"Makasih pak" kata Jeongwoo dengan memberikan kembalian pada pelanggan.
Toko tembakau keluarga Kak Junkyu itu punya beberapa cabang dikota. Salah satunya ya ini.
Dekat dengan rumah Jeongwoo. Hanya berbeda komplek.
Sebenarnya Jeongwoo tidak dalam kondisi kekurangan uang yang mengharuskannya bekerja. Tapi ia hanya bingung jika harus berdiam diri saja dirumah.
Membuat masalah? Sudah pernah.
Membuat kerusakan dirumah? Seringkali.
Membuat gaduh komplek? Tidak terhitung.
Jadi saat Kak Junkyu memintanya untuk menjadi penjaga salah satu toko tembakaunya, Jeongwoo langsung mau.
Kling!
Suara bel berbunyi saat seseorang memasuki toko. Apakah toko tembakaunya seperti toko elit?
Tidak, yang benar saja. Bahkan toko ini lebih sering terkontaminasi asap rokok dibanding oksigen yang layak. Hanya saja diatas pintu rolling door yang terbuka ini ada bel yang bisa pembeli bunyikan saat dimeja kasir tidak ada orang.
"Maaf, tapi tokonya sudah akan tutup jadi hanya menerima pembelian sederhana" kata Jeongwoo dengan meletakkan semua persediaan tembakau dirak.
"Saya ngga mau beli tembakau"
Jeongwoo mengernyitkan dahinya, "Oh? Ngga nerima sumbangan amal disini pak. Saya atheis"
"Kamu beneran atheis Jeongwoo?"
Lah? Kok tau namanya? Penculik jangan-jangan.
"Apasih-eh?"
Dan saat Jeongwoo membalikkan tubuhnya. Didepannya sudah ada Pak Jaehyuk. Dan jangan lupakan senyum tipisnya yang manis? Eh?
"Lho? Bapak? Kok disini? Mau ngapain?"
"Beneran mau minta sumbangan amal?"
Duh! Park Jeongwoo.
Pak Jaehyuk tertawa pelan, "Ngaco. Nih"
Pak Jaehyuk kemudian meletakan dua kotak bekal diatas meja kasir.
"Saya kan belum jadi ngetraktir kamu. Jadi saya masakin aja, itu juga ada buah potong. Dimakan ya"
Jeongwoo melihat dua kotak bekal yang ada didepannya. Kok menggiurkan?
"Yasudah, saya pulang dulu ya. Katanya kan mau tutup toko" kata Pak Jaehyuk dengan akan berlalu pergi tapi,
"Pak, temenin saya makan boleh?"
. . . . .
Disinilah keduanya. Didepan toko tembakau yang sudah tutup dan untungnya memiliki meja bundar dan kursi untuk keduanya duduk.
Jeongwoo baru akan memakan makanannya, "Eh? Kok saya makan sendiri, bapak gimana?"
Pak Jaehyuk tersenyum, "Saya sudah kok. Kamu makan aja"
Jeongwoo mengangguk kemudian kembali memakan makanannya, "Kirain mau jawab, 'Saya udah kenyang kok cuma karna ngeliat kamu makan' gitu"
Dan omongan asbun Jeongwoo dibalas kekehan yang lebih renyah dari sebelumnya. Ngebuat Jeongwoo harus menghentikan kegiatan makannya hanya untuk melihat tawa sederhana dari dosen muda itu.
"Kamu suka ngelantur ya kalau ngomong" kata Pak Jaehyuk.
"Kalau suka bapak, emang boleh?"
Eh?
Jeongwoo maupun Pak Jaehyuk saling diam untuk beberapa saat.
Jeongwoo yang sadar asbunnya makin ngawur tapi udah terlanjur tatap-tatapan sama Pak Jaehyuk. Pak Jaehyuk sendiri malah seolah menanggapi? Atau sedang terlalu kaget?
![](https://img.wattpad.com/cover/383762686-288-k110318.jpg)