Selamat membaca.
"Jangan dilepas ya" Ucapnya dengan senyuman tulusnya. Aku terkesima karena senyumannya yang begitu menawan. Duniaku seketika berhenti karena senyumannya.
"I-iya makasih kak"
"Nanti mau aku anter lagi?"
"Ndak usah kak. aku udah dijemput sama mas"
"Oh. Okey klo boleh tau siapa nama mas mu mungkin aku kenal"
"Bentala dia alumni sini" setelah menjawab pertanyaan zein aku bisa melihat kalau wajahnya tegang dan pucat.
"O-oh Bentala ya maaf aku ga kenal"
"Oh ya zein kenapa kamu tadi dipukuli kenapa kamu ga bales mereka"
"Aku ga bisa bales mereka "
"Kenapa?"
"Eh kamu udah makan belum kalo belum ayo kekantin" Dengan dia mengalihkan pembicaraan aku semakin penasaran dengan dia.
"Belum nih"
"Yaudah kamu tunggu disini biar aku yang beli makanan untuk kita"
"Tapi tangan mu-" ucapan ku dipotong zein.
"Ga apa apa cuma luka dikit. Kamu tunggu disini ya jangan kemana mana"
"Iya"
Tak lama zein datang sambil membawa 2 mangkok bakso yang panas terlihat dari asap nya yang masih mengepul.
"Aku ga tau kamu suka apa jadi aku beliin bakso"
"Aku suka banget sama bakso"
Zein menaruh bakso tadi dimeja dekat ranjang. Dan menata meja dan kursi agar kita lebih leluasa memakannya.
"Sini kita makan bareng" ajak nya
"Km mau mie nya aku ga suka mie nya"
"Taruh semua yang kamu ga suka di mangkok ku."
"Kita tukeran nomer telfon yuk biar gampang komunikasi nya"
"Boleh"
Tak terasa bel pulang berbunyi. Semua murid sudah berhamburan keseluruhan area sekolah.
Aku juga sudah bersiap untuk pulang. Saat sampai digerbang hujan turun dengan derasnya. Semua murid berhamburan untuk meneduh ke lobby sekolah. Aku pun begitu.
Rintik hujan berjatuhan dimuka bumi ini. Satu persatu teman teman ku pulang meninggalkan aku disini sendiri. Mas Bentala pun tak kunjung menjemputku sudah sekiranya setengah jam aku menunggu, hujan pun sudah berhenti.
Tak lama aku mas Bentala pun datang.
"Maaf dek tadi mas ketiduran "
"Ishh. Aku udah nunggu setengah jam lho. Mas malah enak enak tidur"
"Iya iya."
Hujan telah berhenti sejak tadi menyisakan genangan air dijalan jalan. Hari pun sudah mulai gelap. Burung burung bertebangan dilangit sore. Tak lupa awan awan yang berwarna orange kekuningan.
Aku tersenyum mengingat saat Zein memasangkan gelang dipergelangan tangan ku. Entah kenapa aku merindukan dia aku merindukan senyumannya.
Tak terasa kita sudah sampai didepan rumah. Dan saat ingin membuka pintu kamar aku dikejutkan dengan teriakan sesoarang yang sangat nyaring.
"KAK REN" seketika telingaku ingin lepas. Entah mentari entah pelita suka sekali meneraki aku terus.
"Kenapa" aku memutarkan mata jengah.
"Adek besok mauu kerumah mbah. Kak Ren ga boleh ikut"
"Kenapa kak ren ga boleh ikut?"
"Ga boleh yang ikut hanya aku, ayah, dan ibu saja kak Ren sama mas Bentala dirumah. Udah ah aku mau beresin baju dulu"
"Emang sampe nginep"
"Iya kata ayah nginep"
Makasih udah baca
Jangan lupa vote dan komen
Makasih banyak
KAMU SEDANG MEMBACA
Zein Bumantara
Teen Fiction"sebenarnya kamu siapa zein" renjana yang penasaran dengan kehidupan kakak kelasnya yang diasingkan semua murid disekolah. bagaimana kelanjutannya.... langsung aja membaca nama mu akan abadi diceritaku Zein. published : 31-oktober-2024