23/23

3.2K 145 7
                                        


Joanna membuka mata saat tidurnya terusik. Apalagi kalau bukan karena Jeffrey yang tiba-tiba memotret wajahnya dengan flashlight. Sehingga dia langsung membuka mata dan mendapati suaminya yang sudah terkekeh sembari mengarahkan ponsel tepat di depan wajahnya saat ini.

DUK...

Jeffrey tersungkur jatuh dari ranjang saat perutnya ditendang. Karena posisinya memang tengah mengungkung tubuh Joanna sebelumnya. Tidak heran jika wanita itu langsung mengeluarkan sikap defensif andalan.

"Aduh!" Jeffrey mengaduh sakit. Karena memang tendangan Joanna kencang sekali meski bertubuh kecil. Mengingat dia rajin olahraga dan kerap menyambangi tempat gym. Tidak heran jika ototnya cukup kuat untuk ukuran wanita mungil.

"Salah sendiri usil!" Joanna bangkit dari ranjang. Lalu turun perlahan dan mendekati Jeffrey yang masih mengerang kesakitan. Sembari memegangi perut bekas ditentang.

"Yeee! PD amat!" Joanna menepis tangan Jeffrey yang sudah diulurkan. Pria itu mengira jika akan dibantu bangun sekarang. Padahal tidak. Karena Joanna hanya ingin meraih ponsel si pria yang kini sudah retak dan menampilkan warna hijau dan merah.

"Rusak." Joanna tersenyum puas saat menunjukkan layar ponsel pada pemiliknya. Sehingga Jeffrey langsung meraihnya. Guna memeriksa apakah ucapan si wanita benar. Karena dia malas memindah data ponsel sekarang. Padahal ada klien yang harus dihubungi nanti malam.

"Yah! Gara-gara kamu, nih!" Jeffrey bangkit sekarang. Membolak-balik ponsel yang sudah tidak bisa diselamatkan. Namun data di dalamnya masih bisa dipindah ke ponsel barunya.

"Tinggal beli lagi, jangan bertingkah seperti orang susah Jeffrey. Kamu tidak pantas sama sekali bertingkah seperti ini!"

Joanna langsung meraih ponselnya. Berniat mengorder ponsel baru untuk si pria. Karena zaman sekarang jika ingin apa-apa sangat mudah. Asal ada uang.

"Nih! Pilih! Mau yang mana? Tidak ada satu jam langsung sampai. Ini sudah jam empat, takut tidak keburu kalau kita beli Hp dulu sebelum ke rumah Mama. Kamu pasti butuh Hp cepet untuk kerja, kan?"

Jeffrey mengangguk cepat dan meraih ponsel Joanna dengan kasar. Karena masih agak kesal. Meski sebenarnya dia sadar jika ini salahnya juga. Sebab sudah usil menggoda istrinya.

"Aku mau mandi sekalian siap-siap. Pembayarannya bisa pakai masterchard. Kartumu sudah tertempel di sana."

Joanna terdengar cekikikan sebelum masuk kamar mandi. Sebab dia puas sekali. Meski agak sayang uang puluhan juta yang harus keluar hanya untuk melihat Jeffrey kesal seperti ini.

"Mau melihat dia kesal saja harus keluar puluhan juta. Memang anak orang kaya level bercandanya agak-agak." Gerutu Joanna yang sudah menutup pintu kamar mandi. Dia juga mengunci pintu ini. Karena tahu Jeffrey suka usil setelah beberapa hari liburan di Bali. Tidak heran jika si pria kerap bersikap menyebalkan sebelum ini. Sebab dia tidak sedewasa yang selama ini Joanna pikir.

Joanna selesai beberapa menit kemudian. Dia melihat Jeffrey yang masih memainkan ponselnya. Entah sedang apa. Membuat Joanna yang ingat jika Jeffrey bukan teman-temannya yang bisa dipercaya jelas langsung merebutnya.

"Kok lama? Sedang apa?"

Joanna menatap layar ponsel yang menampilkan akun Instagram pribadi miliknya yang digembok tentu saja. Akun Instagram yang hanya difollow sekitar sepuluh orang saja. Hanya teman-teman terdekat yang dipunya dan Jordan tentu saja. Karena dia lupa menghapus pria itu dari daftar pengikut Instagram. Sebab sudah lama juga dia tidak membukanya. Mengingat tidak ada kegiatan yang ingin dipamerkan di sana. Karena grup WA yang berisi teman-temannya sudah cukup baginya.

"Dengan foto-foto sebanyak itu kamu bisa jadi selebgram seperti Jordan. Dia populer juga, ya? Kukira dia hanya pekerja kantoran biasa. Agak kaget pas dia punya tato juga. Tipemu boleh juga."

"Memang!"

Joanna meletakkan ponsel di atas meja. Lalu bersiap merias wajah. Karena dia sudah lapar dan ingin cepat-cepat menyantap makan malam di rumah mertuanya.

"Cepat mandi! Aku sudah lapar sekali!"

Jeffrey tampak enggan bangkit dari ranjang. Dia bahkan kembali rebahan. Karena masih mengantuk tentu saja.

"Aku tidak mandi. Masih wangi."

Joanna yang mendengar itu hanya mendecih lirih. Karena dia akui Jeffrey memang tidak bau sama sekali. Meski dia tidak memakai deodorant tadi. Berbeda dengan dirinya yang pasti akan bau bakteri jika tidak memakai deodorant atau antiseptik saat mandi.

"Kamu minus berapa?" tanya Jeffrey saat menatap Joanna yang mulai memakai softlens sebelum berdandan. Dia juga tidak sengaja melihat kacamata yang ada di laci meja rias saat dibuka.

"Kepo!"

"Aku tanya serius malah dijawab kepo. Aku juga minus dulu. Tapi sekarang sudah tidak lagi karena sudah operasi lasik. Kalau kamu mau, nanti aku aturkan jadwal dengan dokter yang sudah mengoperasi kemarin."

"Terima kasih atas perhatiannya. Tapi aku akan lebih senang kalau kamu siap-siap sekarang. Aku sudah lapar!"

Joanna menatap ponsel yang mulai bergetar. Karena driver yang membawa ponsel baru Jeffrey hampir tiba. Padahal belum ada satu jam pria itu memesan.

"Hpmu mau datang. Cepat siap-siap!"

"Iya-iya!"

Jeffrey bangkit dari ranjang. Lalu memakai pakaian santai yang ternyata sudah Joanna siapkan. Entah karena perhatian atau justru karena takut dia membuat walk in closet berantakan. Karena tempat itu sangat rapi memang. Bahkan pakaian Joanna disusun berdasarkan warna. Tidak heran jika dia takut Jeffrey berlama-lama di sana. Karena tidak ingin pria itu merusak tatanannya.

"Tumben pakai lipstik pink, biasanya pakai yang warna merah gelap." Jeffrey berkomentar saat melihat Joanna yang sudah selesai berdandan. Wanita itu memakai riasan tipis sekarang. Dia tidak memakai eyeliner dan bulu mata. Hanya cushion, browcara dan lipstick pink nude saja. Tidak heran jika Jeffrey berkomentar. Karena baru kali ini Joanna memakai warna itu saat berpergian.

"Supaya dikira sakit orang tuamu. Agar mereka tidak terlalu marah padaku."

Jeffrey terkekeh sekarang. Menertawakan Joanna yang terlalu serius menghadapi orang tuanya. Karena dia memang sudah sering membuat masalah dan masih bisa hidup hingga sekarang. Sehingga masalah seperti ini dianggap bukan apa-apa baginya.

"Sudah selesai, kan? Kita berangkat sekarang!"

Joanna memasukkan ponsel pada tas yang sudah disiapkan. Lalu keluar kamar setelah memakai parfum di leher dan pergelangan tangan. Diikuti Jeffrey yang hanya membawa dompet dan kunci mobil saja.

"Kalian mau ke mana?" tanya Rena pada Jeffrey dan Joanna yang turun tangga berdampingan. Mereka tampak kompak dan akan pergi sekarang. Membuat hati kecil Rena sedikit terusik sekarang.

"Kita dipanggil Mama. Kenapa tidak beri tahu kalau kita sudah ketahuan pisah ranjang!?"

Rena diam saja. Sebab dia tahu jika salah. Karena tidak memberi tahu mereka saat Jessica membuat sedikit kekacauan di rumah.

"Berikan saja makanan itu pada tetangga seperti biasa kalau kamu dan yang lain tidak mau makan!"

Rena mengangguk pelan. Lalu menatap Joanna yang kini agak berlari keluar rumah. Menyusul Jeffrey yang sejak tadi terus berjalan tanpa menoleh ke arahnya.

Tbc...

GET TO KNOW BETTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang