kepergian sean

2 2 0
                                    

Seperti biasa, aksara akan pergi ke kantor saat siang hari..
Dan katanya hari ini akan ada taesan yang menemani ku,Wildan sibuk begitu pun Juna..

Sebenarnya aku tidak masalah jika sendiri an,aku sudah bisa melakukan nya sediri..
Baik ke kamar mandi,atau pun jalan jalan di sekitar sini,meski pun masih sedikit lemas..

Bahkan luka luka ku sudah mulai mengering di berbagai spot tubuh ku.
Dan mudah mudahan tak ada luka di dalam yang serius.
Ya semoga...

Setelah menyuapi ku bubur,aksara bersiap untuk pergi ke kantor...
Pagi ini dengan baik hatinya,aksara membolehkan ku makan bubur dari luar,bukan bubur rumah sakit...
Tapi dengan satu catatan,aku harus makan dan minum obat dengan teratur..

" Aku pergi dulu ya.." dia merapikan rambutnya, menyisir nya dengan jari..
" Ganjen amat,mau kemana sih ???" Kesal ku yang sedang menatap nya..
" Kerja kala,masa sih aku harus awut awutan ???"
" Biarin aja"
Aksara berhenti menyisir rambutnya,mantap ku dengan tatapan yang menyebalkan..
" Kau cemburu ???" Tanyanya
Aku yang sedang duduk di ranjang,berdiri di hadapan aksara " ia kenapa emang ???"
Dia nampak terkejut mendengar kejujuran ku,namun setelahnya dia menyunggingkan senyum manis nya..
" Aku gak akan pernah ninggalin kamu kala" kemudian dia menarik pinggang ku untuk mendekat,hingga tak ada jarak antara kita..
" Gombal" aku memukul dadanya pelan..
" Jadi gak mau pergi ke kantor" ujarnya sambil mendusel mukanya di perpotongan leher ku...
" Geli aksara" rengek ku,sambil berusaha mendorong badan nya menjauh..
Tapi dia memeluk ku erat,jadi tak bisa begitu saja terlepas.

Klik...

Seketika kami langsung melepaskan pelukan kami..
Padahal apa yang harus kami takutkan??? Kami sudah menikah dan pelukan adalah hal yang wajar..

Mata kami melihat pada siapakah yang datang bertamu sepagi ini ???

" Kak Sean" ujar aksara sambil menghampiri nya " sendirian kak ???" Kemudian aksara menyalami tangan kakak tirinya itu.
" Iya" jawab nya singkat
Aku yang tak tau harus apa, akhirnya memutuskan untuk duduk di ranjang saja,dengan kaki yang aku biarkan tergantung..
" Ya udahh..aku berangkat kerja dulu"
Aksara kemudian berjalan mendekat kepada ku..
Ku ulurkan tangan ku di hadapan nya,lalu ku cium punggung tangan nya..
" Hati hati di jalan" pesan ku yang membuat aksara tersenyum,lalu mengusap pucuk kepalaku
" Jangan lupa makan dan minum obat" pesan nya
Aku hanya mempu mengangguk

Setelah berpamitan pada kak Sean,aksara pun pergi meninggalkan kami berdua...

" Gimana keadaan nya ???" Kak Sean menghampiri ku yang sedang duduk di atas ranjang..
" Udah mendingan kak,tapi masih suka lemes aja sih" curhat ku jujur..
Kak Sean menatap setiap inci dari tubuh ku yang masih terbalut beberapa perban di badan dan wajah ku.
" Maaf...baru nengokin kamu sekarang,aku gak punya keberanian untuk datang nemuin kamu,dan.." kak Sean menjeda kalimat nya " maaf sudah buat kamu kayak gini"
Aku balas mantap nya..
" Hei..." Aku memukul dada kak Sean pelan " kemana keberanian mu ??? Payah..bukankah kita saudara??? Kenapa kau baru menjenguk ku ??? Apa aku gak berarti untuk mu ???"
Kak Sean mantap ku tak percaya,mungkin dia kira aku akan canggung dengan nya, seperti yang dia rasakan pada ku,tapi justru aku memberikan hal yang sebaliknya..
Aku mencoba melupakan apa yang telah terjadi waktu itu
" Sidney"
" Kau pikir setalah kau membuat ku seperti ini,bisa lepas tanggung jawab???tidak bisa lihat ini" aku menunjuk pada lutut kanan ku yang masih di perban " ini,ini,ini,dan ini" menunjuk kening,siku kanan,pergelangan tangan kanan dan kaki kanan ku.
" Kau harus tanggung jawab kak" ucapan ku di akhiri dengan kekehan yang keluar dari mulut ku...
" Baiklah" kak Sean meraih tangan ku dan mengusap usapnya dengan pelan..
" Pakaikan ini" aku memberikan salap yang memang sudah di berikan oleh dokter beberapa hari yang lalu..

Perlahan kak Sean membuka perban yang masih menutupi luka luka ku..
Dia meringis begitu luka itu nampak tanpa penghalang lagi
" Sakit ???" Tanyanya
Sebenarnya itu adalah pertanyaan konyol,karna mana mungkin baik baik saja,karunya nyatanya luka itu masih basah dan beberapa belum menunjukan tanda tanda akan kering..
" Menurut kakak sakit gak ???"
Dia terkekeh sebagai jawaban..
" Maaf membuat mu jadi seperti ini,nanti jika lukanya gak hilang,bilang sama aku,kita oprasi di Korea" ujar nya yang seketika membuat senyum sumringah
" Benarkah ???"
" Benarlah..kau gak boleh punya bekas luka Sidney,aku akan tanggung jawab"
Seketika aku langsung memeluk kak Sean senang..
" Ahhh makasih"
Nampaknya dia terkejut dengan ku yang main peluk aja,karna tak ada respon apapun yang dia tunjukan selain diam..
Hingga aku menyadarinya,lalu perlahan melepaskan pelukan ku..
" Gak papa deh ada bekasnya,biar bisa pergi ke Korea" ujar ku dengan mata berbinar..
" Memang ada apa dengan Korea ???" Tanya kak Sean dengan tampang bingungnya..
" Boygrup..aku suka boygrup kak"
" Ohhh...siapa ???"
" Kakak tau boy grup ???" Tanya ku heran,karna respon nya tak seperti aksara yang hanya diam tak mengerti.
" Tau sedikit"
" Boy next door???"
" Emmmm" dia nampak berpikir " kakak cuman tau enhypen"
" Jinja ???" Aku menutup mulut ku, ternyata kak Sean tau salah satu grup kesukaan ku.
" Iya .. lumayan tau sedikit"
Lalu obrolan kami pun berlanjut membahas tentang boygrup yang aku sukai..
Untunglah kak Sean nyambung dan ngerti tentang cerita ku..
Bahkan aku membahas nya dengan antusias,meski pun sebenarnya kak Sean hanya bertindak sebagai pendengar dan Aku yang lebih banyak bicara..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

pelabuhan Sidney | Myung jaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang