Akhir pekan ini Ano meminta agar sang ayah mengantarnya ke rumah salah satu sahabatnya. Theo setuju saja, ia tidak masalah sang anak bermain dengan sahabatnya.
Ada rencana yang Theo siapkan untuk sang putra minggu ini. Dikarenakan Ano menginginkan bermain Fathan. Untuk rencana Theo akan diundur saja daripada sang putra sedih.
Beberapa menit kemudian mereka berdua tiba di rumah Fathan. Rumah sederhana didominasi berwarna putih serta ada warna ice blue. Rerumputan berwarna hijau, pohon entah apa itu, serta beberapa tanaman.
(Rumah Fathan)
"Rumah Fathan asri sekali," komentar Ano.
"Benar nak," ujar Theo.
Theo memarkirkan mobilnya di depan rumah Fathan. Dengan semangat Ano membuka pintu lebih dulu. Kaki kecil Ano berlari menuju kearah pintu rumah. Theo memperhatikan tingkah laku sang putra. Ketika akan memencet bel tinggi Ano belum sampai. Theo membantu sang putra untuk memencet bel.
Tak lama ada yang membuka saat dilihat ternyata itu Fathan. Anak kecil itu memeluk erat tubuh Ano. "Yeah Ano tiba!" pekik Fathan senang.
"Om titip anak om ya," ujar Theo kepada Fathan.
"Okey om!" pekik Fathan.
Theo memberikan beberapa lembar uang berwarna merah kepada sang putra. "Buat jajan kamu dan Fathan. Jangan pelit untuk berbagi makanan okey. Ayah akan jemput saat sore hari. Ingat jangan lupa salat," ujar Theo.
"Aku mengerti ayah," ujar Ano.
Theo pergi dari sana. Fathan dengan semangat menarik tangan Ano masuk ke dalam rumahnya. Ano menatap ke seluruhan rumah milik Fathan. Dia sedikit heran tentang foto keluarga yang berada di ruang tamu. Ada tiga orang disana tidak ada Fathan diantara mereka.
Tangan Ano ditarik hingga menuju kamar paling ujung. Fathan dengan semangat membuka pintu kamarnya. Hal pertama yang dilihat oleh Ano adalah kamar sempit. Bahkan ada beberapa barang rusak di sudut kamar Fathan. Menurut Ano ini lebih disebut gudang dibandingkan sebuah kamar.
"Hehehe maaf ya. Kamarku kecil sekali," tawa Fathan.
"Bukan masalah kok," jawab Ano.
Ano memilih duduk dibawah. Walaupun sempit keadaan kamar Fathan cukup bersih. Pasti Fathan terbiasa untuk membersihkan kamarnya setiap hari. Gerak-gerik Fathan diperhatikan oleh Ano. Dimana Fathan mengambil dua buah mainan. Terlihat jelas bahwa mainan tersebut sudah rusak.
"Ini kita bermain robot-robotan!" pekik Fathan.
Ano menerima mainan yang diberikan oleh Fathan. Mereka berdua bermain dengan saling membenturkan mainan tersebut satu sama lain. Saat mainan Farhan kepala robot terlepas dia tertawa keras. Ano juga ikut tertawa akan tawa lepas Fathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah Untuk Ano
Fiksi UmumNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Sejak dia bayi hingga berusia sepuluh tahun. Tidak ada sosok kedua orangtua mendampingi hidupnya. Seringkali dia dihina anak haram. Suatu hari seorang pria memberi dia sebuah a...