Beberapa hari kemudian.Joanna sedang duduk di gazebo taman. Sembari menatap Rena yang tengah menyetrika segunung pakaian. Karena dirinya sengaja membongkar lemari pakaian, lalu meminta Rena mencuci dan menyetrika juga.
"Joanna, akhir-akhir ini kamu sering berlaku menyebalkan. Mengotori lantai dengan tanah setelah aku dan Kevin mengepel, menumpahkan setoples garam di sup ayam kesukaan Jeffrey dan sekarang, kamu memintaku melakukan ini. Sebenarnya apa yang membuatmu sekesal ini?" tanya Rena saat Joanna berjalan mendekat. Dia hanya ingin lewat karena mau ke kamar mandi sebentar. Namun justru pertanyaan seperti ini yang didapat.
"Lo pikir gue nggak tau kalo biaya sekolah anak lo Jeffrey yang tanggung? Salah kalo gue kesel? Lo emang siapa, sih? Selain mantan anak kesayangan keluarga Jeffrey, lo nothing! Terus ngapain lo dengan suka rela mau jadi ART di sini? Pasti karena lo mau gatel ke Jeffrey! Gue yakin Lo udah sering nge—"
PLAK...
Ucapan Joanna terjeda saat mendapat tamparan dari Rena. Wanita itu menangis sekarang. Karena tentu dia merasa direndahkan. Sebab ini adalah fitnah paling besar yang pernah didapat.
"Aku tidak semurahan itu! Selain aku yang tidak mungkin mau, Jeffrey juga bukan laki-laki yang seperti itu! Dia tidak mungkin menyentuh wanita yang bukan—"
PLAK...
Joanna membalas tamparan Rena. Sengaja lebih kencang meski tangannya terasa panas. Karena dia tidak terbiasa menampar orang. Namun sering meninju samsak.
"Lo emang nggak tau apa-apa, Ren. Jadi jangan sok tahu! Jeffrey tidak seperti itu? Dih! Talk to my ass, bitch! Jeffrey pernah bertahun-tahun tinggal di Amerika, Lo pikir pergaulan dia nggak liar? Lo pikir Jeffrey Jeffrey si pelindung lo itu nggak pernah nakal? Hahahah." Joanna terkekeh kencang. Lalu berkacak pinggang sebelum melanjutkan ucapan.
"Dia emang nggak pernah pacaran, tapi punya banyak partner one night stand. Lo paham nggak? Seks sekali doang, abis itu udah nggak perlu kontakan, nggak perlu ngulang. Lo nggak tau, kan?" Air mata Rena semakin mengalir deras. Membuat Joanna mulai mendekatkan wajah mereka. "Lo beneran nggak tahu ternyata. Kasihan. Pangeran lo itu nggak sesuci itu, Rena. Lo mungkin senang karena kita pisah kamar. Tapi Lo nggak tau di luar sana dia udah tidur sama siapa aja. Kasihan. Lo kena scam."
Ejek Joanna setelah menjauhkan wajah. Dia senang saat melihat wajah menyedihkan Rena. Wajah yang diliputi rasa kecewa berat. Karena selama ini dia memang menganggap Jeffrey sempurna. Itu sebabnya dia ingin si pria mendapatkan istri yang serupa.
"Gue sih udah tau sejak awal. Makanya nggak ngaruh juga mau dia seperti apa. Selagi uang bulanan lancar, mau seperti apapun tingkahnya aku tidak masalah."
Bohong Joanna pada Rena. Karena dia tidak tahu tentang hal ini sejak awal. Namun dia tahu sejak berada di Jakarta. Saat dia bertemu salah satu teman Jeffrey di sana. Mereka sempat berbincang lama. Hingga hal ini didapat dengan mudah. Karena kehidupan mereka kurang lebih sama.
Ya. Joanna juga tidak sesuci yang kalian kira. Dia sering mendatangi kelab untuk bersenang-senang. Menggoda pria yang dianggap paling potensial, berkencan, lalu menghilang saat si pria mempertanyakan tujuan akhir hubungan mereka.
"Gue sebenernya nggak masalah lo di sini. Gue malah enak karena gue nggak perlu mengurus semua urusan ini. Selagi Mama nunggu anak Bi Sumi lahiran sebentar lagi." Kali ini Joanna serius akan ucapannya. Dia senang karena ada Rena sebenarnya. Karena dia tidak perlu mengurus rumah selagi menunggu ART untuknya datang. Sebab anak Bi Sumi yang sebelumnya kerja di rumah Jessica sedang hamil dan hampir keguguran. Sehingga dia harus bed rest total sebelum melahirkan agar siap kembali bekerja. Itu sebabnya ART untuk Joanna belum datang karena sedang dipekerjakan di rumah Jessica.
"Tapi setelah tau hubungan lo sama Jeffrey sedalam ini, rasanya nggak rela aja, Sist. Gue nggak ada rasa sama Jeffrey, gue cuman butuh uangnya dan lo pasti udah tahu juga. Gue udah siap kalo mau diceraikan secepatnya. Toh, tujuan gue nikah buat nyenengin orang tua. Nggak buat settle selamanya. Jadi gue nggak masalah kalo setelah ini lo nikah sama Jeffrey juga. Tapi gue minta, sebagai sama-sama perempuan, lo bisa ngehargain gue sebagai istri dia sekarang. Gue mau lo sama anak lo jaga batasan. Gue nggak nyaman liat lo dan anak lo di rumah lama-lama. Ikut sarapan, makan siang, dan makan malam di sini seolah kita keluarga. Nonton di ruang tengah bertiga, main di taman juga, seolah gue yang orang asing di rumah. Gue juga punya perasaan, Ren! Gue nggak suka. Gue nggak nyaman kalian ada di sini sebenarnya, tapi gue masih butuh lo buat ngurus rumah dan lo butuh uang Jeffrey buat biayain sekolah anak lo di sekolah internasional! Bukannya itu impas? Apa salah kalo gue minta ini sekarang? Paling enggak, sabar dulu sampai gue sama Jeffrey beneran pisah. Baru lo dan anak lo bisa invasi Jeffrey sepuasnya!"
Rena hanya menangis saja. Dia masih mencerna ucapan Joanna. Karena ini masih mengejutkan baginya.
"Mama kenapa?" Joanna menolehkan kepala. Menatap Kevin yang baru saja pulang sekolah. Karena masih memakai tas.
"Tante apakan Mama!?" Kevin mendorong Joanna agar menjauhi ibunya. Anak itu lebih tinggi darinya, sehingga punggungnya menabrak ujung meja.
"Anjing!" Joanna memaki karena kesakitan. Namun tarikan tangan dari Jeffrey membuatnya tidak bisa berlama-lama merasakan sakit di punggungnya.
"Apa lagi yang kamu lakukan!?"
Jeffrey menghempaskan tangan Joanna saat mereka tiba di taman. Karena hanya di sana mereka bisa berbicara dengan leluasa. Tanpa ada yang menginterupsi tentu saja
"Aku hanya bilang supaya dia jaga batasan. Kenapa? Salah?"
"Kamu kenapa lagi, sih? Bukannya kita sudah sepakat untuk tidak ikut campur akan urusan masing-masing? Lalu kenapa kamu tiba-tiba seperti ini!?" Bentak Jeffrey karena marah sekali. Sebab dia sudah lama tidak melihat Rena menangis separah ini.
"Aku tidak akan seperti ini kalau kamu tidak memulai Jeffrey! Kamu sengaja membatasi limit transaksi kartu yang kamu beri hanya karena aku menghabiskan seratus lebih saat di Jakarta kemarin! Tapi kamu tidak masalah saat menghabiskan miliaran rupiah untuk sekolah Kevin! Kamu pikir ini adil? Kamu pikir—"
"Dari mana kamu tahu kalau aku yang membayar sekolah Kevin?"
"Kamu pikir aku bodoh? Kamu pikir aku tidak bisa mencari tahu berapa rincian biaya sekolah internasional Kevin? Kamu pikir aku percaya jika Rena bisa membayar ini sendiri? Sejak awal aku sudah tahu! Tapi aku memilih diam karena masih menghargai kamu! Tapi setelah kamu memberi limit padaku, aku pikir tidak ada salahnya jika aku ingin mereka menjauh! Karena aku yang lebih berhak atas uangmu!" Joanna sudah memutus urat malunya. Biar saja dia dikira gila uang atau apa. Toh, statusnya memang lebih unggul dari Rena dan anaknya. Apa salah jika dia protes akan hal ini secara gamblang?
"Kamu memang gila uang! Wanita rendahan! Mama benar-benar salah pilih orang!" Seru Jeffrey sebelum meninggalkan Joanna. Rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal. Membuat air mata Joanna mengalir perlahan saat si suami meninggalkan.
"Iya! Tapi wanita rendahan ini istrimu Jeffrey!" Teriakan Joanna Jeffrey abaikan. Dia pergi menuju Rena dan Kevin. Mengabaikan si istri yang kini sudah terisak karena sakit hati.
Tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
GET TO KNOW BETTER [END]
عاطفيةJoanna dan Jeffrey menikah karena perjodohan. Kisah klise yang sering berakhir menyedihkan. Namun Joanna berusaha menolak segala penderitaan. Sebab tidak ingin berakhir menyedihkan karena menikahi pria yang masih belum selesai dengan masa lalunya.