9/9

3.2K 163 17
                                        


Rena sedang duduk di pojokan. Bersama Kevin yang tengah duduk tenang dan mengamati sekitar. Sama seperti dirinya.

Joanna benar-benar menjadi pusat perhatian di acara ini. Bukan karena dia adalah menantu Jessica dan Sandi si teman baik pemilik acara ini, namun karena penampilan cantik wanita itu malam ini.

"Maaf karena Om dan Tante tidak datang ke nikahan kalian. Tapi hadiahnya sampai, kan? Kalian suka?"

"Tidak masalah, Om, Tante. Kami suka hadiahnya, lukisan itu kami pajang di rumah. Kapan-kapan silahkan mampir jika ingin melihat."

"Iya, Sayang. Syukurlah kalau kalian suka. By the way, kamu cantik sekali. MUA mana yang kamu sewa?" Joanna mendapat pujian dari Lena, si pemilik acara. Sejak tadi wanita itu tidak melepas pandangan dari Joanna. Sama seperti Rena dan yang lainnya.

"Terima kasih, Tante. Saya make up sendiri."

Lena dan Jessica yang berada di sana terkejut. Tidak menyangka jika Joanna berdandan sendiri di malam itu. Mengingat serapi apa riasan wanita itu.

Complexion yang dikenakan benar-benar menempel pada kulit. Tidak crack dan geser sama sekali. Warnanya juga sama dengan kulit yang lain. Sehingga Joanna terlihat seperti tidak memakai bedak sama sekali.

Untuk alis juga terbingkai rapi. Tidak terlalu tebal dan tipis. Bahkan ada serat yang menunjukkan jika ini alis asli. Bukan sulam apalagi terbuat dari sapuan pensil.

Area mata diberi eyeshadow warna merah kecoklatan tipis. Sangat cocok dengan eyelash extension yang dipasang begitu rapi. Hingga Lena dan Jessica tidak menemukan di mana letak ujung bulu mata palsu ini.

Ditambah softlens warna abu-abu muda. Serta lipstick warna merah maroon seperti dress lengan panjang selutut dan heels 15 cm yang dipakai sekarang. Tidak lupa dengan rambut panjang yang digelung rapi. Sehingga perhiasan pemberian Jessica tampak semakin berkilau saat terkena lampu ruangan ini.

"Serius? Bulu matanya? Kamu extension, kan?"

"Iya, Tante. Saya pasang sendiri. Makanya kami hampir terlambat tadi."

"Kok kamu tidak bilang Mama? Tahu begitu Mama minta pasang kamu saja. Bagus, Sayang. Kamu tidak mau buka salon saja? Nanti Mama yang beri modal."

Lena menangguk setuju. Sedangkan Joanna hanya tersenyum kaku. Sebab dia merasa tidak perlu. Mengingat pernikahan ini tidak seserius itu. Suatu saat nanti Joanna pasti akan berpisah dengan anak Jessica. Sehingga dia enggan semakin terikat dengan si mertua.

"Aku belum kepikiran, Ma. Kalau Mama dan Tante mau dipasangkan, nanti panggil aku saja. Aku free setiap hari 24 jam. Karena aku pengangguran." Joanna mencoba bercanda. Membuat Lena dan Jessica saling lirik sebentar. Sebelum akhirnya  tertawa bersama. Sebab mereka bertiga memang bernasib sama. Sama-sama pengangguran karena tidak melakukan apa-apa di rumah saat suami kerja.

Dari kejauhan, Jeffrey mengamati Joanna yang tampak begitu cepat akrab dengan orang-orang di sana. Termasuk dengan Lena yang sudah dianggap sebagai ibu keduanya. Karena wanita itu tidak memiliki anak, sehingga dia dan Rena ikut dirawat Lena yang rumahnya bersebelahan dengan rumah mereka.

Dia cepat sekali akrab dengan Tante Lena. Padahal beliau sukar sekali didekati orang.

Batin Jeffrey saat menatap mereka yang tengah tertawa bersama. Entah menertawakan apa. Berbeda dengan Rena dan Kevin yang kini hanya duduk di pojokan. Sembari sesekali menguap. Karena merasa bosan. Sebab sejak tadi kehadirannya tidak dianggap orang-orang.

"Ayo ikut aku ke sana!" seru Jeffrey setelah mendekati Rena dan Kevin. Dia ingin membawa mereka mendekati Lena dan ibunya. Sebab sebelum ada Joanna, mereka sangat dekat.

"Ke mana?"

"Ke Mama dan Tante Lena."

"Aku sudah ke sana tadi." Jawaban Rena membuat Jeffrey sedih. Begitu pula dengan Kevin yang sepertinya sudah mengerti akan keadaan ini. Jika dirinya dan ibunya memang tidak diinginkan datang ke acara ini. Namun Jeffrey yang masih cinta mati memaksa datang ke sini.

"Ya sudah kalau tidak mau." Jeffrey ikut menduduki kursi yang ada di samping Kevin. Sehingga kini, mereka duduk bertiga di pojokan, sembari menatap Joanna yang tampak begitu asyik berbincang dengan Lena dan Jessica.

"Tante Joanna menyebalkan, ya, Om?" Jeffrey menolehkan kepala. Menatap Kevin yang tiba-tiba bertanya demikian. Membuatnya refleks mengangguk cepat.

"Iya."

"Hush! Memangnya Tante Joanna salah apa? Dia baik kok. Selama ini dia tidak pernah jahat pada kita." Rena menyela. Karena dia memang menyukai Joanna. Menganggap wanita itu pasangan yang sempurna untuk cinta pertamanya.

Iya. Dulu Rena juga menyukai Jeffrey. Karena sejak awal hubungan mereka memang hanya sepupu. Sehingga hubungan mereka tidak seterlarang itu.

Namun Rena yang tahu jika keluarga angkatnya tidak akan setuju, dia akhirnya memutuskan untuk mengubur perasaan itu. Dia memacari orang lain agar Jeffrey bisa menghilangkan perasaan itu. Tetapi justru bencana yang muncul.

Rena berakhir hidup menyedihkan bersama Kevin. Karena pacarnya pergi. Membuat Jeffrey merasa bersalah mungkin. Sehingga mengira jika perasaan sukanya masih ada hingga saat ini.

"Dia itu orang baru, kenapa orang-orang bisa dengan mudah menerimanya? Sedangkan kita? Mama dan Om bisa lihat sendiri, kan? Kita diabaikan. Tidak ada yang peduli pada kita kecuali Om saja. Tante Joanna, dia menikmati ini semua. Seolah senang jika kita dikucilkan."

"Kevin! Kamu masih kecil, kamu tidak paham tentang semua ini! Kamu—"

Belum selesai Rena memarahi, Kevin akhirnya bangkit dari kursi. Dia pergi meninggalkan rumah ini. Membuat Jeffrey jelas langsung mengejar si keponakan yang mungkin sedang merasa sakit hati. Sebab baru saja dibentak oleh ibunya untuk yang pertama kali. Hanya gara-gara Joanna yang dianggap tidak penting.

"Aku saja yang kejar!" Jeffrey menahan Rena yang akan menyusul Kevin. Karena dia memang lebih dekat dengan anak ini daripada dengan ibunya sendiri.

"Kevin..."

Kevin mengabaikan panggilan Jeffrey. Dia sedang duduk di parkiran. Di sana ada belasan mobil yang berjejer rapi. Karena memang hanya keluarga dan kerabat dekat yang diundang pada acara ini.

"Aku benci dia, Om. Dia sudah merebut perhatian keluarga kita. Aku takut, dia akan merebut Om juga."

Mata Kevin berkaca-kaca. Membuat Jeffrey langsung memeluknya. Karena anak itu memang sudah dianggap sebagai anaknya. Anggap saja sebagai simulasi sebelum dia benar-benar menikahi Rena.

"Aku takut kalian punya anak dan aku dilupakan. Aku hanya punya Mama dan Om. Setelah Om pergi, aku akan kesepian lagi." Jeffrey menggeleng pelan. Dia juga mengeratkan pelukan. Guna menenangkan si keponakan.

"Om tidak akan pernah memiliki anak dengan dia. Om tidak cinta dengannya. Om bahkan pisah kamar sekarang. Jadi kamu tenang saja. Om akan bersamamu selamanya."

Kevin merasa lega. Dia juga mulai membalas pelukan. Karena Jeffrey benar-benar telah menjadi sosok ayah di hidupnya. Sosok yang bisa diandalkan saat mendapat masalah. Serta sosok yang dapat menenangkan saat dia merasa tidak nyaman.

Tbc…

GET TO KNOW BETTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang