Malam itu, suasana di rumah keluarga Salvatici terasa lebih hangat dari biasanya. Di ruang keluarga yang nyaman, Lio sedang duduk di pangkuan Papa Luciano, sementara kakak-kakaknya, Dante, Marco, Rico, dan Elias, mengelilinginya. Mereka tertawa, berbicara dengan penuh keakraban, dan saling bercanda. Seolah tak ada yang bisa memecah keharmonisan keluarga ini.
Lio, dengan wajah yang berbinar, tampak sangat menikmati perhatian dari semua orang. Biasanya, dia lebih suka bersembunyi di balik ketegangan dunia luar yang selalu membayangi mereka. Namun, malam itu, hanya ada ketenangan dan kebersamaan yang membuatnya merasa aman dan dicintai.
"Bang, aku mau tidur bareng!" Lio tiba-tiba berkata, dengan suara ceria yang menggema di ruang tamu.
"Eh? Tidur bareng lagi?" tanya Dante dengan sedikit canda, menyadari betapa Lio selalu ingin tidur bersama mereka. Biasanya, setiap malam, Lio tidak pernah melewatkan kesempatan untuk tidur di samping salah satu dari mereka, entah di pangkuan, di pelukan, atau bahkan dengan tidur bergantian di tempat tidur kakak-kakaknya.
"Ya, Bang! Aku takut sendirian," jawab Lio dengan suara lembut. "Mau tidur di tempat tidur yang paling besar, Bang Rico, Bang Dante, atau Bang Marco?"
Semua tertawa mendengar permintaan Lio yang manja itu. Namun, mereka tak pernah keberatan. Malah, mereka menikmati kebersamaan itu. Marco, yang biasanya tegas, malah ikut tersenyum saat melihat adiknya yang masih begitu kecil dan penuh kasih.
"Kalau gitu, tidur bareng Lio aja, di tengah-tengah. Di mana lagi kalau bukan di tempat tidur abang," jawab Rico, sambil menggoda adiknya.
Lio tersenyum lebar, wajahnya berseri-seri, merasa diterima dan sangat dicintai. Meski usianya sudah mulai dewasa, dia tetap seperti anak kecil yang senang dimanja dan selalu mencari perhatian dari kakak-kakaknya. Tidak ada yang salah dengan itu, menurut mereka. Semua kakak Lio, bahkan Papa Luciano dan Bang Elias, menikmati peran mereka sebagai pelindung dan penopang bagi Lio.
---
Malam yang Penuh Kehangatan
Saat malam semakin larut, Lio dengan ceria melompat ke tempat tidur besar yang disiapkan. Kakak-kakaknya pun ikut bergabung, mengelilinginya dengan pelukan hangat. Lio merasa seperti anak kecil yang sedang dimanjakan tanpa henti, dan dia tidak pernah merasa bosan dengan perhatian seperti itu. Tangan besar kakak-kakaknya memeluk tubuh kecilnya erat, seakan melindunginya dari segala hal buruk yang mungkin terjadi di luar sana.
"Bang, aku sayang kalian," kata Lio dengan suara lembut, meski sedikit terisak. Rasanya hatinya penuh dengan cinta dan kebahagiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Dante, yang duduk di sebelahnya, mengusap rambut Lio dengan lembut. "Kami juga sayang Lio, adikku. Kami akan selalu ada untuk kamu."
"Ya, kami nggak akan biarin kamu merasa sendirian," tambah Marco sambil tersenyum manis, merasa sangat bersyukur bisa menjaga adik bungsunya dengan penuh kasih.
Lio tertidur dengan senyuman di wajahnya, dikelilingi oleh kakak-kakaknya yang selalu siap melindunginya. Dalam pelukan mereka, Lio merasa aman. Tidak ada yang lebih dia inginkan selain berada di sini, dengan keluarga yang selalu siap memanjakan dan memberinya kasih sayang tanpa batas.
Bang Elias, yang sebelumnya duduk agak jauh, akhirnya bergabung dan memeluk Lio dari sisi lain. “Jangan khawatir, Lio. Kami semua ada di sini. Abang bakal selalu jagain kamu,” katanya sambil tersenyum lembut, memastikan Lio merasa aman.
---
Kebersamaan yang Menenangkan
Esok harinya, seperti biasa, Lio terbangun lebih pagi dari kakak-kakaknya. Meski sudah bangun, dia memilih untuk tetap tinggal di tempat tidur bersama mereka. Semua kakaknya tetap tidur dengan nyenyak, tak terganggu oleh kehadiran adik bungsu mereka yang sering sekali mengganggu kenyamanan tidur mereka.
Namun, mereka semua sudah terbiasa dengan kebiasaan Lio yang ingin selalu dekat dengan mereka. Tidak ada rasa keberatan atau ketidaksenangan—hanya rasa cinta dan kebersamaan yang semakin menguatkan ikatan keluarga mereka.
"Lio nggak bisa tidur sendiri," kata Lio sambil menggeliat dengan manja, memeluk lengan Dante yang terlelap.
"Sudah, tidur aja, nanti abang nggak bisa tidur," jawab Dante dengan suara berat karena tertidur, tetapi tetap tersenyum karena merasa senang adiknya ingin selalu dekat.
---
Perhatian yang Tanpa Batas
Siang hari, Papa Luciano memutuskan untuk membawa mereka berlibur ke taman yang sudah lama mereka rencanakan. Namun, sebelum berangkat, Lio sudah mendapat perlakuan manja lagi. Rico, yang memang dikenal agak tegas, kini malah lebih banyak memberikan perhatian ekstra untuk Lio. Dia membelikan Lio es krim kesukaannya dan memintanya untuk duduk di pangkuannya, memberi perhatian penuh selama perjalanan.
"Ini buat Lio, jangan lupa makan ya," kata Rico sambil tersenyum.
Lio hanya mengangguk, menikmati setiap perlakuan manja yang diberikan kakak-kakaknya. Tanpa mereka sadar, setiap perhatian kecil itu membentuk ikatan yang semakin kuat antara mereka.
---

KAMU SEDANG MEMBACA
"ARLO SALVATICI" End
ActionArlo Salvatici, anak bungsu keluarga mafia ternama, lahir di tengah tragedi yang merenggut nyawa mamanya. Namun, kehadirannya justru dianggap sebagai kutukan. Dibenci oleh papa dan Abang-abangnya, Arlo tumbuh dalam cemoohan, tamparan, dan perlakuan...