Kebersamaan keluarga Salvatici memang tidak pernah membosankan. Setelah kejutan sarapan dari Lio di pagi hari, mereka melanjutkan hari itu dengan penuh tawa dan kehangatan. Namun, pagi itu tidak berhenti sampai di situ. Lio yang selalu penuh dengan ide-ide konyol kembali menghadirkan kejutan, kali ini dengan cara yang tak terduga.
---
Lio Membuat Kejutan Baru
Setelah bermain di taman, Lio yang tampaknya tidak pernah merasa lelah mulai mencari hal lain yang bisa dia lakukan. Dia berlari-lari ke dalam rumah dengan wajah penuh semangat.
"Bang-bang! Lio punya ide seru lagi!" Lio berteriak dari pintu dapur.
Marco yang sedang duduk di sofa hanya memandang dengan tatapan tidak terlalu yakin. "Oh, oh. Apa lagi nih, Lio?"
"Ini penting! Lio mau jadi magician!" kata Lio, mengangkat kedua tangannya dengan ekspresi serius.
"Magician? Kamu sih, Lio, kalau jadi magician malah bisa bikin rumah ini jadi hancur," canda Dante, sambil menunduk agar tidak melihat mata Lio yang penuh keyakinan.
Namun, Lio tidak terpengaruh dengan komentar abang-abangnya. Dia mengambil beberapa benda dari meja—sebuah sapu, beberapa kain, dan sebuah cangkir kopi kosong. "Lihat ini!" serunya.
Dengan penuh semangat, Lio mulai menyusun barang-barang itu seperti seorang pesulap yang sedang mempersiapkan trik besar. "Perhatikan baik-baik!" katanya, dengan suara yang sengaja dibuat dramatis.
Mereka semua hanya menatap Lio dengan bingung. Beberapa saat kemudian, Lio mencoba melakukan "trik" dengan sapu yang diputar-putar di tangannya, lalu menyelipkan kain di bawah cangkir kopi. "Abrakadabra!" teriak Lio, berharap bisa membuat sesuatu yang mengagumkan.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Lio malah tersandung dan terjatuh, membuat sapu dan cangkir berguling di lantai. "Aduh!" seru Lio, yang langsung bangun dengan wajah merah padam.
Sementara itu, abang-abangnya yang sudah tidak bisa menahan tawa pun akhirnya meledak. "Lio, kamu tuh lucu banget! Kita kira kamu beneran bisa jadi magician, ternyata cuma jadi penyulap kelinci aja!" ujar Rico, sambil menahan tawa.
"Tapi, kan, yang penting kita senang!" Lio dengan polosnya menjawab sambil ikut tertawa. "Ayo, kita lanjut main lagi!"
---
Waktu Untuk Momen Manis
Meskipun Lio kerap kali membuat kekacauan dan konyol, ada kalanya dia menunjukkan sisi lembut dan manisnya. Hari itu, setelah kejadian lucu di dapur, keluarga Salvatici memutuskan untuk duduk bersama di ruang tamu dan menikmati waktu berkualitas.
Sambil duduk di sofa, Papa Luciano akhirnya mulai berbicara serius. "Lio, sejak kamu datang ke keluarga ini, semuanya jadi lebih hidup. Kamu memang selalu penuh kejutan, walau kadang bikin masalah," kata Papa dengan senyum yang hangat. "Tapi, kami bangga punya kamu."
Lio, yang masih merasa sedikit malu karena kejadian tadi, hanya bisa tersenyum lebar. "Papa, Lio juga bangga punya Papa dan abang-abang!" jawabnya dengan suara ceria.
"Ya, meskipun kamu ini kadang bikin kita bingung dan capek, tapi kamu selalu membuat rumah ini terasa lebih ceria," tambah Dante sambil menepuk kepala Lio dengan lembut.
Lio, yang biasanya penuh dengan tingkah laku nakal dan kekonyolan, kali ini duduk diam di samping Papa Luciano. Dalam sekejap, dia merasakan rasa hangat dari keluarganya yang begitu peduli padanya. Dalam hati Lio, dia tahu betapa dia dihargai dan dicintai oleh mereka.
"Eh, Bang, Lio mau ngomong sesuatu," Lio memulai, dengan suara pelan. Semua perhatian pun tertuju padanya.
"Kenapa, Lio?" tanya Elias yang duduk di sebelahnya.
Dengan mata yang agak berkaca-kaca, Lio menunduk sejenak, merasa sedikit canggung. "Lio... Lio senang banget sekarang. Senang bisa hidup bareng abang-abang. Senang bisa bareng papa. Lio nggak takut lagi."
Semua terdiam, terkejut mendengar pengakuan Lio yang jarang sekali dia ucapkan. Ini adalah sisi Lio yang sangat jarang terlihat, sisi yang lembut dan penuh rasa syukur.
"Dulu, Lio nggak percaya bisa punya keluarga yang sayang sama Lio," lanjut Lio dengan suara bergetar. "Tapi sekarang, Lio udah ngerti... kalau Lio nggak sendiri."
Papa Luciano menatap Lio dengan penuh kasih sayang, lalu merangkulnya. "Kamu nggak sendiri, Lio. Kami semua ada buat kamu. Kamu adalah bagian dari keluarga ini, dan kami akan selalu ada buat kamu."
Dengan penuh haru, Lio membalas pelukan Papa Luciano, merasa begitu hangat dan dihargai. Ternyata, meskipun banyak kekonyolan dan kenakalan yang dia lakukan, pada akhirnya keluarganya tetap menerima Lio apa adanya.
---
Kekonyolan Lio yang Tak Pernah Berhenti
Setelah momen manis itu berlalu, Lio tak bisa diam dan kembali bersemangat untuk membuat keonaran baru. "Ayo, Bang! Kita main bola lagi!" serunya, kembali melompat-lompat penuh semangat.
Dante hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. "Kamu nggak pernah berhenti, ya, Lio?"
"Pokoknya harus seru, Bang!" Lio menjawab dengan penuh keyakinan.
Dan begitulah, hari itu berakhir dengan kekonyolan Lio yang tak pernah berakhir, namun di balik semua itu, keluarga Salvatici semakin erat, semakin saling menyayangi, dan semakin tahu bahwa kebahagiaan mereka terletak pada kebersamaan.
---

KAMU SEDANG MEMBACA
"ARLO SALVATICI" End
AksiArlo Salvatici, anak bungsu keluarga mafia ternama, lahir di tengah tragedi yang merenggut nyawa mamanya. Namun, kehadirannya justru dianggap sebagai kutukan. Dibenci oleh papa dan Abang-abangnya, Arlo tumbuh dalam cemoohan, tamparan, dan perlakuan...