pasti Joanna suka.

"Damn! Aku lupa kalau kemarin sudah marah besar." Joanna mendecih pelan saat ingat akan apa yang sudah terjadi semalam. Tentang apa yang telah Jessica ceritakan hingga ancaman yang dikatakan pada Jeffrey juga.

"Tidak masalah. Aku bisa pesan makanan."

Joanna beralih memainkan ponselnya. Sembari mendatangi dua kamar yang ada di lantai dasar. Kamar yang sebelumnya dipakai oleh Rena dan anaknya.

"Tidak ada. Fix mereka pasti sudah pindah. Ternyata aku cukup dianggap juga." Joanna terkekeh kecil. Dia tidak merasa jahat pada Rena dan Kevin. Karena dia yakin jika mereka bisa bertahan dengan baik. Meski tanpa Jeffrey. Mengingat Rena cukup rajin dan tentu tahu bagaimana cara bertahan hidup selama ini.

Joanna juga mengakui, jika pekerjaan Rena excellent sekali. Dia sangat bersih dan masakanannya enak sekali. Bahkan dia bisa memasak masakan luar negeri yang Joanna kesulitan buat sendiri tanpa mengeluh sama sekali. Padahal cukup susah untuk menemukan bahan masakan luar di sini.

"Aku makan apa, ya?"

Joanna masih fokus pada ponselnya sembari berjalan menuju taman. Dia berniat bersantai di sana. Sembari menatap kolam ikan di dekat ayunan.

"Kita perlu bicara!"

Joanna terperanjat saat mendengar suara suaminya. Membuat wanita ini langsung mendongak. Menatap Jeffrey yang entah sejak kapan sudah berdiri di depannya.

"Tentang Rena? Aku sudah tahu kalau dia pergi, thanks karena sudah menuruti kemauanku kali ini. Aku tahu ini pasti keputusan yang cukup berat bagimu. Aku menghargai itu."

"Ya, itu salah satunya. Tapi ada lagi yang perlu kita bicarakan. Tentang kita. Kita perlu menerapkan batasan."

Senyum tipis yang sempat tersungging langsung pudar. Joanna tampak kecewa. Karena telah berharap banyak sebelumnya.

"Oke. Tapi aku perlu makan dulu. Aku tidak bisa berpikir dalam keadaan lapar." Joanna kembali fokus pada ponselnya. Guna menentukan ingin makan apa. Sebab dia masih belum memesan.

GET TO KNOW BETTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang