4/4

3.8K 163 13
                                        


Dua hari berlalu. Joanna benar-benar merasa kuwalahan mengurus rumah itu. Mencuci pakaian dan harus memasak juga. Sehingga dia tidak bisa menulis seperti apa yang sudah direncanakan sebelum memutuskan setuju dijodohkan.

"Jeffrey, bisa bantu aku cuci piring setelah ini? Tanganku perih, melepuh karena kena api kompor kemarin. Tadi lukanya tidak sengaja pecah saat aku memakai gunting." Joanna menunjukkan jari tengahnya pada Jeffrey saat selesai makan. Membuat pria itu refleks mengadu alisnya. Karena merasa jika Joanna berlebihan.

"Aku baru sampai rumah. Masih lelah. Lagi pula kamu bisa pakai handsaplast kalau takut perih kena sabun dan air keran."

"Ini luka bakar, kalau pakai handsaplast akan lama sembuhnya. Lagi pula hanya untuk malam ini saja. Besok lukanya pasti sudah mengering. Aku tidak akan suruh kamu lagi." Joanna berusaha bersabar. Nada bicaranya tidak meninggi meski dalam hati sudah mengumpat. Karena kecewa saat tahu suaminya adalah pria patriarki yang tidak bisa diajak berbagi peran.

"Kalau kamu tidak sanggup mengurus rumah, biarkan Rena saja! Dia bisa mengerjakan semuanya tanpa banyak mengeluh seperti kamu sekarang!" Jeffrey sedikit menyentak di akhir kalimat. Karena dia memang sedang marah.

"Shit!"

Maki Joanna setelah Jeffrey pergi. Dia mulai membersihkan meja dan berniat mencuci piring. Namun saat lukanya terasa begitu perih saat terkena air, dia akhirnya menyerah dan langsung menyusul Jeffrey. Agar pria itu bisa memanggil Rena sesegera mungkin.

___

Dua bulan berlalu. Joanna sudah nyaman dengan kehadiran Rena dan Kevin. Karena mereka benar-benar tidak berisik. Baik Rena maupun anaknya, mereka sama-sama pendiam. Sehingga keadaan rumah bisa tetap nyaman meski bertambah orang.

"Bagaimana? Kamu nyaman ada mereka di rumah?" tanya Jessica yang saat ini sedang duduk bersama Joanna di gazebo taman. Taman yang kini sudah jadi sempurna . Bahkan kolam renang besarnya sudah diisi air juga. Ditambah berbagai tanaman hias yang baru minggu kemarin Joanna beli bersama si mertua.

"Nyaman. Mereka tidak banyak bicara. Rena bisa mengerjakan semaunya dengan baik. Kevin juga sering membantu. Menyiram tanaman dan bahkan mengepel juga. Dia anak pintar. Mereka sama sekali tidak merepotkan." jawab Joanna sembari menatap Rena yang tengah memasak makan malam. Sedangkan Kevin sedang mengepel lantai di dekat tangga.

"Syukurlah. Mama takut kamu merasa tidak nyaman di rumah karena ada mereka."

"Aku nyaman sekali, Ma. Rena mengerjakan semua tugas dengan naik. Dia banyak inisiatif. Jadi aku jarang meminta dia untuk melakukan itu ini. Karena dia langsung mengerjakan sendiri."

Jessica tampak lega. Namun ekor matanya terus melirik Rena dan anaknya. Karena mereka memiliki sejarah kelam sebelumnya.

"Jeffrey bagaimana? Apa dia sering berduaan dengan Rena?"

"Maksud Mama?" Jessica tampak panik. Dia baru sadar jika telah salah berbicara tadi. Karena dirinya jelas belum siap menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Hingga dirinya bisa sedingin ini dengan keponakan sendiri. Bahkan sampai tega menjadikan Rena sebagai ART di rumah ini. Padahal dia bisa saja menampungnya di rumah sendiri dan memberi pekerjaan yang layak karena dia memiliki banyak koneksi.

"Jeffrey dan Rena? Mereka pernah ada hubungan?" Joanna yang cepat tanggap jelas bisa langsung mengerti ucapan Jessica. Jantungnya berdebar. Karena takut jika tebakannya benar. Sebab dia belum siap berperang. Mengingat hubungannya dengan Jeffrey belum terlalu kuat. Jelas dirinya akan kalah jika harus melawan Rena yang pernah tinggal lama bersama suaminya.

GET TO KNOW BETTER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang