twenty eight

106 24 14
                                    

Ruang rapat yang seharusnya rapi tersebut berubah menjadi seperti kapan pecah karena diserang oleh kemarahan sang pemilik yang melemparkan hampir semua barang yang dia lihat. Jika saja dia tidak dihentikan oleh sang istri, maka meja yang terbuat dari kaca itupun bisa pecah dibuatnya

"Bocah ini ternyata sudah muncul di depan ku berulang kali! Bahkan makan di satu meja yang sama denganku! Keterlaluan!"

Tangannya menggebrak meja dengan sangat kuat hingga meja yang terbuat dari kaca tersebut bergetar dan karena cincin yang melingkar di jemari manisnya, titik yang tadi di gebrak, terdapat sedikit retakan di sana

"Kau kenal dengannya?"

Dia sama sekali tidak menanggapi pertanyaan kawannya, dia malah menatap istrinya yang berlutut ketakutan sembari menangis kemudian menendangnya hingga ia tersungkur

"Hubungi Earl! Suruh dia untuk pulang. Aku yakin bocah itu tahu akan hal ini."

•••

Earl membuka matanya yang terpejam karena mencium aroma lavender yang sangat familiar di hidungnya. Ini adalah aroma parfum kekasihnya. Dan ternyata, dia sudah berada di dalam kamar apartemen Grey, yang entah ada di mana sang pemilik sekarang

Ia mengedarkan pandangannya mencari sang kekasih yang tak kunjung ia jumpai bahkan setelah ia berkeliling di dalam kamar. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dan menemukan sang kekasih, yang masih memakai kemeja dan ditambah dengan apron, sedang memasak di dapur

Earl terkekeh, pemandangan ini sangatlah memanjakan mata. Bayangkan saja, seorang pria dewasa yang tampan, memakai kemeja putih yang lengannya di gulung hingga siku, memakai apron berwarna coklat, sedang memasak di dapur rumah mu. Bahkan celana bahan dan sepatu mahal itu masih dipakai olehnya

Pandangan Earl beralih pada jas berwarna hitam yang tergeletak di atas sofa. Matanya memicing tak suka dan segera mengambil jas tersebut lalu meletakkannya di gantungan baju yang ada di dalam kamar. Saat ia hendak keluar kamar, ia menabrak dada seseorang yang tiba-tiba berada di belakangnya. Ia bahkan tak mendengar langkah kakinya

"Kau—" Earl mengusap pelan keningnya yang terkena collar bone milik Grey yang cukup menonjol, "bagaimana kau bisa ada di sini secepat itu?"

Grey tersenyum kecil kemudian menyuruh Earl untuk melihat ke bawah, lebih tepatnya melihat ke arah kakinya yang panjang. "Kakiku panjang," tangannya ia gerakkan untuk melingkari pinggang Earl yang melongo melihat kakinya, "kenapa?"

"Berapa panjang nya?"

Grey sedikit bingung, "Apa? Kakiku?" dan Earl pun menganggukkan kepalanya, "Oh, itu seratus delapan belas sentimeter kurasa."

Mendengar fakta mengejutkan ini, ekspresi Earl sudah tak tertahan lagi. Pantas saja saat duduk pemuda ini tidak terlihat tinggi, ternyata delapan puluh persen tubuhnya adalah kaki? Monolognya sembari memperhatikan Grey mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki

Saat Earl hendak bersuara lagi, tiba-tiba tubuhnya melayang di udara sehingga reflek kakinya melingkari pinggang Grey dan kedua lengannya melingkari leher sang kekasih. Ia menatap Grey dengan tatapan terkejut

Ini membuatnya merasa déjà vu.

Grey membawa nya menuju ke pantry dan menurunkannya di depan meja pantry lalu menyuruhnya untuk duduk, sembari menunggu apa yang tengah dimasak oleh Grey matang dengan sempurna. Earl dengan patuh sekaligus penasaran duduk dan segera mencium aroma yang sangat harus sesaat setelah Grey membuka wajan teflon tersebut

Itu adalah aroma khas dari makanan kesukaannya, kari. Dengan wajah yang bersemi Earl menatap Grey yang membalikkan tubuhnya kemudian menyajikan masakannya pada Earl yang memang sudah kelaparan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang