2

864 125 10
                                    

Jeongwoo mengetukkan jemarinya di meja kantin dengan agak rusuh. Bahkan Haruto yang duduk disebelahnya saja sudah berkali-kali mencoba menghentikan. Namun,

"Ru, kalau gue ngga sakit. Terus gue pergi kerumah sakit, itu ngapain ya?" tanya Jeongwoo.

Haruto menyerah dengan segala keanehan tingkah dan jalan pikiran dari manusia besar disebelahnya.

"Ngga tau"

Jeongwoo melirik Haruto sinis dan menyikut lengan Haruto pelan, "Formalitas ramah dikit, plis"

Begitulah Haruto. Tenang, dingin, cuek dan sangat bodoamat dengan si aneh Jeongwoo. Berbeda dengan,

"Mungkin mau silaturahmi sama pasien rumah sakit" Junkyu datang.

Mengelus kepala Haruto pelan sebelum duduk ditengah antara Haruto dan Jeongwoo. Kenapa?

Karena Harutolah yang menggeser duduknya, ia membiarkan Junkyu duduk ditengah. Kenapa lagi?

Bukankah sudah jelas? Haruto malas dekat-dekat makhluk aneh seperti Jeongwoo.

"Ck, mana ada. Emang Pak Jaehyuk segabut itu sampai randomly masuk keruang pasien terus disalamin satu-satu" balas Jeongwoo.

Junkyu menoleh ke arah Jeongwoo dengan raut wajah serius, "Kali aja nih, Pak Jaehyuk sering ngasih tugas yang berat buat kalian itu cuma alibi biar belio bisa salamin pasien di rumah sakit satu-satu"

Jeongwoo menutup mulutnya tidak percaya, "Anjing! Bener juga, lo kok pinter sih kak-"

Ctak! Ctak!

"ADUH!"

Junkyu dan Jeongwoo mengaduh bersamaan. Karena,

"Begonya gantian. Jangan barengan" kata Haruto setelah menyentil dahi keduanya. Yang kemudian mengelus dahi Junkyu dengan ibu jarinya.

"Apasih Ru? Tapi konspirasinya tadi oke kan, Jeo? Masuk akal kan?" kata Junkyu mencari dukungan.

Jeongwoo lantas mengangguk setuju, "Masuk kak. Argumen lo oke banget"

Haruto mengehela nafas, "Gue tambahin konspirasinya"

"Mungkin aja Pak Jaehyuk ke rumah sakit karena mau jengukin salah satu kerabat keluarganya" kata Haruto.

Junkyu dan Jeongwoo terdiam.

Junkyu menyenggol bahu Jeongwoo, "Masuk akal yang mana konspirasinya?"

Jeongwoo terdiam sebentar. Berpikir. Dan,

"Gue tetep lo sih kak"

Duh!

Haruto menghela nafas berat. Ia memijat keningnya. Sedikit greget ya!

"Eh tapi kok lo tau kalau Pak Jaehyuk ke rumah sakit?" sela Junkyu.

Oh?

Jeongwoo akhirnya menceritakan kejadian kemarin dengan detail tanpa dikurang tambah bagi kali. Rill apa yang terjadi kemarin.

"Seumur-umur gue temenan sama lo, gue ngga dibolehin bawa motor lo tuh?" celetuk Haruto. Karena cukup mengherankan.

Motor besar hitam milik Jeongwoo itu benar-benar seperti benda suci. Hanya boleh pantat Jeongwoo yang mendudukinya.

Jeongwoo mengendikan bahunya, "Ya kemaren kan beliau lagi butuh tumpangan. Terus posisinya kek lagi genting aja"

Junkyu mengangguk, "Lo jangan aneh-aneh deh, Jeo. Lo ngga tau kehidupan Pak Jaehyuk itu gimana. Misal lo isengin kaya kemaren terus berimbas parah kan lo juga yang nanti masuk nerakanya jadi 100 tahun"

Cih!

.

.

.

Seminggu kemudian.

"Jeongwoo"

Jeongwoo menoleh saat ada yang memanggilnya. 

"Pak Jaehyuk?" lirihnya.

Yap!

Jaehyuk. Si dosen muda yang baru saja memanggilnya.

"Gue duluan" kata Haruto yang tadi keluar kelas bersama. Haruto tuh gitu, selama itu bukan urusannya maka Haruto benar-benar akan acuh tak acuh.

"Kenapa pak?" tanya Jeongwoo saat Jaehyuk sudah ada didepannya.

"Setelah ini ada acara tidak? Saya mau traktir makan" kata Pak Jaehyuk.

"Waduh maaf pak, saya ada kerjaan"

Pak Jaehyuk mengernyitkan dahinya, "Kamu kerja?"

Jeongwoo mengangguk, "Di toko tembakau keluarganya Kak Junkyu, pak"

Tembakau?

"Tau tembakau kan, pak? Yang buat ngerokok itu lho" jelas Jeongwoo.

Pak Jaehyuk mengangguk, "Saya jelas tau. Malah saya kaget kamu tau tembakauan. Kan kamu anak muda"

"Ohiya? Yah meskipun bapak udah tua. Tapi age gap kita ngga jauh-jauh amat paling lah, pak" kata Jeongwoo. Namun setelahnya gelagapan karena Pak Jaehyuk diam saja.

Pasti tersinggung masalah umur?

Aduh! Nasib nilai Jeongwoo.

Jeongwoo langsung mengibaskan kedua tangannya dengan heboh, "Eh maksud saya ngga gitu. Pak Jaehyuk udah lebih tua dari saya tapi ngga keliatan tua kok"

"Masih cakep, wangi, bersih. Terus rapi lagi. Saya kalau jadi cewek juga bakal naksir bapak-"

"Saya 30 tahun"

"Anjing? 10 tahun lebih tua?" syok Jeongwoo tanpa dibuat-buat.

"Tapi kok keliatan muda? Mana ganteng lagi?" spontan Jeongwoo.

Yang ngebuat Pak Jaehyuk terkekeh. Yang ngebuat salah satu dari mereka malah kehilangan fokusnya karena senyum lebar itu.

"Tetep aja, saya emang udah tua kok" kata Pak Jaehyuk.

Jeongwoo diam-diam mencubit pahanya pelan untuk mencoba sadar.

"Umur hanyalah angka kok, pak"

Pak Jaehyuk senyum dan mengangguk.

"Nama toko tembakaunya apa?" tanya Pak Jaehyuk.

"Toko Sempurna Tembakau"

Pak Jaehyuk mengangguk lagi, "Yaudah, semangat ya kerjanya"

"Saya duluan, Jeongwoo" kata Pak Jaehyuk dengan menepuk bahu Jeongwoo pelan.

Jeongwoo menggigit bibir bawahnya pelan. Ia mendesis pelan.

"Pesona pria matang"

The OlderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang