Bab 24: Taktik Salvatici

41 2 0
                                    

Kegelapan malam menyelimuti mansion keluarga Salvatici. Hanya beberapa lampu yang menerangi lorong-lorong panjang, memberikan suasana yang hening namun mencekam. Di ruang kerja Luciano, rapat keluarga berlangsung dengan penuh ketegangan.

Luciano membuka peta besar yang terhampar di mejanya. Beberapa titik merah menunjukkan wilayah keluarga Salvatici yang sudah diserang atau berada dalam ancaman keluarga Moretti. Dante, Marco, dan Rico berdiri di sekeliling meja, memperhatikan dengan serius.

"Kita harus mendahului mereka," ujar Dante dengan tegas. "Jika kita terus bertahan, mereka akan memanfaatkan celah kita. Moretti sudah terlalu jauh."

Marco menambahkan, "Tapi bagaimana caranya? Mereka memiliki sumber daya yang lebih besar dan pasukan yang lebih banyak. Kita tidak bisa bertindak gegabah."

Luciano menatap mereka satu per satu, lalu berbicara dengan nada rendah tapi penuh ketegasan. "Kita akan menggunakan apa yang mereka tidak miliki: strategi. Vittorio Moretti berpikir bahwa serangannya pada Arlo sudah cukup untuk menghancurkan kita. Kita akan memanfaatkan rasa percaya dirinya untuk menjebaknya."

"Jebakan?" Rico bertanya, alisnya terangkat.

Luciano mengangguk. "Kita akan membuat mereka percaya bahwa kita rentan. Kita akan menggunakan Arlo sebagai umpan."

Ruangan itu langsung hening. Dante dan Marco saling bertukar pandang dengan raut wajah tidak setuju. Rico, yang paling muda di antara mereka bertiga, langsung membantah. "Tidak mungkin! Arlo sudah cukup menderita. Kita tidak bisa melibatkan dia lagi!"

Luciano menghela napas panjang. "Aku tahu ini berat. Tapi ini satu-satunya cara. Vittorio tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan, dan dia menginginkan Arlo. Jika kita bisa membuatnya keluar dari persembunyiannya, kita bisa mengakhirinya."

Arlo, yang baru saja memasuki ruangan setelah mendengar percakapan mereka, menatap ayahnya dengan mata tajam. "Jadi sekalang aku halus menjadi umpan? Lagi?"

Semua orang terdiam. Luciano menatap Arlo, suaranya melembut. "Arlo, papa tidak ingin melibatkanmu. Tapi ini satu-satunya cara untuk melindungi keluarga ini."

Arlo melangkah maju, wajahnya dipenuhi emosi yang campur aduk antara marah dan kecewa. "Selama ini, aku selalu menjadi kelemahan kalian. Dan sekarang aku harus menjadi alat untuk menyelamatkan kalian? Apa kalian benal-benal peduli padaku, atau aku hanya bagian dali stlategi kalian?"

Dante mendekat, memegang bahu Arlo dengan lembut. "Lio, ini bukan tentang menggunakanmu. Ini tentang melindungimu. Kita semua bersalah atas apa yang terjadi padamu, tapi sekarang kita ingin menebusnya. Tolong, percayalah pada kami."

Arlo menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. "Baiklah. Kalau ini satu-satunya cala, aku akan melakukannya. Tapi jangan halap aku akan tinggal diam. Aku ingin menjadi bagian dali lencana ini, bukan hanya umpan pasif."

Luciano tersenyum tipis, ada kebanggaan yang muncul di wajahnya. "Baik. Kalau begitu, kita akan melibatkanmu sepenuhnya. Tapi ingat, keselamatanmu tetap menjadi prioritas."

Malam itu, keluarga Salvatici mulai merancang strategi untuk menjatuhkan keluarga Moretti. Mereka tahu ini akan menjadi pertempuran terakhir yang menentukan segalanya.

---

Sementara itu, di markas keluarga Moretti

Vittorio Moretti duduk di kursi megah di tengah ruangan besar. Tatapannya tajam, dan senyum licik menghiasi wajahnya. Di hadapannya, seorang anak buahnya melaporkan situasi terbaru.

"Salvatici mulai bergerak, Tuan. Tapi mereka terlihat kacau. Sepertinya mereka mencoba melindungi anak bungsu mereka."

Vittorio tertawa kecil. "Luciano pasti sudah putus asa. Arlo akan menjadi kejatuhan mereka. Dan saat itu terjadi, aku akan mengambil segalanya dari mereka."

Ia berdiri, memandang foto keluarga Salvatici yang tergantung di dinding. "Kali ini, aku tidak akan gagal. Aku akan membuat mereka membayar untuk apa yang mereka lakukan pada ayahku."

---

Kembali ke mansion Salvatici, persiapan mereka hampir selesai. Arlo kini duduk bersama Elias di kamarnya, mencoba mencerna semuanya.

"Lio, kamu yakin mau melakukan ini?" Elias bertanya dengan nada khawatir.

Arlo mengangguk pelan, meskipun ada ketakutan di matanya. "Aku harus. Kalau aku telus menjadi alasan kelemahan meleka, kelualga ini tidak akan pelnah bisa melawan. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa belguna, Bang."

Elias menepuk kepala Arlo lembut. "Kalau begitu, aku akan ada di sampingmu. Apa pun yang terjadi, aku akan melindungimu."

Arlo tersenyum tipis. "Telima kasih, Bang."

Dalam hati, Arlo tahu ini adalah awal dari sesuatu yang besar. Ia tidak tahu bagaimana semuanya akan berakhir, tapi ia sudah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi apa pun.

"ARLO  SALVATICI" End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang