Hari ini sekolah Ano mengadakan perayaan hari ayah. Hal asing bagi Ano disebabkan sejak dulu dirinya belum pernah mendapatkan kasih sayang kedua orangtua. Anak sekecil Ano perlu dipaksa dewasa sebelum waktunya demi bertahan hidup di dunia yang kejam.
Sosok ibu merupakan istilah tabu bagi Ano. Sejak ia lahir di dunia ini figur ibu tidak didapatkan oleh Ano. Para wanita dalam hidup Ano adalah luka tidak berdarah bagi Ano selama ia tinggal di panti asuhan. Semua pengurus panti asuhan tidak sudi untuk berdekatan dengan Ano. Salah satu pengurus saja seringkali menyiksa tubuh ringkih Ano. Dia adalah ibu kandung dari Ano sendiri.
Ibu yang semestinya memberikan kasih sayang tidak berlaku bagi ibu kandung Ano. Menurut sang ibu, kehadiran Ano adalah kesalahan di masa muda. Padahal, Ano tidak bisa meminta untuk dilahirkan. Sebab, perlakuan para wanita di masa lalu ada sebuah dinding kasat mata yang Ano bangun untuk mendekati seorang wanita.
Ada satu wanita yang cukup dipercaya oleh Ano yaitu Martha. Satu-satunya yang dipercaya oleh Ano untuk saat ini. Beberapa siswi mendekat saja membuat sosok kecil Ano takut. Sekarang saja Ano bersembunyi di belakang tubuh Fathan.
Ada beberapa wanita muda yang mendekati mereka. Mungkin mereka gemas akan pipi berisi Ano yang cukup menggoda untuk dicubit.
"Maaf kakak-kakak dan tante-tante semua. Sahabatku kurang nyaman akan keramaian," ujar Fathan memberikan pengertian.
Para wanita paham. Mereka akhirnya menjauh dari mereka berdua. Tangan Ano memegang baju bagian belakang milik Fathan.
"Aku juga sedikit malas berinteraksi dengan perempuan," ujar Fathan.
"Aku saja disiksa ibuku sendiri. Untung ada ayahku," ujar Ano.
"Om Vian mengajak aku untuk tinggal di rumahnya terus," ujar Fathan.
"Terima saja. Om Vian baik tahu, kata ayahku dia itu seorang duda hanya saja belum sempat punya anak," ujar Ano.
"Kenapa belum?" tanya Fathan.
"Tidak tahu," jawab Ano.
"Hey kalian! Acaranya mau dimulai tahu!" pekik Dilfa.
Tangan kecil Fathan menarik tangan kiri Ano. Kedua anak kecil itu berlari kearah Dilfa berada. Persahabatan mereka tetap terjaga hingga sekarang. Ayah Dilfa ditunjuk sebagai salah satu pemimpin di kantor cabang milik perusahaan Theo. Jarak kantor cabang dengan sekolah tidak terlalu jauh. Jadi setiap hari Dilfa akan diantar dan dijemput oleh ayahnya. Ayah Fathan tidak pernah terlihat sejak mereka berteman satu sama lain.
Menurut Fathan ayah dia sibuk sekali bahkan jarang berbicara dengannya. Saat berada di rumah ayah Fathan akan lebih suka menghabiskan banyak waktu di kamar atau bermain bersama adiknya saja. Kehadiran Fathan seolah tidak dianggap oleh ayahnya itu.
Selama menunggu di belakang panggung Ano memperhatikan wajah murung Fathan. "Ada apa Fathan?" tanya Ano.
"Ayahku tidak bisa hadir lagi," jawab Fathan.
"Ayah kamu tidak keren. Ayahku saja yang sibuk bisa hadir hari ini. Ayah aku izin dulu sama ayahnya Ano," ujar Dilfa.
"Sejak dulu ayah sibuk kerja terus. Aku jarang dijaga atau diajak bermain," gerutu Fathan.
"Adikmu sih?" tanya Ano.
"Adik aku perempuan. Kata bunda seorang anak laki-laki harus mandiri tidak boleh manja," ujar Fathan.
"Ayah bilang boleh manja kok seorang laki-laki juga. Anak-anak manja kepada kedua orangtuanya hal wajar," ujar Ano.
"Ucapan Ano benar tahu. Ucapan bunda kamu aneh deh," ujar Dilfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah Untuk Ano
Fiksi UmumNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. Sejak dia bayi hingga berusia sepuluh tahun. Tidak ada sosok kedua orangtua mendampingi hidupnya. Seringkali dia dihina anak haram. Suatu hari seorang pria memberi dia sebuah a...