Typo 🙏
Happy Reading...!!!Cio dan Shani masih duduk di teras depan rumah. Kali ini mereka hanya terdiam menikmati heningnya malam itu. Cio sejak tadi mencari alasan agar Shani tidak jadi pulang. Sampai Cio meminta Shani untuk dibuatkan teh, dengan terpaksa Shani memenuhi permintaan Cio. Itung-itung belajar patuh pada suaminya kelak.
"Udah kan mas, aku boleh pulang sekarang?"tanyanya.
"Sebentar lagi, teh aku aja belum abis sayang. Lagian aku suruh kamu nginep disini aja."ucap Cio, matanya penuh harap. Dengan cara apalagi ia harus menahan kepergian Shani.
"Mas,"lirih Shani.
Cio pun tidak tega melihat Shani yang ingin pulang tapi malah ditahan-tahan."Ya sudah, maaf aku udah larang kamu pulang dari tadi. Aku cuman mau lebih lama lagi sama kamu sayang."pria itu menatap sendu Shani. Binar mata itu seolah berbicara kalau semua akan baik-baik saja. Tidak ada sama sekali kekhawatiran disana, yang ada hanya tatapan cinta.
"Maaf ya, aku janji besok kesini lagi. Kalo besok Chika bangun, tolong kasih tau kalo aku sayang banget sama dia mas."Shani kemudian meraih tangan Cio lalu ia letakkan di atas paha, dan mengusapnya lembut. Dengan seksama ia memperhatikan jemari tangan Cio. "Aku yakin tangan ini akan selalu menjadi saksi betapa kerasnya perjuangan kamu untuk bisa sampai seperti sekarang. Aku juga yakin tangan ini akan selalu menuntunku ke dalam indahnya cinta yang sudah lama hilang dalam hidupku."ucap Shani lirih. Cio, dia hanya mendengarkan setiap kata yang Shani ucapkan. Entah kenapa ini kali pertama Shani banyak sekali mengungkapkan perasaannya. Cio memindahkan tangan Shani ke dadanya, membiarkan Shani merasakan degup jantungnya saat ini.
"Kamu bisa rasakan itu?"tanya Cio, Shani mengangguk pelan. "Dia hanya berdegup kencang saat aku bersama kamu dan selamanya akan seperti itu."Cio menarik tubuh Shani dan memeluknya erat. "Kita akan selamanya bersama."bisik Cio.
"Selamanya."balas Shani. Cio mengecup kening Shani, cukup lama. Menyalurkan rasa cintanya.
"Ayo aku antar ke mobil,"ucap Cio setelah melepaskan pelukannya. Shani hanya mengangguk, namun tangannya tak lepas dari genggaman Cio.
"Aku pulang dulu."pamit Shani yang sudah berada di mobil.
"Hati-hati ya, kabarin aku kalo udah sampe. Jangan bikin aku khawatir kaya tadi."ucap Cio mewanti-wanti Shani. Sekilas dia mencium tangan Shani.
"Iya mas, gih masuk. Kasian Chika tidur sendirian."
"Aku mau liat kamu dulu."lirih Cio.
"Ck, ngeyel sekali ya bapak Gracio ini. Ya udah, aku jalan sekarang. Sampe ketemu besok ya..."
"Sayang,"Cio masih menggenggam tangan Shani.
"Mas, lepasin ih. Kamu kenapa sih, tumben banget deh."ucap Shani yang berusaha melepaskan tangannya.
Dengan pasrah Cio pun melepaskannya."Udah ya, aku pergi."pamit Shani. "Jangan kangen loh!"ucap Shani terkekeh.
"Aku pasti bakalan kangen terus sama kamu sayang."
"Udah ah, kapan aku pulangnya kalo kamu gombal terus."gerutu Shani. Yang kemudian mulai menghidupkan mobilnya. "Daah... Assalamu'alaikum..." pamit Shani sambil melambaikan tangan. Dan diakhiri suara klakson.
"Wa'alaikumsalam."
Cio pun menatap kepergian mobil Shani yang keluar dari area rumahnya. Setelah itu Cio kembali ke dalam rumah dengan langkah kaki yang gamang. Sebelum ke kamar Chika, Cio lebih dulu ke satu ruangan dimana disitu tersimpan hantaran yang sudah dipersiapkan Veranda untuk pernikahannya nanti.