Bab 23: Bayang-Bayang Moretti

43 3 0
                                    

Rumah keluarga Salvatici kembali sunyi setelah percakapan yang penuh emosi antara Luciano dan anak-anaknya. Meskipun Arlo telah kembali, ketegangan masih terasa di setiap sudut mansion. Luka lama yang mereka coba sembuhkan kini harus berhadapan dengan ancaman baru: keluarga Moretti.

Luciano duduk di ruang kerjanya dengan tatapan tajam ke arah dokumen-dokumen yang berserakan di meja. Dante, Marco, dan Rico berdiri di hadapannya, wajah mereka serius.

"Kita tidak bisa lagi menunda ini," ujar Dante, memecah keheningan. "Keluarga Moretti semakin berani. Mereka menyerang wilayah kita di utara minggu lalu, dan sekarang mereka berani mengincar Arlo. Apa lagi yang mereka inginkan?"

Luciano menghela napas panjang, menatap anak-anaknya. "Mereka ingin menghancurkan kita. Bukan hanya bisnis kita, tapi keluarga kita. Vittorio Moretti tidak pernah melupakan kekalahan ayahnya bertahun-tahun lalu, dan dia melihat Arlo sebagai kelemahan kita."

Arlo, yang berada di luar pintu, tanpa sengaja mendengar percakapan itu. la menyandarkan tubuhnya ke dinding, merasa sesak mendengar namanya disebut sebagai kelemahan. Selama ini ia merasa dirinya tak diinginkan, dan sekarang ia tahu bahwa bahkan musuh keluarganya melihatnya sebagai target.

Luciano melanjutkan, suaranya penuh ketegasan. "Kita tidak bisa memberi mereka kesempatan kedua untuk menyakiti Arlo. Pertama kali mereka menyerang, kita terlalu lemah untuk melindungi dia. Tapi sekarang, aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi."

Rico mengepalkan tangannya. "Pah, apa maksudmu dengan 'kesempatan kedua'? Apa yang sebenarnya terjadi?"

Luciano terdiam sejenak, lalu menatap anak-anaknya dengan sorot mata penuh beban. "Sepuluh tahun yang lalu, ketika Arlo baru lahir, keluarga Moretti menyerang kita. Mereka tidak hanya ingin menghancurkan bisnis kita, tapi juga membunuh seluruh pewaris Salvatici. Arlo selamat hanya karena Elena mengorbankan dirinya untuk melindunginya."

Kata-kata itu menggema di kepala Arlo. la merasa tubuhnya semakin lemas. Jadi, kematian Mamanya tidak hanya karena melahirkannya, tapi juga karena serangan keluarga Moretti?

"Selama ini aku menyalahkan diriku sendiri karena gagal melindungi Elena," lanjut Luciano. "Dan aku takut. Aku takut menyayangi Arlo terlalu dalam, karena aku pikir aku akan kehilangan dia juga. Tapi sekarang aku sadar, aku salah. Aku tidak boleh membiarkan ketakutan itu menghancurkan keluargaku."

Marco, yang biasanya diam, akhirnya berbicara. "Pah, kalau Moretti kembali menyerang, apa rencana kita? Mereka lebih kuat sekarang."

Luciano berdiri, aura kepemimpinannya terlihat jelas. "Kita akan melindungi Arlo dengan segala cara. Kita tidak akan membiarkan mereka mendekatinya lagi. Dan kali ini, kita akan menyerang mereka duluan.”

Arlo tidak bisa mendengar lebih banyak lagi. la berlari kembali ke kamarnya, kepalanya dipenuhi dengan berbagai pikiran. la kini tahu bahwa keluarganya tidak hanya berjuang melawan rasa bersalah mereka, tapi juga melawan ancaman yang nyata

la duduk di tepi tempat tidurnya, menggenggam liontin kecil yang diberikan ibunya sebelum meninggal. Air mata mengalir di pipinya. Untuk pertama kalinya, ia merasa ada alasan lebih besar di balik semua penderitaannya.

Elias, yang kembali untuk memastikan keadaan Arlo, menemukan anak itu di kamar. "Lio," panggilnya dengan lembut, menggunakan panggilan khususnya.

Arlo menoleh, matanya sembab. "Bang Elias, kenapa semuanya halus selumit ini? Kenapa aku halus menjadi pusat semua masalah ini?"

Elias duduk di sampingnya, menepuk pundaknya dengan lembut. "Karena kamu adalah bagian terpenting dari keluarga ini, Lio. Keluarga Moretti tahu itu. Dan meskipun keluargamu tidak sempurna, mereka akan melakukan apa pun untuk melindungimu sekarang."

Arlo mengangguk pelan, meskipun hatinya masih ragu. la tahu bahwa badai besar sedang mendekat. Namun kali ini, ia tidak akan lari lagi. Jika keluarganya ingin melindunginya, ia juga harus menjadi kuat untuk mereka.

"ARLO  SALVATICI" End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang